Jika Aku Sebuah Pensil
Apakah ketika kalian duduk di bangku sekolah dasar pernah mendengar rumor, jika pensil kita sudah sebesar jari kelingking, maka kita harus segera membuangnya. Kalau tidak, ibu kalian akan meninggal?
Rumor itu adalah rumor paling menjijikan yang sekarang kualami. Tidak disangka umurku akan sependek ini karena salah satu rumor. Aku hanya bisa berharap Juleha sadar bahwa itu semua tidaklah benar.
🕊🕊🕊
Guru matematika memberikan tugas di papan tulis. Semua murid langsung mencatatnya.
Juleha duduk di bangku paling depan mencatat menggunakan pensil berwarna silver.
Ditengah-tengah pelajaran, pensil itu mendadak patah, membuat Juleha harus segera merautnya karena dikejar waktu untuk mengerjakan matematika.
Akhirnya tugasnya selesai dan buku matematika dikumpulkan. Teman sebangku Juleha, tak sengaja melihat pensil yang akan dimasukan ke dalam kotak pensil oleh Juleha.
"Jule, pensilmu sudah pendek?"
"Iya nih. Lupa bawa pensil panjang. Memangnya kenapa?"
Teman Juleha nampak kaget. Iapun mengisyaratkan pada Juleha untuk mendekatkan telinga pada dirinya.
"Kalau pensil udah pendek, rumornya harus dibuang. Kalau tidak, ibu kita bakal meninggal."
Juleha langsung mundur menjauhkan telinganya dari temannya itu. Ia mengusap dadanya karena perkataan temannya itu.
"Ah yang betul?"
"Iya. Kalau gak percaya, tanya aja sama orang di belakang kita."
Juleha mengangguk. Ia lalu memutar kursi dan bertanya pada kedua temannya yang lain perihal rumor itu. Mereka mengiyakan kabar itu, sehingga dengan terpaksa Juleha membuangnya ke dekat bunga mawar.
🕊🕊🕊
Hai, namaku Yena. Dan aku adalah seorang pensil. Hidup harmonis dan langgeng adalah hal yang selalu kami idam-idamkan.
Tapi, terkadang majikan kami menggunakan kami terlalu kasar sehingga hidup kami bertambah pendek.
Aku adalah bagian dari keluargs alat tulis. Ibuku bernama Jokyo dan ayahku bernama Beber Castelo. Aku juga memiliki kakak bernama Kainko.
Sebelum beraktivitas besok pagi ke sekolah, kami sekeluarga bersama tetangga lainnya berencana untuk pergi ke konser Inul.
Ah, kalian tahu pensil Inul? Mereka adalah sekumpulan pensil yang pandai menari karena tubuh mereka lentur.
Ini dia!
Nah sudah tahu kan pensil Inul seperti apa?
Malam itu antrian tiket sangat panjang. Tapi kami sekeluarga sangat menikmati lantunan lagu dan tarian yang Inul bawa.
Jika konser dilaksanakan di dalam kamar majikan kami, Juleha, suasana konser sangatlah nyata. Hal itu karena Juleha menggunakan lampu warna-warni ketika tidur.
"Yena apa kabar?" tanya seseorang padaku.
Akupun mencoba mencari siapa yang memanggilku, ternyata itu adalah pensil Mekanik.
"Hei Yena, hidupmu sebentar lagi, ya?" kata Mekanik mengejekku.
"Wah Mekanik sombong rupanya. Meskipun hidupku bentar lagi, tapi aku setia sama satu tubuh. Emangnya kamu gak malu gonta ganti isian pensil?"
Mekanik diam.
"Ya suka-suka aku lah. Kalau ada cara buat idup lama, kenapa ngambil cara yang sebentar?"
Setelah mengatakan itu Mekanik melenggang pergi begitu saja. Aku hanya bisa geleng-geleng badan melihat tingkah Mekanik.
Karena para keluarga alat tulis sangat menikmati acara konser pensil Inul, tak terasa hari sudah pagi.
Kami kembali ke tempat masing-masing untuk kembali beraktivitas, melaksanakan tugas kami.
Pelajaran pertama di sekolah Juleha adalah matematika. Senang sekali akulah pensil yang digunakan oleh Juleha. Karena Juleha itu pintar, dia terlalu bersemangat menghitung menggunakanku sehingga ujung tubuhku patah.
Juleha dengan sabar merautku hingga aku bisa kembali digunakan. Setelah Juleha mengumpulkan tugas, salah satu temannya membisikan rumor pada Juleha.
Dalam hati aku terus berdoa supaya Juleha tidak membuangku, tapi nahas ternyata aku benar-benar dibuang. Juleha lebih percaya pada temannya daripada aku seorang pensil setia.
Aku dibuang dekat bunga mawar. Di sana bunga mawar menyapaku.
"Hai pensil kecil, kamu terjebak rumor aneh itu ya sampai-sampai dibuang?"
Aku mengangguk.
"Banyak sekali pensil kecil yang mengadu padaku tentang rumor aneh itu hingga aku melihat mereka mati di hadapanku karena tidak digunakan."
"Aku juga masih bisa hidup panjang, Nona Mawar, tapi jika aku tidak digunakan maka aku juga akan mati seperti pensil lainnya."
Mawar itu memelukku. Beruntung aku ini kayu sehingga tidak sakit ketika durinya mengenaiku.
Bagaimana lagi, aku hanya pensil kecil. Aku juga bisa menangis. Kutumpahkan segala kesedihanku pada Mawar membuatnya merasa iba.
Dari sana kami mengobrol bersama. Aku bercerita bagaimana prosesku dulu dibuat, dipasarkan, hingga jatuh pada tangan majikanku Juleha.
Setidaknya dengan bercerita mengingat momen bahagia membuatku bisa melupakan kesedihan sejenak hingga bel sekolah akhirnya berbunyi.
Anak-anak SD langsung berhamburan keluar kelas untuk jajan ke kantin, meski ada juga yang makan.
Seorang anak perempuan tiba-tiba menghampiriku, tapi itu bukan Juleha. Itu teman sebangkunya.
Hei kenapa ia datang padaku. Oh tidak ia membawaku dan menyimpanku di kotak pensilnya. Tolong aku susah berbaur dengan alat tulis asing. Aku takut mereka menjahiliku.
Dan kulihat, di dalam kotak pensilnya penuh pensil seukuranku.
"Selamat datang di panti asuhan. Kamu pasti anak baru. Siapa namamu?"
"A-aku Yena."
"Nama yang bagus."
"Kalian juga bernasib sama sepertiku?"
"Tentu saja. Oleh sebab itu kami menyebut ini panti asuhan."
Jadi selama ini teman sebangku Juleha membohonginya. Pencuri kecil itu ingin membuat orang membuang pensilnya, lalu ia akan mengambilnya.
Dapat dilihat dari keluarga panti asuhan pensil terdapat setidaknya, kurang lebih sepuluh anak pensil.
Aku berharap bisa hidup nyaman di sini. Meski sedih rasanya harus berpisah dengan keluarga alat tulis Juleha tanpa pamit, tapi inilah hidup. Kau harus terus berjalan meski semuanya telah berubah.
🕊🕊🕊
Yena kembali jadi manusia.
Yena melihat kakaknya Juleha tengah merapihkan meja belajarnya.
"Kak sedang apa?"
"Mencari pensil pendek untuk dibuang. Rumornya kalau ada pensil pendek sepanjang jari kelingking ibumu akan mati."
Yena tertawa terbahak-bahak mendengar hal itu dari mulut kakaknya. Padahal kakaknya sudah duduk di bangku sekolah dasar, tapi kenapa kakaknya mudah tertipu.
"Kakak percaya dengan rumor itu? Hidup mati kan ada di tangan Tuhan. Apa bisa karena hanya sebuah pensil?"
Juleha yang sedang mencari pensil itupun diam sejenak.
"Eh iya ya. Adikku ada benarnnya juga. Bagaimana aku bisa tertipu dengan hal tidak logis seperti itu?"
Yena lagi-lagi tertawa. "Lebih baik Kakak bertanya pada teman Kakak tentang rumor itu."
Setelahnya Yena pergi keluar dari kamar kakaknya. Sementara Juleha memikirkan perkataan adiknya.
🕊🕊🕊
Esok harinya, Juleha melirik-lirik teman sebangkunya. Ia ingin bertanya perihal rumor pensil itu, tapi guru sedang menjelaskan sehingga Juleha harus diam.
Setelah guru memberikan penjelasan, guru itu memberikan tugas pada murid-muridnya.
Ketika Juleha hendak bertanya pada temannya itu, kebetulan temannya sedang membuka kotak pensil.
Mata Juleha membelalak ketika melihat pensil silvernya ada di dalam kotak pensil temannya.
"Hei! Itukan pensilku kenapa bisa ada di kamu?"
Teman Juleha langsung menutup kembali kotak pensilnya.
"Kenapa kamu mengambil pensilku? Itu bukan milikmu!"
"Siapa bilang itu milikmu, bukankah kamu sudah membuangnya kemarin?"
"Tapi kamu membohongiku!"
Melihat perdebatan antar dua anak kecil itu, membuat guru menghampiri mereka.
"Kenapa kalian bertengkar?"
"Cheesa mengambil pensilku Ibu," kata Yena mengadu.
"Bohong, Ibu. Yena kemarin membuangnya dan aku memungutnya," bela Cheesa.
"Tapi Cheesa membohongiku. Katanya kalau pensil sudah sebesar kelingking, maka ibu kita akan meninggal. Jadi Cheesa menyuruhku untuk membuangnya. Ternyata ia mengambilnya."
"Suruh siapa kamu mudah ditipu!"
"Cheesa, tolong jelaskan sejujurnya pada Ibu dan kembalikan pensil itu pada Juleha," kata ibu guru.
"Iya Cheesa mengaku. Karena alat tulis Juleha bagus-bagus, aku juga mau. Sayangnya Juleha selalu rapih menyimpan kembali barangnya sehingga sulit untuk memungut barang Juleha."
Cheesa mengembalikan pensil itu pada Juleha.
Setelahnya guru itu memberikan nasihat pada Cheesa, dan pensil Yena bisa kembali bersama keluarga alat tulis Juleha.
🕊🕊🕊
Semog terhibur ^^
A/N : Jangan mudah percaya pada rumor teman-teman :)
Mikurinrin_
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro