42
"Aku ingin porsi yang besar untuk dua orang," ucap James pada seoeang pelayan yang ada di dekat kami.
"Berjanjilah kau harus menghabiskannya," sambung James sembari menutup menu yang ada di tangannya.
"Kupikir kau memesan dua porsi untukmu sendiri," komentarku. "Kenapa tak memesankanku porsi yang lebih sedikit untukku? Aku pasti tak sanggup menghabiskan porsi sebanyak itu."
Berada di meja yang sama dengan James untuk makan malam seakan sudah menjadi rutinitasku. Kali ini, kami berada di salah satu restoran Eropa yang indah. Kursi makan serta napkin yang berwarna marsala seakan memperkuat kesan romantis dan elegan pada tempat ini. Kuakui, James memang pandai memilih restoran untuk kami berdua. Tapi tetap saja, aku sama sekali tak menikmatinya.
"Aku bisa membantumu menghabiskannya, jika kau munyuapiku dengan mulutmu," goda James.
Brengsek kau James!
Rasanya ingin sekali kulemparkan kata-kata itu padanya. Namun kutahan diriku, aku harus bersikap baik pada pria ini. Demi Dreamcity. Sejauh ini, aku hanya berani memutar bola mataku.
Tak berapa lama, hidangan makan malam pun datang. Dan seperti yang kuduga, aku tak mampu menghabiskannya.
"Kenapa tak dihabiskan?" komentar James ketika ia menatap piring milikku. "Atau kau sengaja melakukannya karena ingin mendapatkan ciuman dariku?" ia kembali menggodaku.
Berciuman dengan James? Tentu saja tidak!
Dengan sigap kuangkat kembali garpu dan pisau makanku. Kuhabiskan makanan yang masih dua pertiga porsi itu dengan cepat. Aku lebih memilih untuk menghabiskannya dibandingkan harus menyentuhkan bibirku pada bibir pria ini.
Dan aku bersumpah, setelah menghabiskan porsi ekstra besar itu, aku merasa perutku akan meledak. Ini semua karena James!
Kutatap dengan sinis pria yang sedang menikmati sampanyenya. Aku sengaja menampakkan wajah kesal padanya agar ia tahu jika aku begitu sebal dengannya. Namun ia menghadiahiku dengan senyuman lebar. Kemudian ia meletakkan gelas sampanyenya kembali dan meletakkan telapak tangannya di atas jemariku.
"Jillian, aku ingin pertunangan kita dilaksanakan lebih awal," ucap James.
"Tu.... Tunggu! Kau tak bisa memutuskan seenaknya," kutinggikan nada bicaraku. Hal tersebut membuat beberapa pasang mata menoleh ke arahku.
Tidak! Aku tak ingin pertunangan ini terjadi.
Kuangkat bokongku dari kursi untuk beranjak meninggalkan James yang telah menghancurkan mood-ku malam ini. "Aku harus segera pulang!"
"Hei! Jillian! Tunggu! Kita bisa membahasnya kembali," James turut beranjak dari duduknya. Namun ia sedikit kerepotan karena seorang pelayan menghentikannya untuk menyelesaikan pembayaran makan malam ini.
Setidaknya itu kesempatan yang baik untukku. Aku dapat pulang lebih awal dengan menggunakan taksi tanpa harus mendengarkan rayuan murahan dari James. Namun sepertinya hari ini keberuntungan tak berpihak padaku, entah mengapa malam ini begitu sulit mendapatkan taksi. Sudah lima menit aku berdiri di depan restoran ini sembari mengangkat tanganku, namun tak ada satupun taksi yang memberhentikan lajunya.
"Jillian!" James menarik lenganku. "Aku akan mengantarmu pulang."
Argh!
Aku tahu, mungkin aku terlalu berlebihan kali ini. Namun itu karena aku tak ingin membahas masalah pertunanganku.
"Ada apa denganmu?" tanya James sembari mempererat genggamannya pada lenganku, ia mengunciku. "Apakah aku membuatmu tak nyaman?"
Sangat tidak nyaman, James!
"Kenapa?" James kembali bertanya padaku. "Bukankah nantinya kita akan bersama? Aku merasa kau selalu menghindariku."
James lalu menarikku ke pelukannya. Lengannya bahkan sudah bertamu di pinggulku.
"Lepaskan, James!" ucapku sedikit meronta.
Namun ia terus menenggelamkanku pada pelukannya. Dan jemarinya menyentuh rahangku, menuntunku agar mentapa wajahnya. Sejujurnya, ia tampan. Tapi bagiku, Leon jauh lebih tampan dibandingkan siapapun.
Kemudian pria itu menutup matanya dan mendekatkan wajahnya pada wajahku. Puncak hidung kami bertemu. Lalu...
"Hoeeek!"
***
Tbc.
Leonnya dimunculin besok aja ya...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro