Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

39


Bertindak kasar kepada James, bertengkar dengan Daddy lalu...

Menciumku.

Bukankah itu sudah begitu jelas? Semua kejadian tersebut terjadi beruntun. Dan setelahnya, Leon pergi dari rumah. Apakah semua hal itu ada hubungannya?

Kau pasti begitu percaya jika alasanku pergi karena Dreamcity. Sayang sekali Nona Reed, kau terlalu mudah untuk dibodohi.

Perkataan Leon saat itu seakan menyiratkan bahwa alasannya pergi dari rumah bukanlah karena Dreamcity. Ya, aku dapat dengan jelas menangkap maksud perkataannya. Lalu? Apa alasan ia pergi dari rumah?

Dan kenapa pada saat itu ia menciumku?

Kugesekkan jari telunjuk pada bibirku sembari mengingat ciuman yang diberikan Leon padaku di masa silam. Aku bahkan masih mengingat tekstur bibirnya di bibirku. Lembut dan terjadi begitu cepat.

Kukembangkan senyumanku. Ya. Semuanya sangat jelas.

Leon menyukaiku. Aku sangat yakin hal itu. Aku tahu dari caranya menanyakan apakah James benar-benar tunanganku. Dan caranya menatap jemari di tangan kiriku, ia seperti sedang mencari sesuatu di sana. Cincin pertunangan? Tak salah lagi.

Leon menyukaiku. Jika tidak, ia tak mungkin memberikanku ciuman itu. Dan... Oh! Aku mengerti! Jangan-jangan alasannya pergi dari rumah adalah karena diriku.

Sekarang aku mengerti. Semuanya benar-benar berhubungan. Leon bertindak kasar kepada James, bertengkar dengan Daddymenciumku kemudian pergi dari rumah. Ia pasti mengetahui rencana pertunanganku dan James, namun mengingat statusnya sebagai saudaraku, ia tak dapat berbuat apa-apa dan memilih untuk pergi.

Semuanya begitu masuk akal sekarang. Dan hal tersebutlah yang membuat ia terus menerus menjauhiku. Tentu saja, ini semakin rumit. Menjauh dariku saat ini mungkin memang langkah yang tepat untuknya. Mengingat ia memiliki Anne disisinya. Lalu James yang tiba-tiba muncul. Dan tentunya faktor utama dari semua hal ini adalah karena Leon adalah saudaraku.

Leon, tak perlu khawatir. Aku pun mencintaimu.

***

Seperti biasa, kusibukkan diriku pada pekerjaanku—mengurus beberapa jadwal penayangan iklan untuk media elektronik. Sesekali mataku mencuri pandang ke arah ruangan kerja Leon.

Ia masih mengagumkan seperti biasa. Senyuman lebar yang ditampakkannya pada Anthonny dan beberapa rekan satu divisinya, menyiratkan ia begitu antusias dengan proyek yang sedang kami kerjakan bersama. Andaikan saja aku dapat turut diundang untuk berdiskusi di tempat itu. Aku bahkan rela untuk turun dari jabatanku sebagai kepala divisi marketing dan bergabung menjadi karyawan biasa di divisi tempat Leon memimpin, namun tentu saja aku tak dapat melakukan hal tersebut. Mengingat ini bukanlah perusahaanku.

Tak berapa lama, kegiatan diskusi yang dilakukan anggota divisi seni pun selesai. Dan Anthonny telah berpindah ke ruanganku untuk membicarakan hasil diskusi dari divisinya padaku—sesuai dengan perintah Leon.

"Kami akan berusaha untuk meringkasnya menjadi beberapa belas detik," ucap Anthonny sembari dengan lihai tangan kirinya mencoret-coret kertas yang berisi catatan miliknya mengenai konsep sebuah iklan yang kami tangani.

"Aku setuju," ucapku. "Itu akan membantu memotong anggaran iklan ditelevisi. Kita bisa mengalokasikan anggaran sisa untuk iklan pada sosial media,"

"Syukurlah, jika penjelasanku sangat mudah dipahami," balas Anthonny sembari terkekeh.

"Sebenarnya, aku sangat berharap jika Tuan Walker yang menjelaskannya sendiri padaku," ucapku sembari berusaha mengorek mengenai Leon melalui Anthonny.

"Ya. seharusnya memang seperti itu. Namun entah mengapa ia selalu memintaku untuk menjelaskannya padamu. Semenjak ia bekerja di tempat ini. Aku merasa ia seperti merasa terkekang. Mungkin itulah penyebabnya, ia tak begitu nyaman dengan pekerjaannya,"

"Sepertinya kau cukup mengenalnya," ucapku.

"Ya. Kami pernah berbagi kamar asrama ketika berkuliah," perkataan Anthonny berhasil membuatku mengarahkan tatapan pada pria itu.

"Sepertinya itu lebih dari sekedar 'cukup mengenal'," ucapku sembari tersenyum.

"Begitulah Nona Reed. Sebenarnya kami cukup dekat, bahkan ia yang membantuku bekerja di tempat ini," Anthonny sedikit mengecilkan suaranya. "Jangan katakan pada siapapun Nona Reed,"

"Benarkah?" Aku sedikit terkejut mengetahui penjelasan singkat dari Anthonny. Aku benar-benar tak menyangka jika pria itu cukup dekat dengan Leon.

Dan beberapa saat kemudian Anthonny hanya sibuk mengoceh membicarakan hal-hal mengenai Leon yang bahkan aku jauh lebih mengetahuinya dibandingkan dengan Anthonny. Seperti Leon yang tak menyukai wortel ataupun hal lainnya.

"Umm.. jika seperti itu, apa kau mengenal Anne Winston?" Kucoba untuk menanyakan hal yang lebih rinci mengenai Leon. Khususnya Anne, wanita yang kuanggap sebagai rivalku. "Kami pernah beberapa kali bertemu,"

"Anne? Aku pun mengenal wanita itu. Ia wanita yang ramah," ucapnya. "Ia bekerja sebagai seorang perawat di klinik yang letakny
a beberapa blok dari tempat ini,"

Baiklah, informasi pertama. Anne merupakan seorang perawat.

"Ia cantik dan sangat terlihat sempurna. Dan pekerjaannya sebagai perawat, kuyakin ia wanita yang lembut. Begitu serasi dengan Tuan Walker," balasku memuji Anne. Tentu saja aku berbohong, ini hanyalah sebuah pancingan untuk Anthonny. Aku membutuhkan beberapa informasi mengenai Anne. Bagaimana pun caranya, aku harus terlihat lebih baik dibandingkan Anne ketika berhadapan dengan Leon.

"Tidak juga. Masakannya begitu buruk! Aku pernah mencobanya dan aku tak akan mau memakan masakannya kembali walaupun seseorang membayarku," Ucapnya.

Informasi kedua, wanita itu tak bisa memasak. Haha. Aku bersyukur Anthonny merupakan orang yang mudah terpancing olehku. Bahkan ia memberikanku informasi yang kubutuhkan.

"Sepertinya kau begitu tertarik dengan Tuan Walker," ucap Anthonny.

Apa ia mencurigaiku? Aku harus tetap terlihat biasa saja.

Kupandangi arlojiku. "Sudah waktunya istirahat," ucapku mencoba memotong bembicaraan kami berdua. "Pergilah makan siang,"

"Baiklah, terima kasih atas waktumu," ucap Anthonny sembari beranjak pergi dari ruanganku.

Setelah memastikan jika Anthonny menghilang di ujung koridor. Dengan cepat kusambar ponselku.

"Halo, Jean. Sepertinya aku tahu cara yang tepat untukmu mengganti uang yang kukeluarkan demi apartemenmu," ucapku tepat ketika Jean menyebut namaku dari ujung sambungan.

"Buatkan aku makan siang mulai esok hari," ucapku sembari tersenyum penuh arti.

***

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro