SUGAR DADDY [1] - SPESIAL JK'S BIRTHDAY (TAYA'S POV)
"Kalian tahu Gaein, kan? Kudengar, ponsel barunya itu dibelikan oleh sugar daddy-nya!"
"Mustahil!"
"Astaga! Aku dengar sendiri waktu di toilet kemarin. Kau juga mendengarnya, kan?"
"Iya, iya. Aku dengar. Dia sedang menelepon sugar daddy yang biasa mengantarnya ke sekolah itu lho. Kalian tahu kan, ayahnya Gaein sudah meninggal tahun lalu."
"Parah! Cari kemewahan dengan menjadi sugar baby."
"Kudengar, sugar daddy-nya sangat kaya."
"Sudah jelas! Lihat saja penampilan dan barang-barang milik Gaein. Semua branded! Sugar daddy-nya pastilah yang punya uang banyak. Mungkin manajer atau—"
"HEH! Kalian datang ke perpustakaan itu mau baca buku atau bergosip, sih?" Karena sudah tidak tahan, aku sengaja menegur empat siswi berisik yang berada di sekitarku. Menggosipi orang, bikin gaduh, tempatnya di perpustakaan pula!
Tanpa berkata apa-apa, mereka langsung menyingkir dari sekitarku. Bagus! Aku bisa tenang membaca buku.
"Mereka kenapa?"
Oh Tuhan! Siapa lagi yang menggangguku? Aku mendengkus bersamaan dengan seseorang duduk di sampingku. Sejujurnya, aku hampir membentak orang itu. Beruntung, aku masih sempat menahan diri. Orang yang duduk di sampingku ternyata...
"Oh, Jisung Sunbae." Aku menarik napas panjang, menahan gejolak kekesalan yang memenuhi dadaku.
"Mereka kenapa?" Jisung Sunbae masih mempertanyakan murid-murid yang tadi.
Aku memilih kembali menekuni buku biografi Steve Jobs. "Tidak kenapa-napa, Sunbae."
"Ooh. Kupikir mereka mengganggumu," katanya. "O ya, sore ini aku mau ke toko buku. Kau mau ikut? Kau bilang mau beli buku baru, kan?"
Aku tidak langsung menjawab. Berpikir, apakah harus pergi sore ini juga atau setelah Eomma, Jeongsan, dan Jungwoo kembali. Kemarin, Eomma dan kedua adikku pergi ke Daegu. Biasa, urusan butik Ara Imo. Dia akan membuka cabang lagi di sana. Jadi sampai seminggu ke depan, aku hanya tinggal dengan Appa.
"Mm... aku tanya Appa dulu."
"Perlu aku yang bicara dengan Jeon Ajussi?" tawarnya. Karena sudah mengenal keluargaku sejak lama, apalagi Appa, Jisung Sunbae sudah tahu apa yang perlu dia hadapi setiap kali ingin mengajakku keluar. Ya, Appa. Bahkan setelah bertahun-tahun, Appa-ku masih saja menganggap Jisung Sunbae sebagai orang asing.
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."
"Ya sudah. Kalau begitu, nanti aku jemput supaya Jeon Ajussi tidak khawatir."
Aku hanya tersenyum tipis. Dijemput atau tidak, kalau Appa tahu aku pergi bersama Jisung atau laki-laki selain dia, Jeongsan, dan Jungwoo, dia pasti akan khawatir. Khawatir yang berlebihan.
***
"Apa? Dengan Jisung?"
"Iya. Boleh ya, Appa. Cuma sebentar kok. Sekalian mampir beli makanan untuk makan malam."
Pulang dari sekolah, aku bergegas menghubungi Appa. Mudah-mudahan dia mau mengizinkan.
"Appa tidak makan di rumah, Sayang. Malam ini Appa akan pulang sedikit terlambat."
"Jadi bagaimana?"
"Ya sudah. Kamu boleh pergi dengan Jisung dan membeli makanan untuk makan malammu. Jangan makan berdua dengan Jisung di kafe, mengerti? Jam tujuh malam sudah harus ada di rumah. Nanti Appa video call."
Aku memutar kedua bola mataku, jemu. Selalu saja ingin video call kalau ingin memastikan aku berada di rumah. "Iyaaa."
"Ya sudah. Appa kerja dulu, Sayang. Bye."
Sore harinya, sesuai kepakatan, aku dan Jisung Sunbae pergi toko buku. Dia mengajakku ke toko buku di dalam mal. Katanya, biar sekalian. Sebab aku ingin membeli ayam krispi untuk makan malamku.
"Kau sudah baca buku Robert T. Kiyosaki belum? Yang Rich Dad Poor Dad itu."
Sejak menjemputku dari rumah hingga kami tiba di mal, Jisung Sunbae terus mengajakku bicara. Topiknya tentu saja tidak jauh-jauh dari buku atau dari sekolah. Ya, meski terkadang sedikit melenceng dari itu, tapi dia segera mengalihkannya.
"Belum," aku menyahut. "Kau mau membeli itu, Sunbae?"
"Ya. Kudengar itu buku yang bagus. Sebaiknya, mulai dari sekarang kita pandai mengatur keuangan, kan?"
"Yaaa. Mungkin sebaiknya aku membeli buku itu juga dan memberikannya pada Eomma. Eomma tampak boros belakangan ini."
"O ya?"
"Ya... gara-gara dia ikut senam dan apalah itu. Supaya bentuk tubuhnya tetap bagus walau sudah setua sekarang."
Tidak kusangka Jisung Sunbae akan menertawakan ucapanku. Aku sendiri tidak mengerti, bagian mana yang bisa ditertawakan. "Eomma-mu persis seperti Eomma-ku. Eomma-ku juga ikut senam. Bahkan perawatan. Kakak perempuanku saja kalah."
"Entah apa yang terjadi dengan mereka. Merawat diri seperti gadis-gadis saja."
"Justru karena itu. Biar tidak kalah sama yang masih gadis. Takut suaminya direbut. Kau tahu sendiri, kan? Di sekolah sering terdengar kabar-kabar tidak mengenakkan tentang beberapa siswi. Jadi sugar baby atau apalah itu."
Aku sedikit terperanjat mendengar kata-kata Jisung Sunbae. Rupanya dia tertarik dengan isu-isu yang tersebar di sekolah. Aku sendiri tidak begitu peduli. Maksudku, gadis macam apa yang tertarik pada pria yang jauh lebih tua, sudah punya istri, dan punya anak? Memangnya tidak ada laki-laki tidak beristri yang menarik di sekitar mereka, hah?
Dan yang lebih menyebalkan, pria macam apa yang tega menyelingkuhi istrinya dan berpacaran dengan gadis-gadis muda? Sinting!
"Dunia benar-benar semakin aneh," aku menimpali ucapan Jisung Sunbae. "Seharusnya mereka cari kerja yang benar. Bukannya menjadi pacar dari seorang pria tua sukses berperut buncit yang banyak uang."
"Bagaimana kalau mereka melakukan itu karena keadaan terpaksa?"
Aku mendelik ke arah Jisung Sunbae. "Tidak ada yang namanya keadaan terpaksa, Sunbae! Mereka hanya ingin jalan keluar yang cepat dan mudah!"
"Wowowo!" Jisung Sunbae mengambil satu langkah menjauh dariku karena aku tanpa sadar terbawa kekesalan. "Santai. Santai," katanya, lengkap dengan mimik wajah panik seolah aku akan memakannya hidup-hidup.
"Sudah, ah! Aku tidak mau membicarakan hal itu. Aku mau..."
Aku tidak jadi meneruskan ucapanku begitu netraku menangkap sosok yang tidak asing di area seberang. Sosok tinggi, tegap, tampan, dan berkemeja biru muda. Itu Appa-ku. Tapi yang membuatku kehilangan kata-kata adalah seseorang yang sedang bersamanya.
Apa aku tidak salah lihat?
Appa sedang jalan-jalan dengan murid SMA Hanlim?
Yang benar saja?
=to be continue
.
.
Yuhuuu... Kembali lagi dengan JFS Spesial ultah Papa Jeon hehehe. Edisi kali ini juga spesial untuk Papa Jeon X Taya Nuna shipper wkwkwk.
Seperti edisi spesial ultah Papa Jeon di season-season sebelumnya, saya juga akan memposting bab baru JFS tiap hari hingga hari ulang tahun Papa Jeon alias 1 September. Semoga kalian suka dan tidak mengecewakan, ya.
O ya... Saya mau promo dong haha (saya akan terus melakukan ini sampai 2 tahun ke depan 😂).
Jadi untuk kalian ARMY dan BLINK yang punya akun Cabaca, mampir ke akunku ya. Kalo ga punya akun, bisa login pake akun facebook kok. Kalian juga bisa membaca melalui web, ga harus instal aplikasi.
Dan untuk teman-teman ARMY-ku, yang punya teman Blink / fans Blackpink, bolehlah bantu promo FF saya di Cabaca ini. Temanku yang Blink dikit huhuhu.
Mohon bantuannya ya.
Makasih.
Sampai ketemu besok.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro