Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

SUGAR DADDY [2] - SPESIAL JK'S BIRTHDAY (TAYA'S POV)

Gara-gara melihat Appa dan seorang murid SMA Hanlim, aku tidak jadi membeli buku dengan Jisung Sunbae. Aku pamit duluan padanya dengan dalih tiba-tiba tidak enak badan. Lantaran terburu-buru, aku sampai lupa membeli makan malam. Aku benar-benar terkejut tadi. Apa jangan-jangan... Appa menjadi sugar daddy gadis itu?

Gila! Ini benar-benar gila!

Ponselku yang berdering, sesaat membuatku terperanjat. Aku yang tengah merebus ramyeon instan, beralih menuju meja makan—tempat aku menyimpan ponsel. Ada nama Eomma tertera di layar. Sebuah panggilan video call. Wajah Eomma dan Jungwoo pun memenuhi layar.

"Sedang apa, Sayang?"

Di layar, kulihat Eomma duduk di sebuah sofa tunggal. Jungwoo sedang menyedot susu cokelat kemasan, berusaha untuk menampakkan wajahnya di layar. Tikus kecil itu pasti hanya ingin pamer kalau dia punya banyak kudapan di sana. Omong-omong, mana si tikus nakal?

"Merebus ramyeon, Eomma. Buat makan malam." Aku mengarahkan layar ponselku pada kompor di belakang.

"Kenapa tidak beli ayam krispi saja? Appa tidak memberimu uang?"

"Tidak, Eomma. Lagi malas keluar saja." Mau tidak mau, aku berbohong. Aku memang ingin makan ayam krispi, tapi—aish! Semua ini karena Appa dan gadis itu. Ah! Apa kuberi tahu Eomma, ya, tentang kejadian tadi?

"Taya, kau baik-baik saja?"

"Ah-eh! I-iya, Eomma. Taya baik kok."

"Kenapa tadi melamun?"

Aku menggeleng cepat. Kalau kukatakan pada Eomma mengenai apa yang kulihat tadi, bisa-bisa dia sedih dan memutuskan untuk pulang cepat. Pembukaan cabang baru kan tidak bisa dilakukan sembarangan. Lagi pula, aku harus mencari tahu beberapa hal. "Tidak, Eomma. Tadi... tiba-tiba ingat tugas sekolah saja. Ada sesuatu yang lupa beli."

"Telepon Appa saja. Appa belum pulang, kan?"

"Iya, Eomma. Appa bilang akan pulang terlambat."

"Iya, barusan Eomma sudah menghubungi Appa."

Apa Appa sudah kembali ke kantornya?

"O ya, Eomma sepertinya akan pulang lebih cepat. Kau tahu kan, Appa sebentar lagi ulang tahun." Ah, iya. Lusa kan ulang tahun Appa. "Jadi, mungkin besok atau tepat di hari ulang tahun Appa, Eomma akan pulang. Tapi, jangan kasih tahu Appa, ya, kalau Eomma pulang cepat."

" Eomma mau bikin surprise?"

"Anggap saja begitu. Sudah, ya. Masih ada yang mau Eomma kerjakan. Jaga diri baik-baik, ya. Dah, Sayang." Eomma tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku. Sepersekian detik kemudian, panggilannya terputus.

Aku terdiam sejenak. Membayangkan seperti apa jadinya kalau Eomma melihat kejadian tadi sore. Dia pasti akan sedih dan kesal. Eomma kan sangat mencintai Appa. Eomma juga sudah mengurus keluarga dengan baik. Eomma pun masih terhitung cantik untuk usianya saat ini. Apalagi setelah melahirkan tiga kali, bentuk tubuhnya pun tidak serta-merta melebar. Kalau Appa benar-benar memacari gadis muda itu hanya untuk kepuasan fisik, awas saja!

Besok, aku harus mencari tahu hubungan Appa dan gadis itu.

***

Keesokan harinya, sepulang sekolah, aku pergi ke kantor Appa ditemani Jisung Sunbae. Mumpung Jisung Sunbae mengendarai motor ke sekolah. Akan lebih mudah menguntit Appa kalau-kalau terjadi sesuatu yang membuatku harus mengikuti Appa ke tempat yang jauh.

Setibanya di Divisi Humas, beberapa staf Appa menyapaku. Beberapa ada yang menggoda lantaran kali ini aku datang dengan Jisung Sunbae, bukan dengan Appa. Meski sedikit malu, aku bilang Jisung Sunbae itu... hanya teman—setidaknya, untuk saat ini sih. Aku lantas menemui Bona Eonni, gadis yang telah menjadi sekretaris Appa selama bertahun-tahun.

"Manajer Jeon sedang tidak ada di ruangan, Taya. Belum kembali dari istirahat siang," jawab Bona Eonni usai kutanyakan keberadaan Appa di ruang kerjanya.

Sekarang sudah hampir pukul tiga. Appa pergi makan siang di mana?

"Apa Appa pergi sendiri?"

"Oh, Manajer Jeon pergi dengan—ah, tunggu sebentar!" Bona Eonni tidak menyelesaikan ucapannya lantaran telepon berdering. Entah siapa yang berbicara dengannya, tapi Bona Eonni tampak terburu-buru. Bahkan setelah panggilan berakhir, Bona Eonni meminta maaf padaku karena tidak bisa menemani. Ada sesuatu yang harus dia kerjakan.

Aku mendengkus.

"Jadi, bagaimana? Kau mau menunggu Appa-mu atau?" tanya Jisung Sunbae.

"Kita pulang saja."

"Kau tidak menghubungi Appa-mu saja? Mungkin sebentar lagi beliau pulang."

Aku menggeleng. Yang benar saja? Aku tidak mungkin memberi tahu Appa kalau aku ada di kantornya sekarang. Apalagi bersama Jisung Sunbae. Dia bisa menyeramahiku panjang lebar di rumah. Ah, aku harus memberi tahu Bona Eonni untuk merahasiakan kedatanganku. Lewat WhatsApp saja. Karena dia tampak tidak bisa diganggu.

"Sudahlah. Kita pulang saja."

Aku masih penasaran, kenapa Appa belum kembali. Padahal, sekarang sudah jam kerja. Apa dia pergi bersama koleganya? Tadi kan Bona Eonni bilang Appa pergi dengan seseorang. Jadi, mungkin saja orang itu adalah...

Mustahil!

Appa tidak mungkin melakukan ini pada Eomma.

Ketika aku dan Jisung Sunbae melaju perlahan meninggalkan area parkir, aku mendapati mobil Appa baru saja terparkir. Dia tidak mengenaliku sepertinya. Tapi aku dengan jelas melihat Appa keluar dari mobil bersama gadis yang kemarin.

Masa sih Appa setega itu mengkhianati Eomma?

***

"Taya, ayo makan!"

Segera kututup buku yang kubaca, lantas turun menemui Appa yang menunggu di meja makan. Beberapa potong ayam krispi, dua mangkuk sup krim, dan nasi sudah terhidang di atas meja.

Aku duduk di kursi yang biasanya ditempati Jungwoo—kursi di sebelah kanan Appa. Selama menyantap makan malam, aku lebih banyak diam lantaran sibuk memperhatikan tingkah laku Appa. Bayangkan! Di meja makan, dia sempat-sempatnya mengusap-usap layar ponsel yang tergeletak di meja. Tidak hanya itu, terkadang Appa mengeluarkan senyum yang—astaga! Appa membaca apa sih di ponselnya? Kalau ada Eomma, pasti ponsel itu sudah dinonaktifkan.

"Taya?"

"Uh? Ya, Appa?" Jantungku berdegup kencang sebab Appa tiba-tiba menegur saat aku terlalu asyik mengamati gerak-geriknya.

"Kenapa melihat-lihat Appa seperti tadi? Ada sesuatu yang aneh di wajah Appa?"

Aku menggeleng cepat sambil berkata, "Tidak kok, Appa. Tidak ada apa-apa. Appa masih tampan!" Aku mengacungkan kedua jempolku seraya tertawa canggung untuk menyembunyikan kegugupanku.

Appa mengedik, kemudian melanjutkan makan malamnya.

Jeon Jungkook, Appa-ku, memang masih tampan di usianya yang sudah 40 tahun. Well, tepatnya, beberapa hari lagi dia akan berusia 41 tahun. Namun percaya atau tidak, dia masih terlihat seperti pria umur pertengahan 30 tahun. Teman-temanku yang biasa datang ke rumah kadang berkata bahwa Appa jauh lebih tampan daripada laki-laki di kelas kami—Jeongsan dan Jungwoo juga ikut terseret karena ya... kedua adikku itu sudah pasti mewarisi beberapa persen ketampanan Appa. Belum lagi, Appa itu mapan. Dia manajer. Uangnya banyak—meski sekitar 90% uang miliknya ada di buku tabungan Eomma. Tapi, dia masih punya 10% untuk jajan. Jadi, tidak heran kalau masih ada perempuan yang mencoba menarik perhatian Appa.

"Tayaaa?"

"I-iya?"

Ugh! Lagi-lagi tertangkap basah.

"Kau yakin tidak ada yang salah di wajah Appa? Appa merasa heran karena dari tadi kau terus memperhatikan Appa." Appa menyipitkan matanya, menatapku curiga. "Kau... tidak sedang membanding-bandingkan ketampanan Appa dengan si Jisung itu, kan?"

"Ha?" Aku tidak menyangka Appa berkata seperti itu. "Yang benar saja? Jisung Sunbae jelas kalah tampan dibanding Appa."

"Yang benar?"

"I-iya, benar. Appa paling tampan."

Appa-ku tertawa. Demi apa, kalau Eomma benar-benar ada di sini, dia pasti akan bilang, "Sampai kapan kau mau GR seperti itu, Jeon-a?" Huh! Appa ini.

Appa lantas beranjak ke kamar mandi. Meninggalkan dua mangkuk kotornya. Appa masih berada di dalam kamar mandi ketika ponselnya berdering, sedikit mengganggu kegiatan makanku. Kuulurkan tangan meraih ponselnya untuk mengecek siapa yang menelepon. Mungkin Eomma. Tapi ternyata... sebaris nama yang tidak kukenal tertera di layar.

Song Soeun.

Siapa?

Apa mungkin... gadis itu, ya?

Pandanganku beralih ke kamar mandi. Tampaknya Appa masih lama di dalam sana. Lantas, untuk mengobati rasa penasaran, aku memberanikan menjawab panggilan itu. Klik!

"Halo?"

"Halo."

Suara seorang gadis. Klik!

Benar dugaanku! Dia pasti gadis yang selalu kulihat bersama Appa.

=to be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro