Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Jika Aruda L tiada - anonim

"Event apaan nih?"

Sepasang alisku yang jarang banget digambari sama pensil alis menjadi sedikit tidak simetris ketika salah satu sisinya terangkat, tepat saat aku mendapati note di ruang obrolan grup malam itu.

"Jika Aruda L tiada...," gumamku tanpa sadar. "Ha? Dia mati?"

Spontan hal itulah yang melintas di pikiranku, sebelum sebuah tabokan imajiner segera membuatku kembali berpikir secara normal. Yah, aku tidak pernah yakin batas normalku seberapa, jujur saja. Tapi ya anggaplah hal itu membuatku kembali berpikir seperti orang normal.

Well, meski nyatanya aku yakin kebanyakan orang normal pun akan berpikir sama sepertiku ketika membaca sederet kalimat ambigu itu.

"Woi ikutan woi!" ajak salah seorang temanku dengan sederet huruf capslock ketika aku kembali ke ruang obrolan.

"Aku gak kepikiran apa pun," jawabku seadanya.

Lagi pun aku memang tidak terpikirkan apa-apa setelah membaca pengumuman event aneh itu. Isi kepalaku masih kosong seperti biasanya. Ditambah aku merasa hal itu kurang sopan untuk dilakukan. Maksudku, apa gunanya membayangkan orang yang ada ... menghilang?

Entahlah, itu sedikit tidak menyenangkan.

"Bikin pantun," saran salah satu nama lain di layar ponselku, dan beberapa menit kemudian disusul oleh sebuah pantun yang dikirim oleh orang yang sama.

"Ada kopi ada sianida. Disediain ama Jesika. Jika Ari tiada. NPC akan berduka."

"Siapa itu Ari?" balasku meski aku tahu bahwa itu hanya kesalahan ketik.

"Typo." Ia kembali membalas dengan tambahan emotikon menangis.

Kemudian topik obrolan kembali mengalir dan berganti begitu saja, membuatku segera lupa perihal event aneh yang baru saja kubaca.

#

"Jangan lupa event ya. Kalau kalian gak ngumpul event, nemwem gak bakal masuk."

Sederet keluhan satu per satu muncul di layar ponselku. Di beberapa balon chat tertulis contoh yang dibuat dengan seenaknya perihal premis yang barangkali bisa digunakan untuk mengerjakan event satu ini. Katanya sih begitu.

Untuk beberapa lama, aku hanya menatap balon-balon chat yang bergerak naik tanpa ada niatan untuk menanggapi. Lagipula jujur saja, terlepas dari benar atau tidaknya soal ancaman itu, aku tidak begitu peduli apakah hal itu mempengaruhi waktu untuk anggota baru diundang atau tidak.

Aku masih seperti sebelumnya, sama sekali tidak tertarik untuk mengerjakan event itu. Bukan masalah tidak tertarik saja, sebenarnya. Bukankah sudah kukatakan kalau aku tidak terpikirkan apa pun?

Setidaknya begitu, sampai beberapa hari kemudian kulihat salah satu admin grup mengatakan bahwa belum ada yang mengerjakannya meski sampul untuk cerita yang rencananya akan di-publish itu sudah ada. Sesuatu yang melintas di kepala membuatku sedikit berubah pikiran.

Mereka bilang, dia sendiri yang menyarankan ide atas event ini. Jika benar begitu, maka dia pasti punya beberapa ekspektasi untuk hasilnya. Kenyataan bahwa nantinya ia mendapati tidak ada satu pun anggota yang mengerjakan tentu akan membuatnya kecewa ... atau justru tersinggung?

Aku mulai bisa bayangkan dia tiba-tiba pulang ke ruang obrolan grup, marah-marah dengan sederet kalimat sadis, kemudian ngambek lalu benar-benar tiada.

Bukan berarti aku peduli ..., meski tidak bisa dikatakan bahwa aku tidak peduli juga. Entahlah, apa ya istilahnya? Mengambang?

Tolong jangan berpikiran aneh soal kata terakhir di paragraf sebelumnya.

Yang jelas, aku yang kebetulan sedang berada di depan laptop untuk mengerjakan ceritaku yang lain mulai mencoba membuka halaman word baru. Coba mengetik barang satu atau dua paragraf di sana.

Dan hasilnya?

Haha.

Aku terbangun di pagi hari dengan rupa berantakan dan laptop yang kehabisan baterai.

#

Aku menatap jam di layar ketika membuka ponselku malam itu. Deadline menanti tengah malam ini dan aku sama sekali belum menuliskan apa pun. Aku coba membuka kembali laptopku, coba mengerjakan meski aku belum tahu apa yang mau kutuliskan.

Guling ke kanan, guling ke kiri, dan aku nyaris ketiduran lagi.

Sialan.

Aku heran, kenapa kemampuan menulisku selalu hilang justru ketika aku sedang butuh? Apa jangan-jangan bakatkulah yang sudah hilang karena terlalu lama berhenti dari kegiatan menulis? Atau justru otakku yang kerjanya terhenti karena terlalu lama tidak dipakai?

Ahh, yang mana pun sama saja.

Intinya satu. Aku bego.

Udah, jangan ketawa.

Setelah beberapa lama mendekam di depan laptop menunggu wangsit yang tak kunjung datang, akhirnya aku mulai menuliskan apa pun yang melintas di otak kosongku saat itu. Aku bahkan tidak yakin apakah yang kutuliskan itu bisa disebut sebuah cerita atau tidak.

Setidaknya aku ingin menyampaikan apa yang kupikirkan setelah berhari-hari dipusingkan oleh event aneh ini, baik itu untuk Tuan Aruda L, atau untuk siapa pun yang mungkin sedang membaca cerita aneh ini.

Aku bukan orang yang terbuka, aku tidak mudah menerima orang lain untuk masuk dalam keseharianku dan membuatku peduli. Namun nyatanya, aku sudah menerima kalian, menjadikan kalian hal yang seolah wajar ada dalam keseharian dan aktivitasku.

Meski aku tahu jelas, aku tidak akan bisa menikmati hal itu selamanya. Suatu saat akan tiba waktu di mana aku akan meninggalkan kalian untuk hal lain yang bahkan belum terpikirkan olehku. Namun setidaknya, sampai saat itu tiba....

Aku tidak ingin satu pun dari kalian menghilang lebih dulu.

Begitupun denganmu, Tuan Aruda L.

.

.

.

END

Ps: Jangan coba-coba tebak ini tulisan siapa. Ini anonim. Anonim! Oke?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro