Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

tujuh

Dari : aku yang tersakiti
Untuk : kalean para cowok
Pesan : kalo kalian udah punya pacar nih, tapi kalian masih suka chat-chat gak penting sama cewek lain. Maksudnya tuh gimana sih? Situ ganteng? Tebar pesona sana-sini?

"Kids jaman now kek gini ye, kurang sledingan."

Kalimat itu adalah komentar pertama yang Neta dengar pagi ini. Kuliah pagi, bangun kesiangan sampai buru-buru ke kampus, tapi tiba-tiba dosen bilang gak hadir. Neta sebenarnya tidak merasa sakit hati seperti mahasiswa lainnya, tapi Neta sebal mengingat pagi tadi ia sampai lupa membawa ponselnya.

Ditambah lagi Nisa yang asyik bacain draft pesan di salah satu official account dengan ribuan adders itu. Masalahnya kalau temannya itu baca sendiri sih Neta gak masalah, tapi si cewek berponi depan itu malah bacain isi pesannya lumayan terdengar Neta dan akan melemparkan komentar di akhirnya.

Bisa tutup plester mulut Nisa gak, sih?

Neta menghela napas, lagi dan lagi. Nisa sendiri masih sibuk dengan ponselnya tidak peduli Neta yang terkapar lemas di sebelahnya tanpa ponsel di tangan.

Neta mati kutu. Bosen setengah hidup.

"Net, daripada lo bosen gitu kan ya mending baca draft sama gue."

Ya Gusti Nu Agung, asa hayang seleding si Nisa. Ari kitu teh dosa henteu nya?

"Neta ih jangan horor gitu napa! Lama-lama lo lebih horor dari sender draft tau, gak?"

Siapa bilang tangan Nisa tidak berani mendarat di atas bahu Neta? Pukulannya keras, lagi! Neta meringis seraya mencebikkan bibirnya sebal. Tubuhnya ia paksa angkat untuk duduk tegak sempurna.

"Jangan-jangan nih ya, rektor kita suka bacain ginian." Nisa tertawa, mengambil napas sejenak lalu melanjutkan, "Kemarin ada sender ngaku jadi rektor terus pesannya mau drop out para pelakor. Receh banget sebel gue."

Aduh! Neta tuh gak ngerti dimana lucunya?!

"Ngomong-ngomong Net, gimana Kak Esa? Kemarin lo udah jenguk dia, kan?"

Neta menghembuskan napasnya kasar. Kenapa harus ini yang dibahas? Setelah membahas topik pelakor yang bikin kuping Neta panas, terus sekarang Nisa bahas Kak Esa? Dua topik itu punya hubungan erat yang bikin Neta mual, tau!

"Udah." Neta menjawab sekenanya. Padangannya mengawang ke langit-langit. Mereka kini duduk di salah satu dari sekian bangku yang ada di tengah bangunan kampusnya. Pohon yang tinggi menjulang adalah pandangan Neta kali ini.

"Harusnya gue gak usah jenguk dia kemarin." Neta tersenyum nanar. Mengingat kejadian kemarin rasanya begitu aneh. Bagaimana dua hari lagi Neta harus bertatap wajah dengan Esa?

Esa sudah punya pacar.

Kenyataan itu rasanya bikin gendang telinga Neta ngilu. Seperti suara gesekan dua sendok yang hadir tiba-tiba ketika kejadian kemarin terputar di otaknya.

Masalahnya, kalau Esa sudah punya pacar kenapa gitu? Apa hubungan Neta?

Yap! Itu benar. Neta ini kan hanya teman, bukan? Tapi justru karena hal itu yang membuat Neta malah jadi kaya anak abege galau menye-menye. Neta sebal harus ada dalam keadaan sekarang, Neta sebal kenapa dirinya harus kenal sejauh ini dengan Esa, tapi Neta juga tidak pernah menyesal ini terjadi. 

"Lo kenapa jadi lemes gitu dah buset. Kak Esa cuek sama lo?"

Kalo boleh milih sih mending dicuekin tuh makhluk daripada diginiin.

"Parah! Lebih parah dari itu."

Neta terdengar sedikit dramatis bagi Nisa. Pipi Neta yang sedikit berisi itu ia gembungkan jadi semakin bulat. Nisa bingung kenapa bisa kejebak sama Neta selama kuliah di sini. Mungkin karena mereka sesama anak rantau? Neta itu ajaib. Tipe-tipe temen yang kalo udah bete malah bikin orang lain bete. Nisa benci hal itu karena Nisa lebih memilih bicara secara langsung. Bukan mencoba memahami isi otak orang lain. Sayangnya Nisa gak bisa tuh yang namanya benci sama temannya yang satu ini.

"Dia jahat sama lo lagi?"

Selama kurang lebih empat bulan Nisa menghabiskan waktu di kota ini sama Neta, dirinya tidak pernah sekali pun bisa membaca pikiran Neta. Kalau Neta curhat tuh ya, suka diputerin dulu sampe Sumatera baru ke Jawa. Intinya dimana Nisa juga gak tahu.

"Yang jahat tuh gue, Nis." Kini wajah Neta semakin lesu. Kepala yang tadinya menghadap ke langit kini menatap Nisa dengan mata penuh harap.

Nisa menggelengkan kepalanya. Ini sih gak bener, pikirnya.

Apa harus datang ke Kak Esa? Membuang semua rasa malu dan gugup Nisa hanya untuk membantu memecahkan batu di dalam kepala Neta?

"Ya lo jelasin ke gue yang bener dong, Net! Mana gue ngerti, si kambing." Nisa geram bukan main. Gemas sih lebih tepatnya. Ingin mengocok isi kepala Neta seperti gelas undian arisan. Siapa tahu ada clue yang keluar dari malasah rumit Neta dan Esa?

"Nis, jangan bacain draft pesan lagi di depan gue, ya. Gue muak sama topik pelakor."

"INTINYA NAON ATUH, NET? URANG TEU NYAHO MANEH TEH CURHAT NGAN SAIPIRIT IPRIT JIGA CUKA KALUAR TINA BOTOLNA!"

Nisa sudah tidak sabar. Kepalanya ia tadahkan di atas tangannya yang meraup seluruh wajah dengan kasar. Nisa ingin sekali ambil palu untuk pecahin teka-teki dalam kepala Neta. Toh ya ini cuma curhat tapi Nisa merasa seperti isi TTS Lontong yang jawabannya ngawur kemana-mana. 

"Gini gini, ada Si A sama si B nih ya."

Benar, kan? Bilang saja kalau A itu Neta, B itu Esa? Namun Nisa hanya mengangguk mengiyakan. Ia mencoba sabar dengan mendengarkan keluh kesah Neta. Karena sejujurnya saja Neta lah satu-satunya teman yang mau direpotin untuk datang ke kos Nisa pukul sembilan malam hanya karena Nisa takut tidur sendirian. Entah Neta yang emang gak punya rasa takut atau bagaimana, anak itu malah datar-datar aja ketika diceritain kalau Nisa habis diganggu makhluk gak kasar. 

"Nah jadi si A sama B itu deket banget, Nis."

Nisa kembali mengangguk. Gumaman adalah jawaban yang tepat. Neta akn ngawur dulu baru ke inti, Nisa sudah biasa.

"Si B ini cowok yaa." Neta membuat Nisa semakin fokus. Sengaja menekankan tiap kata pada kalimatnya agar mendapat perhatian Nisa. Sebenarnya Nisa sudah paham meskipun jika Neta tidak menceritakannya.

"Si B tuh perhatian banget kadang suka bawain makan tiba-tiba atau suka tiba-tiba kasih kode seolah si B itu pacarnya lah, apanya lah. Kan sebel."

See? Dari cara cerita Neta pun Nisa sudah tahu kalau Neta tengah menceritakan kisahnya sendiri dan ingin melontarkan uneg-uneg di hatinya sampai tuntas.

"Lah kenapa lo yang sebel, Net?" Nisa sedikit memancing. Hanya mengernyit seolah memang Nisa tidak tahu menahu dan merasa bingung dengan cerita Neta.

"Ya kan gue sebagai cewek merasakan gitu, Nis." Neta menjawab dengan yakin. Meskipun terlihat bohong ketika Neta memalingkan wajah sebentar sebelum melanjutkan bjcara lagi. Nisa hanya mengangguk paham saja. Kalau Nisa langsung menembak bilang kalau yang dceritakan adalah Neta sendiri, dijamin seratus persen Neta akan berhenti cerita lalu diam 1x24 jam. Mungkin Nisa harus lapor Kak Esa tanpa melihat kondisi di antara kedua sejoli itu.

"Tapi Nis, si B ini udah punya cewek. Menurut lo wajar gak sih kalau si A marah sama si B? Terus kalo lo jadi si A nih, lo bakal pura-pura santai atau menjauh? Karena... ya she can't avoid her own feeling, Nis."

"Sekarang gini Net, kalau si A itu adalah lo dan si B adalah Kak Esa, apa lo bakal sanggup ngehapus Kak Esa gitu aja dari hidup lo?"

Neta menghela napas mendengar jawaban Nisa. Nisa benar, jangankan menutupi perasaan, menutupi ekspresi salting aja Neta gak jago.

Sebenarnya Neta rasanya ingin berhenti saja di sini. Namun entah kenapa kali ini Neta malah melanjutkan isi otaknya keluar begitu saja kepada Nisa.

"What's the point of relationship sih, Nis? Ya gue anggep Kak Esa tuh kaya kakak gua sendiri. Gue bahkan gak paham kenapa gue harus marah sama dia, kenapa gue harus baper sama dia. I don't even have a feeling like i wanna jump right now or even smilimg like crazy when he's beside me."

Kalau kalian tanya apakah Neta berbohong, Neta menjawabnya dengan sangat jujur. Neta benar-benar merasakan hal sedatar itu dengan Kak Esa. Namun Neta juga merasa sebal ketika Esa tidak menepati janjinya, atau ketika Esa berbohong tentang keberadaannya pada Neta.

Faktanya Neta bahkan hanya seorang adik tingkat yang kebetulan bisa sedekat ini dengan Esa.

"Gue cuma merasa nyaman di deket dia, Nis. I feel like i know where my home is."

Nisa tidak pernah menyangka kalimat itu akan keluar dari Neta. Pada awalnya Nisa hanya berpikir bahwa Esa menyukai Neta. Selesai perkara di sana. Tidak lebih tidak kurang.

Nisa juga baru tahu kalau ternyata Esa sudah punya pacar. Rasanya Nisa ingin merobek Esa sekarang juga. Kentara sekali bahwa Esa memang sengaja mendekati Neta.

"Tapi apa Angkasa saat ini masih secerah pagi untuk disinggahi sang matahari? Atau ternyata selama ini gue salah menafsirkan posisi gue di mata Kak Esa? Am i just one of his stars?"

Terakhir, Nisa menepuk kepala Neta pelan dua kali lalu berbisik sesuatu. Di antara suara daun yang jatuh di atas kepala Neta sebelum Nisa membersihkannya, serta di antara suara angin yang menelisik anak rambut yang jatuh dari ikatan rambutnya, Neta bisa melihat sosok Esa yang tengah terduduk tepat di hadapannya.

"Can you handle him, right now? I'm off," bisik Nisa sebelum mengambil tasnya, membungkuk sedikit tanda pamit kepada kakak tingkat di hadapannya saat ini, kemudian menghilang di antara kehadiran Esa dan pikiran berkecamuk yang ada di benak Neta sejak ia menjenguk Esa beberapa hari lalu.

"Net, kenapa lo suka membuat penafsiran akan semua hal di sekeliling lo? Apa gue cuma kalimat dalam pikiran lo saat ini? Or am i that person you think of ?"

Sejujurnya, you're the one who make me stuck when i write my words.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro