Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Jika Aku Sebuah Gunting

Siang pada hari minggu, Juleha tengah hilir mudik dari tengah rumah ke kamarnya, mencari sesuatu benda yang ia butuhkan. Yena yang terus melihat kakaknya hilir mudik kemudian memberanikan diri untuk bertanya pada kakaknya.

"Kakak sedang mencari apa?"

Awalnya Juleha tidak menjawab, namun karena putus asa mencari barangnya itu, iapun akhirnya menjawab. "Kau liat gunting kuning-ku tidak?"

Yena mencoba mengingat, namun rupanya ia tidak dapat membantu kakaknya sehingga ia hanya menggelengkan kepala.

"Dahlah ... dahlah. Kakak mau tanya mama di mana gunting lainnya."

Yena mendelikan bahunya lalu kembali bersandar pada kursi, menonton televisi.

🕊🕊🕊

Hai, namaku Yena dan aku adalah sebuah gunting. Hari ini adalah hari yang menyenangkan, karena jika hari sabtu maka majikanku, Juleha libur sekolah. Jadinya aku tidak akan digunakan.

Aku memiliki banyak teman dan saudara. Sebenarnya saudaraku lebih banyak ditempatkan di dapur, sedangkan aku, gunting kertas hanya ditempatkan di dalam rak pena.

"Hei Yena, jauh-jauh dari kami. Besi tajammu bisa melukai kami!"

Oh tidak. Itu adalah geng kertas origami. Aku paling malas jika harus berhadapan dengan mereka.

"Iya, seharusnya benda tajam sepertimu ditempatkan di dapur untuk menggunting bumbu mie!"

"Tapi aku gunting kertas, bukan gunting mie!" balasku mencoba melawan.

"Terserah kami lah mau bilang apa. Yang jelas, karenamu saudara kami banyak yang mati."

"Tapi mereka mati berguna, gak kaya kalian yang bisanya nyinyir doang karena gak dipake sama majikan." Tiba-tiba saja, pisau cutter yang sedang tertidur bangun dan membelaku.

"Kau sama saja, pisau jelek! Harusnya kau terlahir seperti ayahmu, memotong daging. Rupanya anaknya gak guna cuma bisa motong bangsa kita," kata HVS yang tiba-tiba ikut membela origami.

Perdebatan panjang terjadi di sana. Aku Yena sebagai biang masalah merasa bersalah karena ATK tidak pernah akur semenjak Juleha memotong kertas origami untuk membuat kerajinan.

"Woi udahlah. Jangan gelut! Aku yang selalu dikuras isi perutnyapun santai aja," kata lem seraya turun dari rak pena.

"Jangan ngerasa paling penting deh ya, lem bau. Mandi dong kali-kali biar kami tahan jika kau nempel-nempel pada kami."

"Sembarangan kalau ngomong! Aku lem mahal, wangiku wangi buah, jangan nyerocos aja mulutkau."

"Hei udahlah! Udah!" kataku menengahi. "Kita ini adalah keluarga ATK, seharusnya kita saling bergotong royong, supaya Tuan kita mampu membuat sesuatu menjadi benda bermanfaat."

"Betul tuh!" balas cutter.

Tiba-tiba saja pintu kamar terdengar dibuka, sehingga kami pura-pura kembali menjadi benda mati.

"Hei, kenapa mejaku berantakan sekali? Pasti adikku mengacau tadi."

Julehapun membuka tas ranselnya, memasukan alat-alat yang ia butuhkan ke dalam tas. Hari ini ia ada kerja kelompok di sekolahnya untuk membuat poster. Jadinya ia harus mengambil alat-alatnya untuk dibawa ke sekolah.

🕊🕊🕊

Sesampainya di sekolah, Juleha dan teman-temannya langsung membagi tugas dan mengerjakan tugasnya masing-masing.

Aku senang sekali karena banyak digunkan. Tapi aku sedikit kesal ketika melawan geng origami. Mereka kadang mengeraskan diri, membuatku harus bersusah payah memotong mereka.

Untung saja, kolaborasiku dengan cutter dan lem mampu membuat orgiami yang banyak nyinyir tadi menjadi benda bermanfaat, akhirnya mereka berterimakasih juga pada kami karena terlihat lebih cantik.

Juleha sangat kreatif, bahkan teman-temannya mengakui hal itu. Terbukti dari mading buatannya tidak terlalu ramai hiasan, namun enak untuk dipandang.

Karena mereka kelelahan, Juleha dan teman-temannya pergi dulu ke kantin untuk makan.

Akhirnya kami bisa bernapas dengan lega karena mampu membantu majikan kami menyelesaikan kreasinya.

"Hei Yena," kata oriagmi utuh menyapaku.

"Ada apa?"

"Terimakasih ya sudah merubah kami menjadi cantik dan menawan. Aku lihat saudaraku akan sangat senang dipandang orang banyak. Meski kamulah yang merubah kami, namun pastinya kamilah yang akan banyak dipandang."

Aku hanya tersenyum. Dari dulu memang selalu seperti ini, banyak sekali karya yang dihasilkan, namun mereka kadang melupakan jasa gunting untuk mempercantik tampilan.

Seperti jika kerjinan berasal dari botol bekas, padahal gunting yang membantu membentuknya menjadi sebuah mahakarya yang indah, tapi nyatanya mereka akan memuji botol bekas ketika kerajinan jadi.

"Tidak apa-apa. Ini memang sudah tugasku, membantu menuangkan kreatifitas para manusia," jawabku.

Karena lama menunggu, akhirnya kami bermain bersama. Sangat menyenangkan jika keluarga alat tulis akur daripada harus selau terjadi pertiakaian setiap harinya. Saling menyalahkan antar sesama.

Akhirnya manusia-manusia itu kembali dari kantin. Mereka nampak akan mengemasi barang-barang karena akan segera pulang.

Juleha memasukan semua benda ke dalam tasnya, tapi ia lupa aku. Aku tertimbun kertas. Jadinya ia tidak melihatku.

Hei aku di sini. Aku juga ingin ikut pulang. Tolong siapapun ingatkan aku kalau aku ada.

"Juleha, itu gunting ketinggalan," kata teman Juleha ketika Juleha sudah berjalan menggendong ranselnya.

"Oh ia lupa."

Juleha mengambilku, tapi tidak memasukanku ke dalam tas, malah memutar-mutarku hingga aku pusing.

"Bentar aku cuci tangan dulu." Juleha menghampiri keran air. Dan aku disimpan terlebih dahulu di sana.

Karena Juleha mencuci tangan seraya mengobrol, akhirnya ia kembali melupakanku dan lanjut berjalan menyusul temannya.

Hei, bagaimana ini. Ini hari sabtu. Bagaimana jika aku tertinggal dan Juleha lupa padaku. Hei aku ketakutan. Aku ingin bersama keluarga dan teman-temanku. Aku tidak mau ditempatkan di keran.

Bagaimana jika ada orang yang melihatku dan aku dibuang ke tempat sampah. Siapapun tolong aku.

Aku tak tahan dengan hal ini. Akupun menangis. Meski aku benda tajam, tapi aku ini tidak sekuat ayahku si gunting rumput.

Aku hanya gunting kertas kecil. Dan hargaku sangatlah murah.

"Hei gunting kecil, kenapa kamu menangis?"

Eh. Ada seseorang yang mengajaku bicara. Tapi siapa itu?

Kulihat pena berbadan hitam menghampiriku.

"Siapa kau?"

"Aku Standard. Seorang pena."

"Hai Standard, aku Yena."

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya pena itu padaku.

"Ketika cuci tangan majikanku lupa membawaku. Dan kamu, kenapa bisa ada di sini?"

"Aku waktu itu disimpan di saku oleh majikanku. Sama sepertimu majikanku sedang brrcuci tangan, tapi temannya menyenggolnya sehingga aku terjatuh dari sakunya."

"Apakah majikanmu mencarimu kembali?"

"Sayangnya tidak. Waktu itu ia datang kembali dan kulihat pena disakunya kini berwarna hijau, dan ia tidak mengenaliku."

Rasa ketakutan mulai menjajah pikiranku. Akhirnya aku hanya bisa menangis ditemani seorang pena.

🕊🕊🕊

Yena kembali menjadi manusia.

Juleha membawa gunting hitam ditangannya. Yena mengikuti kakaknya itu ke dalam kamar.

Ia melihat bahwa alat tulis kakaknya persis seperti apa yang ada dipikirannya.

"Kakak, mungkin Kakak lupa dengan gunting Kakak ketika sedang di sekolah kemarin sabtu."

Juleha yang sedang menggunting kertas HVS tiba-tiba diam mencoba mengingat.

"Kali ini Kakak ingat! Gunting kuning Kakak tertinggal di keran."

Yena tersenyum. Sesuai imajinasinya, pasti kakaknya meninggalkan guntingnya di sekolah.

"Jangan lupa membawa gunting itu kembali. Mungkin ia sedang kesepian kali ini," kata Yena.

"Iya. Besok kakak akan bawa."

🕊🕊🕊

Juleha sengaja datang agak pagi dan menghampiri keran yang kemarin ia gunakan.

Beruntungnya di sana tergeletak gunting berwarna kuning.

"Fyuh! Untung saja masih ada!"

Setelah memasukkannya ke dalam kotak pensil, Julehapun berjalan menuju kelasnya.

"Yena, selamat datang kembali," kata cutter langsung memelukku.

"Untung saja Juleha mengingatmu. Kalau tidak kau akan berkarat di sana."

"Hmm. Kau benar. Jika Juleha tidak mengingatku, aku akan berkarat di sana, atau mungkin aku akan punya majikan baru."

Inilah aku. Sebuah gunting kertas bersama keluarga alat tulisku.

🕊🕊🕊

Wwkwkw semoga terhibur sama ceritanya.

A/n : jaga selalu benda kalian ya:3


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro