Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Putus

Assallaamu'alaikum
Ketemu lagi sama aku 😀 hari datang membawa cerita baru hasil collabs bareng Nak Gadis Ratu_Sejagad 😌
Jadi, cerita ini bisa di baca di lapak Ratu_Sejagad juga ya

Mohon dukungannya ya ❣









Zahra menatap tidak percaya pemandangan di depannya. Bagaimana tidak, Zahra berjanjian akan bertemu dengan sahabatnya yakni Clarissa atau kerap disapa Risa untuk membahas kejutan yang akan mereka berikan pada sahabat mereka yakni Anisa yang akan berulang tahun ke-20.

Dari rumah Zahra berangkat dengan semangat penuh. Sesampainya di cafe yang dituju, pemandangan menyakitkan terlihat di depan mata kepalanya sendiri.

Pacarnya--Xander Wyman-- yang sudah menjalin kasih dengan Zahra 1 tahun belakangan ini tengah menyatakan cinta di depan umum pada perempuan yang ternyata adalah sahabat Zahra dan Risa sendiri.

Dia adalah Anisa yang saat ini menganggukkan kepala dengan malu-malu dan mengambil bunga besar pemberian Xander yang langsung berdiri tegak ketika bunganya diterima oleh Annisa.

Tepuk tangan riuh terdengar di penjuru cafe membuat suara patah hati Zahra tak begitu terdengar oleh orang lain. Jantungnya berdebar kencang, matanya mulai memanas hingga akhirnya air mata mulai menetes, dan tubuhnya bergetar menyaksikan pemandangan di hadapannya. Kekasih dan sahabatnya bersatu untuk menyakitinya.

"Zah."

"Kamu udah tahu semua ini?" Zahra menoleh menatap Risa dengan tatapan kecewa. Namun, Risa menggeleng pelan kepalanya sebagai jawaban jika ia tidak tahu apa-apa.

"Aku baru saja sampai." Risa merangkul pundak Zahra kemudian membawanya masuk ke dalam cafe ikut merayakan eufhoria di dalam sana.

"Kamu harus kuat dan jangan tunjukkan kelemahan kamu sama mereka. Nanti mereka kesenangan sudah buat kamu patah hati," bisik Risa pada Zahra.

Zahra mengusap air matanya yang menetes. Gadis itu menegakkan tubuhnya kemudian menatap lurus ke depan. Zahra melangkah ke panggung cafe kemudian berdiri di dekat kedua orang yang terkejut dengan kehadiran Zahra yang tiba-tiba.

"Anisa Rahmawati dan Xander Wyman. Aku tidak menyangka kalian bisa jadian secepat ini." Zahra tersenyum miring. "Berapa lama kalian dekat di belakangku? Sebulan, dua bulan, atau 3 bulan?" Zahra tersenyum menatap wajah Anisa yang pucat.

"Zah, aku--"

Zahra segera mengangkat tangannya meminta agar Anisa berhenti untuk mengucap kata-kata yang tidak akan penting untuk telinganya dengar.

"Kamu sahabat aku, lho, Nis. Kita sudah temenan sejak SMA. Bukan aku mau ungkit-ungkit, bahkan untuk biaya sekolah kamu saja, aku sering bantuin kamu. Biaya sekolah adik kamu pun sering aku bantu bayar sampai aku harus bohong sama Abi aku." Zahra tersenyum miris menatap Anisa. "Enggak hanya soal biaya sekolah kamu dan adik kamu, kamu dalam kesulitan yang lain 'pun aku selalu bantu kamu."

"Selama bertahun-tahun kita temanan, kamu belum pernah sama sekali membantuku ketika aku dalam masalah. Kamu hanya menjadi tempat curhatku, itupun kamu hanya bilang sabar, sabar, dan sabar."

"Kamu ingat ketika ayah kamu meninggal? Aku yang bantu kamu untuk biaya pemakaman dan lain-lainnya. Membantu ibu kamu keluar dari rumah sakit karena kamu tidak punya biaya."

"Masuk kuliah pun aku yang membantu kamu dan bahkan meminta Om aku untuk menerima kamu bekerja di restoran punya beliau."

Semua terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Zahra. Banyak orang yang tidak tahu apa-apa mulai bertanya dalam benak mereka mengapa Zahra terlihat seperti mempermalukan Anisa dengan mengungkit semua pemberiannya. Diam-diam banyak orang yang mencibir kelakuan buruk Zahra mempermalukan Anisa di depan umum.

"Zahra, kamu tidak seharusnya mengungkit semua yang kamu berikan pada Anisa di depan umum seperti ini." Xander menarik Anisa untuk menjauh sedikit dari jarak Zahra. Hal itu tentu saja membuat Zahra sakit hati bukan main. Pemuda yang dia cintai ternyata tega menghianatinya dengan sahabatnya sendiri.

"Kenapa aku enggak bisa mengungkit apa yang aku berikan?" Zahra menatap Xander penuh kekecewaan. "Kamu, Xander. Kamu pacar aku. Hubungan kita masih baik-baik aja sampai tadi pagi pun masih baik-baik saja. Terus, kenapa kamu tega menghianati aku dengan sahabat aku sendiri? Kamu punya otak dengan menembak Anisa di depan orang banyak?"

Semua pengunjung kafe yang sejak tadi menyaksikan bagaimana Zahra mempermalukan Anisa terkejut bukan main ketika mendengar fakta yang baru mereka dengar.

Zahra adalah pacar dari pemuda yang baru saja menyatakan cinta dengan Anisa? Batin mereka mulai bertanya-tanya.

"Kalian berdua sama-sama penghianat." Suara Zahra berbicara dengan lantang. Zahra kemudian mengalihkan tatapannya pengunjung kafe. "Kalian mau tahu, dua orang yang sedang mabuk asmara ini adalah pacar dan sahabatku sendiri. Pacar yang aku cintai, dan sahabat yang aku percaya bisa memegang semua rahasiaku. Mereka penghianat dan enggak tahu malu."

Zahra tentu saja tidak mau sakit seorang diri. Katakan dirinya egois. Tidak masalah untuk kali ini Zahra mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan.

Anisa menunduk. Tubuhnya bergetar menahan tangis ketika Zahra dengan tanpa perasaan mempermalukan dirinya. Hal itu membuat Xander justru semakin marah pada sikap Zahra.

"Zahra, cukup. Kamu keterlaluan. Enggak seharusnya kamu mempermalukan sahabat kamu sendiri!" bentak Xander keras.

Zahra terkekeh menatap pacarnya atau sebentar lagi akan menjadi mantan pacarnya. Selama menjalin hubungan ini kali pertama Xander membentaknya apalagi hanya untuk membela Anisa.

"Sahabat? Mana ada sahabat yang rela makan temannya sendiri? Kalau aku dan kamu sudah putus, Xander, aku enggak akan terlalu kecewa karena kalian jadian. Tapi, kalian belum jadian di saat aku dan kamu belum resmi berputus." Zahra membalas membentak. "Kalau aku keterlaluan, lalu kalian ini apa? Pasangan baik dengan hati seputih bulu angsa?" kekehnya miris.

"Kamu, Nis--" jari telunjuk Zahra mengarah pada Anisa. "Hanya karena laki-laki kamu tega menghianati aku, sahabat kamu sendiri. Memutuskan silaturahmi demi laki-laki yang belum tentu jadi jodohmu. Mulai saat ini dan seterusnya, kamu bukan lagi teman atau bahkan sahabat aku."

Risa yang sejak tadi diam akhirnya melangkah kemudian berdiri di samping Zahra.

"Aku juga ikut enggak mau berteman dengan kamu, Nisa. Maaf, Zahra saja yang sudah berbuat banyak untuk kamu, bisa kamu khianati. Apa lagi aku," kata Risa menatap Nisa sinis.

Risa adalah gadis yang paling benci dengan penghianatan. Penghianatan apa pun itu ia paling membencinya. Maka ketika teman-temannya sibuk membicarakan soal pacar, Risa akan diam karena ia tidak pernah mau dekat dengan laki-laki.

"Ris--" Anisa menatap Risa penuh kekecewaan. Ternyata ia tidak hanya kehilangan satu sahabat tapi dua sekaligus.

"Jangan pernah menatap aku seperti itu. Aku benar-benar jijik. Hal itu mengingatkan aku dengan tatapan pelakor itu yang seolah merasa bersalah, tapi sebenarnya bahagia diatas penderitaan perempuan lain," dengus Risa sinis.

Zahra memegang tangan Risa. Gadis itu menggeleng pelan kepalanya memberi kode agar Risa tidak lepas untuk mengucapkan kata-kata menyakitkan lagi.

"Xander, kamu sudah bersama Anisa. Mulai detik ini kita putus. Putus dalam hal apa pun yang menyangkut aku dan kamu."

Telapak tangan Zahra sudah dingin ketika ia membawa Risa untuk pergi meninggalkan kedua manusia penghianat itu.

Zahra sangat mencintai Xander. Namun, bukan berarti dia mau memaafkan dan tetap berhubungan dengan Xander sampai kapan pun.

Ratu_Sejagad AimeeAlvaro

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro