Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05


Aku terbangun dari tidurku. Gelisah. Seperti inilah aku jika tertidur tanpa dihantarkan oleh sebuah dongeng dari seorang Leon.

"Kau sudah terbangun?" Suara itu sontak membuatku sedikit terkejut. Suara Daddy.

"Baru saja aku akan memindahkanmu ke kamar." Sambung Daddy.

Ini sudah berlalu satu bulan lebih semenjak kepergian Leon. Aku selalu tertidur di sofa untuk menunggu Leon muncul dari pintu utama rumahku. Namun sampai saat ini, hal yang kutunggu itu belum terjadi. Biasanya pada pagi hari secara ajaib aku sudah berada di tempat tidurku. Kuyakin Daddy-lah yang memindahkanku.

Daddy-ku--Julian Reed, pria yang umurnya sekitar empat puluh tahun lebih. Seorang pimpinan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yang terkenal dingin dan sedikit angkuh, namun tak seperti itu Daddy yang kukenal. Ia sangatlah berbeda ketika berhadapan dengan keluarganya.

"Jill, tidurlah di kamarmu." Pinta Daddy, kemudian ia mendudukkan dirinya tepat di sampingku.

Aku hanya menggeleng pelan. Lalu Daddy membelai lembut puncak kepalaku.

"Menunggu Leon?" Tanyanya.

Aku hanya terdiam. Kuyakin Daddy sendiri mengetahui apa jawaban dari pertanyaan yang ia lemparkan padaku.

"Aku merindukan Leon." Ucapku.

"Semua orang di rumah ini pun merindukan Leon." Ucap Daddy. "Tapi kau harus tetap tidur di kamarmu."

Kugelengkan kepalaku kembali. "Aku ingin menjadi orang pertama yang melihat Leon ketika ia pulang."

Ya, seperti itu. Semua karena aku memiliki pertanyaan besar untuknya. Pertanyaan mengenai ciuman yang ia berikan kepadaku.

Apa ia mencoba membuat lelucon denganku? Seharusnya ia mengetahui bahwa leluconnya akan sangat buruk. Jean jauh lebih humoris darinya.

Setiap kali aku memikirkan hal itu, hatiku berdetak keras. Apakah aku.... Akh tidak mungkin.

Jangan berpikir hal yang tidak-tidak Jill! Kau hanya sedang panik!

"Badanmu akan sakit jika terus menerus tidur di sofa." Sambungnya.

"Aku tak apa." Jawabku singkat. "Aku akan menunggu Leon."

"Kau keras kepala! Mirip denganku." Ucap Daddy kembali membelai kepalaku.

Apa yang dikatakann Daddy sangatlah benar. Walaupun wajahku sangat mirip dengan Mommy, namun di dalam sana aku adalah Daddy. Keras kepala dan disiplin.

"Pergilah ke kamarmu." Pintanya kembali.

"Aku akan tidur di kamarku kembali setelah Leon menemuiku." Ucapku.

Daddy kemudian menghela nafasnya panjang. "Begini saja. Aku akan melakukan apapun untukmu asalkan kau kembali ke kamarmu Jillian."

"Kau ingin ponsel baru? Atau apapun, katakan saja!" Daddy mencoba menggoyahkanku.

"Aku ingin Leon pulang saat ini juga." Ucapku.

Pria di depanku itu terdiam sejenak. Kuyakin hal itu karena perkataanku.

"Untuk hal yang satu itu, aku tak yakin dapat mengabulkan permintaanmu." Ucapnya.

"Kenapa?" Tanyaku.

Daddy hanya terdiam.

Ada sesuatu. Ya. Kuyakin ada sesuatu hal yang terjadi antara Daddy dan Leon. Mengingat sebelum Leon menghilang kudengar ia sempat membentak-bentak Daddy. Ia seperti bukan Leon saat itu, karena Leon adalah seseorang yang sangat lembut.

Seperti itu pula rasa bibirnya, sangat lembut.

Oh Tuhan! Apa yang kupikirkan.

Kualihkan pandanganku ke arah Daddy yang sedang memijat batang hidung dengan ujung jemarinya. Aku mencoba untuk tak memikirkan ciuman itu sejenak. kulihat Urat-urat di pelipis Daddy terlihat semakin jelas. Ia pasti sedang memikirkan sesuatu yang rumit.

"Jillian, apa kau ingin mendengar sebuah cerita mengenai Leon. Aku ingin menceritakannya hanya padamu saja. Kau ingin mendengarnya?" Ucapnya. "Tapi berjanjilah, setelah kau mendengarnya, untuk malam ini saja, kau harus tidur di kamarmu."

Tatapan Daddy padaku teramat serius.

***

Tbc.

Selamat berasumsi. ;;)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro