Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

35


"Katakan ,cepat!"

"Ti... tidak bisa! Aku sudah berjanji pada Tuan Reed, ia bisa membunuhku!"

Kutarik kerah pakaian milik James, kucoba sedikit mengancamnya. Kuharap caraku berhasil membuatnya membuka mulut.

Tuan Reed? Daddy? Apa Daddy dan James menyembunyikan sesuatu?

Sejenak memori ketika aku dan James makan malam bersama untuk pertama kalinya terlintas dengan cepat. Saat itu Daddy sempat terlihat begitu murka sesaat ketika James mengatakan sesuatu. Aku ingat! James sempat membuka pembicaraan mengenai...

"Kejadian delapan tahun yang lalu..." aku berdesis pelan sembari tak kuberikan James kesempatan untuk menghindari tatapanku. Dan sedetik kemudian kepanikan menyelimuti wajah James.

"Ada sesuatu yang kaututupi," dengan cepat, secara otomatis otakku menimpulkan sesuatu. Kulepaskan jemariku dari pakaian James.

"Ti... Tidak ada," jawab James.

Ya. Kemurkaan Daddy serta cara bicara James meyakinkanku bahwa ada sesuatu bersifat rahasia yang terjadi antar James dan Daddy.

"Baiklah," ucapku sembari membuka pintu mobil James. "Aku akan menanyakan langsung pada Daddy,"

"Tunggu!" James menarik lenganku. Ia menahanku agar ragaku tetap di dalam mobilnya.

Aku tersenyum sejenak. "Ternyata ada sesuatu yang kau sembunyikan," ucapku. Secara tak langsung aku membuatnya mengaku. Nyatanya, jika tak ada hal yang ditutupinya, James tak mungkin menahan langkahku untuk keluar dari mobilnya.

"Ya, seperti dugaanmu," ucap James, sembari menghela nafas pelan.

"Oh sial! Aku selalu tak dapat menjaga rahasia!" James memaki dirinya pelan, sembari kedua telapaknya menampar kemudi.

"Katakan padaku!" Pintaku lantang.

"Tapi berjanjilah, jangan mengatakan mengenai hal ini pada Tuan Reed," James mencoba bernegosiasi.

Kupasang kembali seatbelt-ku seakan aku akan duduk tenang di kursi mobil dalam jangka waktu yang panjang. "Aku berjanji,"

***

Semerbak aroma kopi memenuhi penjuru ruangan tempatku berada. Terlihat dua baris antrian meramaikan meja kasir yang letaknya tak jauh dari tempatku terduduk. Bibir cangkir espresso milikku masih bersih dari noda lipstikku, aku memang belum meminumnya. Kubiarkan suhu minuman turun perlahan. Aku masih belum bernafsu untuk menyentuhnya. Mungkin karena otakku sibuk memperkirakan apa yang akan James bicarakan pada saat makan siang bersamaku, lebih tepatnya lima jam dari sekarang.

Ya. James. Semalam ia berjanji akan mengatakan sesuatu yang sifatnya rahasia kepadaku. Seharusnya ia bisa saja mengatakan hal tersebut pada saat itu juga. Namun, James berdalih bahwa ia begitu ketakutan jika tiba-tiba Daddy muncul dan mengetahui bahwa ia mengatakan sesuatu yang 'terlarang' padaku.

Kupikir, James berlebihan menganggap Daddy sebagai orang yang menyeramkan.

Yang dapat dipastikan darinya adalah ia akan membicarakan suatu hal yang terjadi antara dirinya dan Daddy pada delapan tahun silam. Apa yang terjadi antara mereka berdua?

Delapan tahun lalu.
Delapan tahun lalu...

Saat itu bertepatan dengan kepergian Leon dari rumah.

Apa kedua hal itu berhubungan? Haha.

Oh Tuhan, Jill! Kau hanya perlu menunggu lima jam lagi untuk bertemu James. Dan nikmati kopimu!

Aku mulai menggerutu dalam hati. Kusambar cangkir espressoku. Aku mencoba untuk menenangkan pikiranku.

Tepat sebelum kudaratkan bibir pada cangkir espressoku, mataku menangkap seseorang yang begitu kukenal.

Seorang pria yang baru saja duduk di salah satu bangku kedai kopi yang hanya berjarak beberapa kaki dari bangkuku. Aku terus memperhatikannya. Bahkan aku menaruh kembali gelas espressoku yang belum sempat kucicipi. Aku begitu fokus memperhatikan pria itu.

Tak lama seorang wanita berambut pirang menghampirinya. Dengan sopan pria itu bediri dan menarik bangku untuk mempersilahkan wanita itu duduk bersamanya. Tak lupa sebelum sang wanita mendaratkan bokongnya di bangku, pria itu mengecup bibir wanita itu dengan lembut.

Kukerutkan dahiku, tepat ketika pria itu menyadari jika pandanganku mengobservasinya sedari tadi. Kemudian tatapan kami berdua benar-benar bertemu dan hal itu spontan membuatnya mematung sejenak. Dan...

"Oh, shit!"
"Oh, shit!" Ucap kami bersamaan.

***

Tbc.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro