Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12


Semua kulakuakan karena... Leon.

Ya. Untuk Leon. Lihatlah diriku sekarang Leon! Aku dengan sukarela menggantikan posisimu menjadi pemimpin Dreamcity di masa selanjutnya. Kau tak perlu takut untuk kembali pulang dan kau dapat menggapai cita-citamu dengan tenang. Pulanglah Leon!

Jujur saja, ketika aku mengingat Leon, rasanya ingin kujatuhkan air mataku. Aku teramat merindukannya.

Namun aku mengingat perkataan yang serimg Leon ucapkan padaku. Jill tidak boleh menangis!

Aku memang melakukan hal ini demi Leon, namun tak kupungkiri aku bersikeras untuk berada di Dreamcity demi Daddy-ku. Sejak Leon pergi, aku tahu Daddy terlihat seperti selalu menghukum dirinya sendiri. Ia pasti merasa bersalah karena menjadi penyebab perginya Leon dari rumah. Aku tak ingin Daddy merasa terbebani.

Tenang saja Daddy, seperti yang sering kau yakini selama ini. Suatu saat Leon akan kembali.

***

"Apa kau buta warna?" Tanyaku sembari menatap tajam ke arah salah satu pegawaiku.

BRAK!

Kulemparkan ke atas meja kerjaku secara kasar, setumpuk pamflet yang baru saja dikirim dari percetakan pagi ini. Pamflet-pamflet itu berisi promosi mengenai wahana permainan air terbaru yang akan hadir di salah satu taman bermain yang dimiliki perusahaanku pada akhir tahun.

"Kau memberikan warna ungu pada warna airnya." Ucapku tegas. Ujung jari telunjukku kuketukkan berkali-kali ke atas sebuah logo wahana air yang ada di pamflet itu. "Ungu? Apa yang ada di otakmu ketika kau menggambarnya. Darah zombie? Yang kubutuhkan air! Biru, dan bukan ungu!"

Kuluapkan kekesalanku pada pegawai pria yang khusus menangani desain pamflet yang kupermasalahkan sedari tadi. Sebenarnya ini masalah kecil, namun aku harus tak boleh lengah sedikitpun, semua harus professional. Wajah pegawai priaku itu semakin memucat ketika mendengar perkataan yang kuucap dengan nada semakin meninggi.

"A... Ak... Aku bersumpah Nona Reed, aku mewarnainya dengan warna bi... Biru." Pria itu mencoba membela dirinya sendiri.

Mengelak dihadapanku? Itu tak akan berhasil.

"Whoa... Apa kau kuliah pada jurusan 'teknik membuat alasan'? Aku tak peduli apapun sanggahanmu. Aku hanya peduli dengan warna ungu yang ada di sini." Jawabku lantang.

"Ma... Maafkan aku No...Nona." Balas pria itu. Kulihat peluh mengalir di dahinya.

Kuhela nafas panjang. Lalu kurapikan tumpukan pamflet yang ada di mejaku dan menyusunnya kembali. "Kembalilah ke ruanganmu." Perintahku.

"Ba... Baik." Ucap Pria itu sopan kepadaku. Kemudian ia berlalu ke arah pintu.

"Rapikan semua barangmu. Aku akan meliburkanmu selama-lamanya." Ucapku tegas sembari membuka berkas-berkas lain. Bahkan ketika berbicara kepada pria itu, aku sama sekali tak menatapnya langsung. Kuyakin ia keluar dari ruanganku dengan wajah yang semakin memucat.

Seperti itulah perilaku Jillian Reed di kantor. Tegas, galak dan arogan. Aku sangat mirip dengan Daddy bukan? Aku memang menirunya.

Beberapa saat kemudian, Tuan Ken datang menemuiku. Tuan Ken adalah asisten pribadi Daddy. Ia sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini.

Tuan Ken memberikanku beberapa berkas dan memintaku untuk menemui Daddy di ruangannya. Aku yakin pasti Daddy akan memuji diriku karena sikapku yang sangat tegas pada karyawan-karyawannya.

Dengan sedikit riang, aku pun berjalan menuju ruangan Direktur utama bergaya modern milik Daddy. Namun, tak ada pujian yang dilemparkan kepadaku, tapi...

"Jillian, kau dipecat!" Ucap Daddy tegas.

***

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro