Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

45


Karena keluargamu telah membunuh Ayahku.

Aku begitu terlarut pada kalimat terakhir yang Leon ucapkan padaku. Kalimat yang membuatku membatu di tengah-tengah selasar yang memisahkan ruangan kerja kami. Aku hanya terdiam, tak bergerak sedikit pun. Rasanya kakiku begitu berat, hanya bola mataku saja yang mampu kugerakkan mengikuti kemana Leon beranjak. Ia kembali ke ruangannya beberapa detik setelah kutampakkan wajah pucatku, lalu dirapikkannya spidol berwarna dan kertas berisi coretan tangannya yang berserakan di atas meja kerja Leon. Dan setelahnya ia beranjak pergi, menghilang di ujung selasar tanpa sedikitpun menoleh ke arahku yang masih membeku.

Seharusmya, aku menahan serta memaksanya untuk menjelaskan secara rinci maksud dari perkataan itu. Namun aku merasa gaya tarik gravitasi begitu kuat di tempatku berdiri. Aku teramat kecewa karena aku tak mendapatkan jawaban yang kuinginkan dan sebaliknya, aku mendapatkan sesuatu yang amat mengejutkan untukku.

Karena keluargamu telah membunuh Ayahku.

Lagi-lagi kalimat itu seakan terdengar begitu jelas di telingaku. Seolah tak membiarkanku kembali ke dunia nyata dan semakin menenggelamkanku pada pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung kudapatkan jawabannya dari seorang Leon. Ya. Sejauh ini aku tak mendapatkan jawaban yang pasti, melainkan yang kudapatkan adalah pertanyaan-pertanyaan lain yang semakin tak terhitung jumlahnya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Jillian," suara berat khas seorang pria yang kukenal. Tidak. Bukan Leon, tentu saja bukan Leon. Pria itu adalah James. Ia muncul dari ujung selasar, tempat Leon menghilang beberapa saat lalu.

"Kenapa kau tak mengangkat teleponku?" tanyanya sembari terus melangkahkan kakinya mendekatiku. "Jillian?" panggilnya kembali. Ia sepertinya tersadar ada sesuatu yang aneh padaku.

Ucapan dari bibir James itu membuatku tertarik kembali ke dunia nyata. Kakiku begitu lemas kali ini, dan tanpa sadar aku hampir saja menjatuhkan tubuhku ke lantai. Namun untunglah disaat yang tepat James menahanku dengan tubuhnya. James membiarkan dirinya menerima separuh beban tubuhku. Secara harfiah sepertinya saat ini bisa dikatakan kami sedang berpelukan. Aku merasakan sensasi yang sedikit hangat dan menenangkan berada di posisi ini.

Kenapa Leon?

"Apa ada yang salah?" nada keheranan begitu terdengar jelas dari kalimat tanyanya. Ia tahu ada yang asing padaku. Tentu saja, ia pasti begitu keheranan ketika kubiarkan tubuh kami berdua tak berjarak dalam beberapa menit seperti saat ini.

"Aku tahu, kau pasti merasa bersalah karena kejadian kemarin," ia menjawab pertanyaannya dengan kesimpulannya sendiri. "Itu salahku, aku memaksamu makan terlalu banyak."

Makan terlalu banyak? Astaga! Aku baru saja mengingatnya! Aku menghadiahi isi dari lambungku pada jas yang dipakai James pada malam sebelumnya. Kujauhkan tubuhku darinya. Mungkin benar yang dikatakan James, seharusnya aku merasa teramat bersalah karena kejadian melakukan itu. Tapi aku tak merasa bersalah sedikitpun. Ya. Itu salahnya karena terlalu memaksaku makan dengan porsi yang begitu banyak. Bahkan tak pernah sedikitpun terelintas dipikiranku jika aku akan merasa bersalah pada pria yang sering menghadiahiku rayuan murahan. Tidak akan pernah, James!

"Atau ada sesuatu yang mengganggumu selain kejadian semalam?" James melontarkan pertanyaan untuk kesekian kalinya. Dan kali ini kuyakin ia tak mempu menjawab dengan kesimpulannya itu.

Ya, James. Ini semua tentang Leon. "Tidak ada," Ucapku sembari tersenyum padanya. Kucoba untuk terlihat baik-baik saja. Tapi kali, untuk pertama kalinya aku merasa benar-benar tersenyum tulus kepada pria berpakaian mencolok ini. Atau mungkin, aku harus mengoreksi kalimatku sebelumnya. Ada sedikit rasa bersalah ketika kutatap wajah James. Bersalah karena aku begitu sering mengabaikannya, sedangkan saat ini ia terlihat begitu mempedulikanku.

Bukankah aku tahu persis rasanya tak dipedulikan?

Dengan mudahnya ia membalas senyumanku. "Kuharap itu benar," balasnya, seakan ia tahu ada yang kusembunyikan. "Jadi, apa kali ini kau yang akan memilihkan restorannya?"

"Tidak hari ini, aku ingin segera beristirahat. Antarkan saja aku pulang," jawabku.

"Kau yakin akan melewati makan malam?"

"Ya," ucapku sembari berlalu untuk mengambil tas dan ponselku di ruangan.

Aku sangat ingin pergi dari tempat ini secepatnya. Karena kuharap kami berpapasan dengan Leon di tempat parkir atau dimanapun. Lalu aku akan memaksanya berbicara padaku. Namun, tentu saja....

Aku tak menemukannya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro