19
"Apa kau ingin pulang bersamaku malam ini?" tanyaku.
"Aku tak mengerti maksudmu." Ucapnya dingin.
"Ini mengenai alasanmu pergi dari rumah. Dan kali ini kau benar-benar tak perlu terbebani dengan kewajiban untuk memimpin Dreamcity. Aku bersedia menggantikanmu, kau dapat terus berkarir pada bidang yang kau inginkan. Kau dapat terus menggambar," jelasku.
"Jadi itu yang dikatakan Tuan Reed kepadamu?" tanyanya, sejenak ia tertawa kecil bak orang yang sedang meremehkan.
Ia memanggil Daddy dengan sebutan Tuan Reed. Leon pasti benar-benar marah pada Daddy, dan hal itulah yang membuatnya tak kembali ke rumah selama bertahun-tahun.
"Semua orang pasti akan sangat senang melihatmu kembali. Aku yang akan menjamin jika kau tak akan dimarahi oleh Daddy. Kemudian Marie sudah tak lagi merengek untuk diantarkan sekolah olehmu. Lalu aku bisa meminta Mommy untuk membuatkan masakan khusus tanpa wortel untukmu. Tapi sayangnya kau tak dapat bertemu langsung dengan Jean, ia masih berada di Par..."
"Jadi kau ingin mengobrol ketika jam kerja?" Leon menutup buku sketsanya. Ia berhasil memotong pembicaraanku yang berusaha meyakinkannya bahwa tak akan terjadi hal yang buruk jika ia ikut pulang bersamaku.
Ia tersenyum sejenak ke arahku. Senyumannya membuat jantungku lebih terpacu. Dari kalimat terakhir yang ia katakan kepadaku, sepertinya aku cukup berhasil memancingnya untuk membahas hal selain pekerjaan.
Tangannya kemudian menyambar telepon yang ada di atas meja diskusi.
"Anthonny, bisakah kau ke ruang diskusi?" Tanyanya kepada orang yang ada di ujung sambungan teleponnya. Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya, setelahnya ia langsung menutup teleponnya.
"Tahan sejenak pembicaraan ini. Aku akan meminta Anthonny untuk membantuku agar pekerjaan ini tidak meleset dari jadwal yang sudah ditentukan," ucap Leon. "Setelahnya kau dapat membicarakan hal yang ingin dibicarakan."
Aku mengerti Leon, kau hanya ingin professional saat ini. Aku sedikit tersanjung karena Leon sampai meminta bantuan kepada Anthonny untuk menyelesaikan pekerjaan kami berdua. Ia pasti sudah tak sabar untuk menyelesaikan pekerjaan ini dan kembali membicarakan kepulangannya ke rumah.
Tak lama, Anthonny menampakkan dirinya dari balik pintu kaca ruang duskusi.
"Duduklah Anthonny!" pinta Leon.
Tepat ketika bokong Anthonny mendarat di kursi yang berada di sampingku, Leon bangkit dari duduknya.
"Nona Reed sedikit bosan. Temani ia mengobrol. Aku akan kembali ke ruanganku," ucap Leon sembari beranjak menuju pintu dan meninggalkanku berdua dengan Anthonny di temoat ini.
Melihat tingkahnya seperti itu, aku hanya mampu mengumpulkan beribu tanda tanya di otakku. Aku memilih mengunci mulutku kali ini. Kuhiraukan Anthonny yang sedang berusaha memulai perbincangan santai denganku.
Aku hanya menghela nafasku pelan.
***
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro