Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02


"Leon." Ucapku.

"Jill..." Balasnya.

"Oh Tuhan! Kukira kau Leon." Ucapku. Kulepaskan senyumanku.

Tidak, lelaki yang baru masuk ke ruangan ini bukanlah Leon, ia adalah Jean, saudara kembarku. Ia pasti sengaja meninggalkan kelas matematikanya. Aku tak tahu ia melakukannya karena khawatir padaku atau ia memang berniat untuk membolos.

"Maaf mengecewakanmu Jill." Ucap Jean, sepertinya ia cukup tahu jika aku sangat mengharapkan Leon yang mendatangiku. "Tapi tenanglah saja, aku sudah menelepon Leon! Ia memang sedikit terlambat karena mobilnya sedikit bermasalah. Sebentar lagi ia akan tiba dan  menjemput kita."

"Kita? Bukankah yang terjatuh itu hanya..."

"Kau? Tapi seharusnya kau tahu saudara kembar bisa merasakan sakit satu sama lain. Lututku sedikit sakit." Ucap Jean sembari membelai lutut kirinya.

"Lutut sebelah kanan yang terluka." Ucapku.

"Ouch! Maksudku lutut sebelah kananku." Ucap Jean memindahkan telapaknya ke lutut kanannya. Aku tahu ia berbohong.

"Tidak. Yang benar memang sebelah kiri. Kau tak lihat perbanku?" Ucapku sembari mengarahkan telunjukku ke kaki kiriku. Aku memang sengaja mengetesnya.

"Oh sial! Aku ketahuan." Gumam Jean. Ia pasti sangat kesal ketika aku mengetahui bahwa ia berpura-pura.

"Jill!" Seseorang muncul dari balik pintu.

Seorang dengan rambut cokelat dan perawakan yang tegap. Kulihat kaus yang dipakainya sedikit basah.

"Leon," Ucap Jean.

Ya. Leon. Saudara lelaki tertuaku.

"Maafkan aku karena membuatmu menunggu." Ucap Leon, ia sedikit terengah-engah. "Aku meninggalkan mobilku di jalan karena benda itu bermasalah. Mobil dereknya tak dapat sampai tepat waktu karena terkena macet. Lalu kuputuskan untuk naik bus."

"Naik bus? Kau lebih terlihat seperti baru saja dikejar anjing liar. Apa kau berlari sampai tempat ini?" Tebakku.

"Umm.. Ya. Aku terpaksa turun dari bus karena jalannya benar-benar sangat macet." Balas Leon sembari menatapku. Sedetik kemudian ia mengalihkan tatapannya ke lantai. "Aku khawatir padamu."

Mendengarnya, aku hanya dapat tersenyum. Aku tahu Leon selalu seperti ini. Saudara yang selalu dapat di andalkan.

"Aku sudah memesankan taksi untuk kalian. Taksinya akan tiba tiga menit lagi."

"Baiklah. Aku akan menggendongmu sampai mobil. Kita akan pulang. Mommy pasti khawatir." Ucap Leon sembari mengundangku untuk menempel di punggungnya. "Maaf, sedikit berkeringat."

"Biarkan aku saja yang menggendongnya." Ucap Jean.

"Tidak. Kembalilah ke kelasmu Jean. Aku tak akan membiarkanmu mendapatkan kesempatan membolos." Ucap Leon.

"Sial!" Gerutu Jean sembari meninggalkanku dan Leon. Lagi-lagi Jean gagal membolos dari kelas matematikanya.

¤¤¤

Leon menutup buku ceritanya. "... dan mereka hidup bahagia."

"Apa Leon mengantuk?" Tanyaku kepada pria tampan yang duduk di sudut tempat tidurku. Leon.

"Sedikit." Ucapnya. "Bagaimana denganmu?"

"Aku masih belum mengantuk."Ucapku sembari merapikan rambutku. "Bolehkah aku mendapatkan  sebuah cerita kembali?"

"Beberapa bulan lagi kau akan masuk SMA. Kau pasti akan diejek oleh teman-temanmu jika tahu kau harus mendengarkan dongeng sebelum tidur." Ucap Leon.

"Aku tak peduli." Ucapku. "Bolehkah aku mendapatkannya?"

"Kau memang keras kepala." Ucap Leon.

"Jill." Panggilnya.

"Ya?" Jawabku.

"Kenapa kau selalu memintaku mengulangi dongengnya?" Tanya Leon.

Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaannya.

"Itu karena aku menyukai suaramu."

¤¤¤

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro