Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

SATURDAY MORNING


Hangatnya sinar matahari pagi mulai terasa kala aku sedang menyiram bunga di pot yang berjajar rapi di teras. Sesekali kurapikan dengan gunting khusus tanaman jika kutemukan bagian yang harus disingkirkan agar tanaman penghias rumah ini tetap indah. Tidak jauh dariku, ada Jungkook yang sedang mencuci motornya. Merupakan rutinitas baginya memandikan kendaraan yang selalu menemaninya ke kantor setiap sabtu pagi.

Sekitar sepuluh menit kemudian, aku telah selesai dengan pekerjaanku di teras rumah. Pun, bagian dalam rumah telah kubersihkan. Lantas, kuayunkan kedua tungkaiku bergantian menghampiri lelaki berkaus putih di sisi kiri yang berjongkok di sisi kiri motornya. Salah satu dari sepasang tangan kekarnya memegang lap basah berlumur busa sabun yang ia gunakan untuk membersihkan sela-sela velg ban motor belakangnya.

"Sudah selesai menyiram tanamannya, hm?" Tanya Jungkook begitu aku berjongkok di sebelahnya, sekilas menoleh ke arahku, lalu kembali fokus dengan kegiatannya.

"Begitulah," jawabku, menumpukan daguku di ats kedua tangan yang kulipat di atas kedua lututku.

Sekali lagi Jungkook menoleh ke arah, menatapku lebih lama dari sebelumnya, kemudian berkata, "Kenapa kedengarannya lesu begitu? Apa kau lelah?"

"Lelah apanya? Aku mengerjakan pekerjaan ini setiap hari, Jungkook-a. Aku sudah terbiasa, jadi aku tidak merasa lelah."

"Lantas? Kenapa lesu?"

"Aku rindu Taya."

Ya, aku merindukan putri kecilku. Setiap sabtu pagi, begitu ia selesai berpetualang di alam mimpinya, ia akan membantuku menyiram tanaman atau sekadar duduk berjongkok di sebelah Jungkook, menonton appa-nya sedang mencuci motor. Terkadang ia membantu–lebih tepatnya memainkan busa sabun di dalam ember yang digunakan Jungkook.

Sudah seminggu ini ia berada di Busan, di rumah kakek-neneknya, orang tua Jungkook. Mengetahui cucunya sedang libur sekolah, ayah mertuaku datang menjemputnya. Mereka rindu dengan cucu pertama mereka. Karena itulah, selama seminggu ini aku tidak pernah mendengar canda-tawa gadis kecilku. Tidak mendengar teriakan manjanya kala meminta ditemani buang air kecil di malam hari. Pun tidak mendengar riang suaranya ketika menyambut Jungkook pulang kerja.

"Jangan lesu begitu. Taya kan baru seminggu tidak ada di rumah. Bagaimana kalau nanti di sudah kuliah dan pergi meninggalkan kita selama berbulan-bulan? Atau, bagaimana jika ia menikah dan tinggal bersama suaminya? Masa sih kau mau lesu terus?"

Kuhela napas panjang. Ya, benar juga kata Jungkook. Harusnya aku tidak boleh lesu begini, ya? Lagipula, semalam abeoji menelepon dan memberitahukan kalau beliau akan mengantar Taya ke Seoul lusa. Hmm... dua hari lagi.

"Ya, sudah. Aku mau masuk dulu," ujarku. Aku berdiri, kemudian melangkah meninggalkan Jungkook. Namun, baru dua langkah, tiba-tiba saja aku disemprot dengan air dari belakang.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan Jeon Jungkook?

Benar saja, begitu aku berbalik, Jungkook sekali lagi menyerangku dengan semprotan air dari selang biru yang kerap ia gunakan untuk membilas busa dari motornya.

"Ya~ apa yang kau lakukan?"

Tidak menjawab, Jungkook malah tertawa sambil terus menyerangku dengan air.

"Ya~ Jungkook-a, aku sudah basah kuyup, tau. Ish! Awas kau!"

Dengan langkah tergesa kuhampiri Jungkook, berniat untuk merebut selang dari tangannya dan membuatnya basah kuyup juga.

"Ya! Ya! Ey, apa yang kau lakukan?" Jungkook berusaha menghalangi tanganku merebut selangnya.

"Membuatmu basah kuyup juga!"

Air dari selang terbuang membuat genangan di sekitar kami. Jungkook basah, di kedua kaki juga bajunya, tetapi tidak sekuyup diriku.

"Ya! Ya!" Jungkook mempermainkanku, memindahkan selangnya dari tangan yang satu ke tangan yang lain atau menghalangiku dengan punggungnya.

Beberapa menit aku berusaha sampai... akhirnya aku berhasil merebut selang dan bergegas menyerang balik Jungkook.

Lelaki itu berlari menghindar, tentu saja. Aku mengejarnya, berusaha membuat dirinya basah kendati harus berusaha membuat semprotanku menjangkau Jungkook. Namun sial bagiku, ayah dari putriku itu berlari jauh, membuatku mengejarnya hingga tidak sadar bahwa panjang selangku di tanganku terbatas. Benda plastik berwarna biru itu terlepas dari keran.

Tepat di saat aku hendak menyambungkan kembali selang pada keran, tiba-tiba Jungkook menyerangku dengan... pistol air milik Taya. Mainan yang biasanya putri kecilku alih fungsikan sebagai penyemprot bunga.

"Ya! Ya! Jungkook-a, hentikan!"

"Biar kumandikan kau sekalian, Sayang," candanya, tertawa.

Aku berlari ke dalam rumah, berharap Jungkook berhenti 'memandikanku' dengan cara anehnya. Namun...

'Duk'

'Bruukk!'

"Aww."

Aku tersandung batu dan jatuh. Kurasakan perih di lutut kananku dan ya... begitu kulihat, tercipta luka lecet di sana.

"Astaga. Sayang, kau tidak apa-apa?" Jungkook menghampiriku. "Aigoo, lututmu luka. Ayo kubantu berdiri, biar kubersihkan lukamu."

Mudah saja bagi Jungkook menggendongku masuk ke dalam rumah, mendudukkan ku di sofa di ruang keluarga. Lelaki itu beranjak ke dapur dan kembali dengan kotak P3K.

"Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bermaksud membuatmu seperti ini," kata Jungkook dengan nada menyesal sembari dengan lembut ia membersihkan lukaku dengan air yang telah dicampur cairan antiseptik.

Aku meringis. "Kamu, sih. Kenapa malah berkelakuan seperti anak kecil? Aku jadi jatuh, kan?" Ujarku, pura-pura marah meski kuyakin alasan dibalik priaku melakukan hal itu karena...

"Aku hanya ingin menghiburmu. Kau terlihat tidak bersemangat sejak Taya ke Busan."

Tuh, kan?

"Aku kesepian. Kalau kau berangkat ke kantor, aku terlalu lama sendiri di rumah. Biasanya kan ada Taya yang..."

Aku belum sempat menuntaskan ucapanku, namun Jungkook memotongnya dengan berkata, "Jadi, kau ingin ada seseorang yang menemanimu di rumah?"

"Iya." Aku mengangguk polos.

"Kalau begitu..." Jungkook yang tadinya memandangku dengan tatapan bersalah, kini beralih menjadi kerling nakal.

Glup.
Perasaanku agak tidak enak.

Sejurus kemudian, lelaki itu mendedekatkan wajahnya dengan wajahku, membuatku panik.

"Ya. Ya. Kau mau apa, hah?"

"Kupikir ini waktunya, Sayang." Jungkook menyeringai. God.

"Waktu untuk apa?"

"Membuat Taya yang kedua."

—–THE END—–

Jangan lupa follow, vote dan komen ya ^^

Terima kasih sudah membaca ^^




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro