07
Daddy tak pernah sekalipun menjawab pertanyaanku mengenai keberadaan Leon. Daddy hanya berkata bahwa kita tak boleh mengganggu Leon, ia harus fokus dengan cita-citanya.
Mungkin jika Leon tak menghadiahiku sebuah ciuman, aku pasti akan mengikuti apa yang Daddy katakan. Aku pasti tak akan mencoba mencari tahu keberadaan Leon. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Aku berusaha keras mencari tahu dimana Leon berada.
Aku harus menanyakan maksud dari kejadian itu. Ciuman rahasia yang membuatku menjadi perempuan yang tak waras. Aku memang sudah tak waras, terutama setiap kali aku menonton serial televisi yang memiliki adegan berciuman, spontan otakku langsung memutar memori ketika Leon mengecupku. Lalu jantungku pun akan....
Oh Tuhan! Aku sudah gila.
Kuremas bagian dada pakaianku sendiri. Aku tak bisa menghentikan debaran ini. Ini pasti karena baru saja ada sepasang murid senior yang berciuman di hadapanku. Dan ku spontan membayangkan aku dan Leon.
Sepertinya aku harus pergi ke psikolog!
"Kau gelisah Jill?" Tanya Jean yang berjalan di sebelahku. Kemudian ia menyenggolkan bahunya ke bahuku. Sontak hal itu berhasil mengalihkan pikiranku.
"Umm... Ya." Balasku singkat. Kurapihkan pakaianku yang sedikit kusut karena tingkahku barusan.
"Kita akan menemukan banyak hal yang seperti itu." Ucap Jean sembari menunjuk ke arah sepasang murid senior yang baru saja berciuman. "Kita sudah SMA!"
Kulemparkan pandanganku dari pasangan senior itu ke arah penjuru ruangan. Sebuah lorong besar nan ramai yang sisi-sisinya berbaris loker besi. Lorong sekolahku, SMA Cambriana, tempat Leon belajar sekitar tahun silam.
"Tapi kita sudah sering melihat Daddy dan Mommy." Balasku.
"Ini berbeda Jill!"
Jean kemudian melirikkan matanya kearah gerombolan anggota klub pemandu sorak dengan pakaian yang sangat ketat, kemudian ia menghela nafas sejenak. "Aku sangat suka SMA! Aku akan mendaftar klub sepakbola."
"Untuk dapat mendekati perempuan seperti mereka?" Balasku.
Jean mengangkat alis dan bahunya. "Kau selalu dapat membaca pikiranku."
"Kita kembali bertemu nanti..." Ucap Jean.
"... Ketika makan siang." Aku menyambungkan ucapannya.
Jean lalu berjalan menuju ruang klub sepakbola meninggalkanku sendirian di kumpulan siswa-siswa yang berlalu lalang.
Dan aku? Entah klub apa yang harus kumasuki. Mungkin aku tak akan masuk klub manapun. Aku tak tertarik.
Kemudian langkahku terhenti di sebuah papan pengumuman yang penuh tertempel oleh selebaran. Kemudian mataku menangkap sebuah selebaran yang tak jauh dari tempatku berdiri.
Lalu aku tersenyum. Karena aku sudah menemukan jalan untuk tujuan utamaku bersekolah di tempat ini.
Aku akan menemukanmu Leon!
***
Tbc.
Ada yg pengen double post?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro