26
"Apa pria itu benar-benar tunanganmu?"
"Sejak kapan kau tertarik dengan urusan pribadiku, Tuan Walker?"
"..."
"Bukankah kau sendiri begitu paham mengenai peraturan yang melarang karyawan untuk mencampuri privasi karyawan lain?" Ucapku tegas padanya.
Leon tak membalas ucapanku, ia hanya membalikkan badannya dan berjalan menuju ruangannya.
***
"Kenapa Daddy tak membicarakan ini sebelumnya kepadaku?! Aku bahkan tak mengenal pria yang bernama James itu," aku sedikit meninggikan nada bicaraku.
"Jangan berteriak pada Daddy-mu, Jill," ucap Mommy sembari meletakkan mangkuk besar berisi sup yang baru dimasaknya di atas meja makan.
"Aku tak pernah mengajarimu seperti itu," sambungnya sembari menekan kedua pipiku dengan telapak tangannya. Seperti itulah cara mommy menegurku setiap kali cara bicaraku meninggi.
"Apa Tuan James adalah pria yang tampan?" Entah apa yang ada dipikiran Marie, ia menanyakan hal itu ditengah-tengah pembicaraanku.
Tampan? Ia cukup rupawan, menurutku ia lebih tampan dari Leon.
"Sejak kecil ia adalah sudah memiliki wajah yang tampan," jawab mommy sembari melepaskan jemarinya dari pipiku.
"Marie, jangan mengalihkan fokus pembicaraanku!" Ucapku kepada Marie.
"Maafkan aku Jill," ucapnya sembari terkekeh pelan.
"Mommy... Ada monster yang sedang marah!" Marie pun berlari ke dapur untuk membantu mommy. Ia mengejekku!
"Aku butuh penjelasanmu Daddy!" ucapku dengan nada mengancam.
Ting tong!
Suara bel pintu rumahku berbunyi.
"Kita akan membahasnya setelah makan malam. Sepertinya James sudah sampai, ia benar-benar tepat waktu," ucap Daddy sembari beranjak mendekatiku dari bangkunya. "Sambutlah ia Jill,"
"Aku tidak mau!" Ya. Tentu saja aku tidak ingin melakukannya. Bagiku James adalah orang asing.
"Biarkan aku saja yang melakukannya, aku ingin melihat calon saudara iparku," ucap Marie tiba-tiba saja ia muncul di sampingku dari arah dapur. Ia selalu antusias dengan hal yang tak begitu penting. Kemudian ia berlari riang menuju pintu utama rumah kami.
Tak lama kemudian Marie kembali bersama seorang pria. Dan tentu saja orang itu adalah James.
"Pfft..." Tanpa kusadari tawa kecil meluncur begitu mulus dari mulutku. Tepat ketika kulihat penampilan James yang memakai setelan rapi bak akan menghadiri sebuah acara red carpet. Penampilannya terlalu mencolok untuk acara makan malam di rumahku.
"Ia sangat tampan," bisik Marie sembari menarik kursi makan yang ada di hadapanku. Lalu ia mendaratkan bokongnya pada benda itu.
Daddy menghampiri James dan sedikit membahas mengenai kondisi bisnis di negara ini. Dari yang kutangkap, James adalah seseorang yang memiliki wawasan luas mengenai perbisnisan di negara ini.
"Oh Tuhan! Jim!" Ucap mommy sembari memasang senyuman yang lebar. Lalu ia memeluk tubuh James dengan hangat.
"Apa kabarmu Jane?" Tanya James. Ia memanggil mommy dengan nama depannya, sepertinya mereka sangat akrab.
"Keadaanku sangat baik, tapi tidak keriput diwajahku," canda mommy. "Bergabunglah bersama kami di meja makan. Aku memasakkan khusus untukmu. Kuharap kau menyukainya,"
"Hei," James terhenti sejenak ketika berada di dekatku. Ia lalu menghadiahiku senyuman yang lebar. "Kau merindukanku?" Godanya.
"Jika aku merindukanmu, pasti aku sudah tak waras," Balasku. Aku sangat tak menyukai caranya menggodaku.
Dan tepat beberapa detik setelah kalimat itu terlontar dari mulutku, dua pasang mata menghadiahiku tatapan yang sangat tajam. Mommy dan Daddy.
Baiklah. Aku tak ingin diberikan hukuman malam ini!
Kuputuskan untuk mengunci mulutku, walaupun aku tak ingin menginginkan hal itu.
James kemudian menarik kursi makan yang ada bersebelahan denganku. Entah sudah berapa lama tak ada yang menempati kursi makan itu. Sudah sangat lama semenjak Leon pergi.
Dan sekarang kursi itu sudah terisi oleh seseorang, namun bukan Leon yang berada di sana. Rasanya aku ingin melarang James menduduki benda itu. Tapi aku tak ingin membuat masalah malam ini. Aku tak ingin James berpikiran bahwa kedua orang tuaku tak mengajariku sopan santun dengan baik.
"Aku tak menyangka, delapan tahun setelah kejadian itu akhirnya kalian mengundangku untuk makan malam," Ucap James, sepertinya ia sedang mencoba membuka obrolan dengan kami.
BRAKK!
Semua yang ada di ruangan ini pun mematung sejenak. Terkejut dengan apa yang baru saja Daddy lakukan. Telapak tangannya menampar meja makan sampai tatanan peralatan makan melompat beberapa sentimeter.
Ada apa dengan Daddy? Aku tahu ia hanya akan melakukan hal itu ketika ia benar-benar marah. Dan kali ini, wajahnya melukiskan amarah. Terakhir kali, ia melakukannya ketika begitu murka terhadap Jean yang dituduh menghamili junior di sekolah kami. Untunglah hal itu hanya salah paham di amsa lalu.
Dan sekarang? Apa yang membuatnya begitu murka? Apakah karena sikapku yang tak sopan terhadap James?
Kutatap wajah James. Tiba-tiba saja wajahnya sedikit memucat.
"Maaf, aku hanya..." ucap James, ia sedikit kikuk. "Maafkan aku Tuan Reed, aku tak bermaksud untuk..."
"Lupakan hal itu James," Ucap Daddy memotong pembicaraan James. Ia melengkungkan senyuman. Raut wajahnya yang penuh murka kini menghilang tak berbekas,
"Cicipilah sup buatan Jane," tawarnya kepada James.
Ada sesuatu yang janggal menurutku. Ini sangat aneh. Seperti ada yang ditutupi oleh mereka berdua.
***
TBC.
akhirnya berhasil up! Btw ini chapternya panjang lohh!! Berasa kan yah?! Maafkeun bolos update beberapa hari :v
Btw ada yang mau asumsi ga?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro