FIRE!!! (JUNGKOOK'S POV)
Bersantai.
Setelah bekerja dari Senin hingga Jumat, hal yang ingin aku lakukan di akhir pekan adalah bersantai. Sabtu pagi biasanya kugunakan untuk mencuci mobil, sekalian membantu Junmi mengurus halaman depan dan belakang. Siangnya, terkadang harus menemaninya berbelanja di supermarket, sekaligus makan siang. Sorenya, lebih sering menghabiskan waktu dengan anak-anak bermain di taman atau di tempat bermain yang ada di mall.
Namun, sore ini berbeda. Aku sedang duduk sofa ruang keluarga sendirian. Tidak sepenuhnya sendirian, sih. Aku ditemani satu toples cemilan dan segelas air minum yang berada di atas meja. Kamu sedang bersama anak-anak di halaman depan. Taya dan Jeongsan sepertinya sedang bermain bersama anak-anak tetangga di halaman, sedangkan kau … ah, entahlah. Aku tidak mendengar kau berteriak memperingatkan Jeongsan tidak menyentuh tanah atau semacamnya. Mungkin kau sibuk mengobrol dengan bibi tetangga.
Di layar televisi, terpampang tayangan pertandingan sepak bola dari siaran luar negeri. Tidak punya pilihan acara yang lain, aku pun memirsa pertandingan itu sembari menikmati setoples cemilan ditemani segelas cokelat yang mulai dingin.
Oh, ini adalah akhir pekan yang kurindukan. Menikmati Sabtu sore yang berhar-
"CTAK!"
Njirr … sekringnya malah turun.
Layar televisi seketika gelap sebab sekring di depan turun. Aku baru mau beranjak membenarkan posisi sekring agar aliran listrik kembali mengalir, tetapi … tahu-tahu terdengar kegaduhan dari dapur. Seperti suara benda berat yang terjatuh dari ketinggian.
Apa lagi itu?
Aku lebih memilih ke dapur, melihat apa yang barusan terjadi. Aku terkejut mendapati lantai dapur yang basah. Entah air dari ma-ASTAGA!!! Kedua mataku membulat ketika kutemukan api berkobar, memakan dispenser yang terletak di sebelah kulkas. Aku buru-buru lari ke depan.
"JUNMI-YA!!! JUNMI-YA!!!"
Aku berteriak panik di teras. Kau berada di sana, berdiri di dekat dinding yang membatasi rumah dengan rumah tetangga, tengah mengobrol dengan bibi tetangga.
"CHO JUNMI!!! YAAAA!!!"
Aku mengeluarkan suaraku yang paling keras, tetapi kau tetap tidak dengar. Entah apa yang kau bicarakan dengan bibi tetangga, tampak serius sekali sampai-sampai teriakanku tidak berhasil menembus gendang telingamu.
"Ada apa, Appa?" Taya-ku bertanya.
"PANGGIL, EOMMA!"
Taya pun bergerak memanggilmu. Kau menoleh padaku, bertanya, "Ada apa?"
"DISPENSER TERBAKAR?"
"Ha?"
"DISPENSER TERBAKAR!!! APINYA MENYALA-NYALA!!!" teriakku supergemas.
Aku lekas masuk setelah memberitahukan hal itu padamu. Di dapur, aku segera mengguyur api yang melahap dispenser dengan satu baskom besar. Kau dan beberapa tetangga pun datang. Para tetangga membantu memadamkan api, sedangkan kau di hanya bisa melihat dari jauh.
Sekitar sepuluh menit, akhirnya … api itu berhasil dipadamkan. Dispenser kita sudah hangus, tidak bisa digunakan lagi. Entah apa yang rusak dari dispenser itu, tahu-tahu saja terbakar. Padahal, sebelum ini, dispenser kita baik-baik saja.
"Yaah, Taya tidak bisa minum air dingin lagi," gumam Taya, melihat keadaan dispenser yang tak tertolong.
"Nanti kita beli yang baru," kataku. "Sekarang, Taya bantu Appa mengeringkan lantai dapur."
Ya, lantai dapur sukses tergenang air sebab guyuran air yang digunakan untuk memadamkan api. Para tetangga pun sudah kembali ke rumah masing-masing setelah melihat kondisi dapur dan dispenser. Kau duduk di kursi bersama Jeongsan, hanya memberi instruksi untuk melakukan ini-itu. Kau sejatinya ingin membantu, tapi aku melarangmu. Ingat, kau sedang hamil muda. Aku tidak mau terjadi apa-apa.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanyamu di sela-sela instruksi yang kau berikan.
Sambil mengeringkan lantai dengan mop, aku menyahut, "Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba saja sekring turun, lalu mati lampu. Kemudian, aku mendengar suara gaduh dari dapur. Begitu aku cek, apinya sudah melahap dispenser."
"Untunglah kau segera melihat apinya. Bagaimana kalau tadi terlambat? Duh! Aku tidak bisa membayangkan rumah ini dilalap api."
"Ya. Syukur-syukur, hari ini juga bukan hari kantor. Apa jadinya kalau api sudah melahap dispenser dan kau masih asik bercerita dengan bibi tetangga?"
"Hei, kau menyalahkanku?"
"Tidak," aku menyahut. Sebenarnya masih sedikit kesal sebab tadi kau tidak mendengar aku berteriak seperti orang kesetanan. "Aku hanya ingin kau berhati-hati saat menjaga rumah. Kau harus ingat bagaimana susahnya kita membangun rumah ini mulai dari awal."
Kau mengangguk paham. "Ya, baiklah. Aku tidak akan terlalu lama mengobrol dengan bibi tetangga kalau kau sedang tidak ada di rumah."
-THE END-
Jadi, guys, ini kisah nyata author. Baru kejadian tadi sore. Alur kejadiannya persis dengan cerita di seri ini, hanya saya sesuaikan di beberapa bagian. Di cerita ini, posisi saya diperankan oleh Jungkook. Junmi itu emak saya. Asli! Greget pas teriak-teriak manggil emak yang lagi ngobrol sama bibi tetangga di depan rumah, tapi malah ngga denger. Untungnya ada anak-anak tetangga yang bantu manggil (di FF ini, anak-anak tetangga adalah Taya). Duh! Tadi panik, heboh, kaget, sedih, udah campur aduk deh. Apalagi lagi pas pertama kali liat itu api udah nyala-nyala. Langsung ngibrit ke depan rumah, teriak manggil emak. Malah sempet jatuh bangun dua kali gegara lantai keburu basah gegara galonnya pecah, airnya jadi meluber ke mana-mana. Syukur alhamdulillah, cuma dispenser yang jadi korban. Tapi asli, masih bikin kaget.
Omong-omong, ini agak OOT sih, heheh. Minggu depan (Sabtu), kan, ada pengumuman lomba novel yang saya ikuti. Doain masuk tiga besar, ya, biar naskah saya diterbitin jadi buku ehehehehe. Makasih.
Ps: ga punya foto bagus buat mulmednya ehehe ^^v
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro