31
"Dan satu hal yang harus kau ingat. Aku tak pernah menyesal pergi dari tempat itu," ucap Leon.
"Apa maksudnya?" tanyaku. "Aku tak mengerti,"
"Jangan pernah mempercayai apapun yang mereka katakan mengenai alasan kepergianku. Kau terlalu polos,"
Tak mempercayai alasan kepergiannya? Jika bukan karena cita-citanya, lalu alasan apa yang membuatnya pergi dari rumah?"
"Jillian," sebuah suara muncul dari belakang kami.
Dengan sigap aku melepaskan pelukanku pada lengan Leon. Leon langsung menjauhiku beberapa langkah ketika ia memiliki kesempatan untuk terlepas dariku. Lalu kuputar tubuhku ke arah sumber suara itu. Suara itu...
Oh Tuhan! James!
Kuharap ia tak berada di tempat ini sejak tadi dan mengetahui bahwa aku cukup nekat untuk menahan Leon dan mengajaknya berbicara padaku.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya James. "Kau tiba-tiba menghilang begitu saja dari sampingku,"
"Ak... Aku hanya membicarakan mengenai pekerjaan," balasku. Semoga saja James tak mengetahui jika aku sedang berbohong.
"Ya. Kami memang membicarakan mengenai 'pekerjaan' kami," Leon membantuku untuk berbohong. Ia memberikan penekanan yang berbeda pada kata 'pekerjaan' ketika ia mengatakannya.
Ia menyindirku.
***
Apa sebenarnya alasan Leon pergi dari rumah?
Pertanyaan itulah yang membuatku berada di tempat ini sekarang. Sedari tadi kupandangi beberapa layar yang menghuni ruang kamera pengawas yang berada di area servis rumahku. Aku bersusah payah mencari alasan agar aku dapat diperbolehkan masuk ke tempat ini oleh Kepala Keamanan yang memegang kunci ruangan itu.
Kami memang memasang kamera pengawas di beberapa titik ruangan di rumah kami dengan alasan sebagai bukti penyelidikan jika suatu saat rumah kami mengalami pencurian. Walaupun aku tak begitu yakin hasilnya optimal. Kuyakin kamera-kamera itu dibiarkan merekam begitu saja tanpa ada yang menjaga, mungkin kepala penjaga hanya mengganti memori perekamnya saja setiap satu minggu sekali. Benda itu tak berguna selama ini. Sebagai bukti, tak ada yang mengetahui jika Jean cukup sering menyelundupkan pacar-pacarnya ke dalam kamar beberapa saat sebelum ia pergi ke Perancis.
Aku berdalih, bahwa aku kehilangan beberapa berkas sekolahku yang kubutuhkan saat ini. Kukatakan jika aku membutuhkan rekaman kamera pengawas untuk memastikan dimana aku pernah meletakkan berkas penting itu di masa silam. Namun, nyatanya hal itu hanyalah kebohongan yang kurangkai demi mendapatkan akses masuk ke tempat ini sendirian. Kuharap hasil rekaman ketika Leon pergi dari rumah masih tersimpan saat ini. Walaupun aku tak begitu yakin, kejadian itu sudah lebih dari delapan tahun lamanya.
Dan satu hal yang harus kau ingat. Aku tak pernah menyesal pergi dari tempat itu.
Kalimat itu terus menerus berputar-putar di kepalaku. Ada hal yang sangat janggal. Aku sangat yakin jika kepergian Leon bukan semata-mata karena alasan ia tak bersedia untuk memimpin Dreamcity. Ada hal yang terjadi antara Leon dan Daddy.
Ya. Sebenarnya apa yang membuat Leon begitu marah kepada Daddy di hari itu?
Setelah mencari selama dua jam lebih, aku menemukan memori penyimpanan rekaman yang merekam kejadian sekitar delapan tahun yang lalu, tepat ketika Leon pergi dari rumah. Namun aku harus mengamati satu persatu rekaman di hari itu dengan sangat detail, itu akan banyak membuang waktu.
Seketika mataku tak ingin berkedip tepat pada saat kuputar video yang merekam diriku dan Leon yang berciuman di lorong. Seharusnya aku sesegera mungkin menghapus rekaman itu sebelum seseorang melihatnya. Hal itu pasti akan menambah masalah antara Leon dan orang-orang di rumah ini.
Leon menyukaiku, tentu saja hal itu akan menjadi masalah besar. Mengingat statusnya sebagai saudara angkatku
Aku mengulang terus menerus rekaman itu. Sembari kubayangkan hal itu berulang-ulang terjadi antara kami berdua. Bibir bertemu bibir.
Leon apa yang terjadi sebenarnya?
"Nona Jillian, apakah kau perlu bantuan untuk menemukan rekaman yang kau butuhkan?" Tiba-tiba kepala penjagaku muncul dari balik pintu. Dengan sigap aku langsung menghapus rekaman itu. Semoga kepala penjagaku tak melihat ke arah layar. Dan aku langsung membuka sembarang file, dan berpura-pura sedang menonton rekaman lain.
"Umm... Aku sedang mencari rekaman dari kamera yang berada di ruang kerja Daddy-ku," Ucapku, kupikir tak ada salahnya meminta sedikit bantuan. "Kau datang di saat yang..."
Kalimatku terputus ketika mataku menangkap rekaman yang sedang kuputar di layar. Rekaman yang sedang kucari. Rekaman dari kamera pengawas di ruang kerja Daddy.
"Sepertinya aku berubah pikiran," ucapku sembari tersenyum pada kepala keamananku. "Tinggalkan aku sendiri, dan tutup pintunya!"
Tanpa banyak bicara, ia keluar dan menuruti perintahku begitu saja. Sedangkan aku kembali fokus ke arah layar, memperhatikan rekaman Leon yang tengah marah dengan Daddy. Ia seperti sedang berteriak-teriak dan mebgarahkan telunjuknya ke wajah Daddy, seperti bukan Leon yang kukenal. Sayangnya tak ada rekaman suara, sehingga aku tak bisa mengetahui apa yang Leon perdebatkan.
Kemudian kuputar rekaman beberapa jam sebelum Leon memasuki ruang kerja Daddy. Kulihat Daddy sedang menemui seorang pria sepertinya perbincangan yang cukup serius. Kuyakin mereka sedang membicarakan masalah pekerjaan.
Atau mungkin tidak.
Tepat ketika pria yang menjadi tamu Daddy berjalan mendekat ke arah pintu, aku menyadari sesuatu.
Aku mengenal pria itu. Walaupun aku masih separuh yakin. Aku tahu dari caranya berpakaian serta postur tubuhnya.
"James?"
***
Tbc.
Clue bermunculan satu persatu...
Ada yg mau berasumsi?
***
Mohon maaf kalo apdetnya lama pake bgt :v
Lagi ngurusin sesuatu... Yang jelas bukan ngurusin badan wkkwkw...
Mau numpang promo di sini ah :v
Jangan lupa ikutan PO Novel Buy My Life ya :D
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro