dua
Kalau diingat-ingat, ini boleh dibilang hari kedua Esa tidak terlihat di depan mata Neta. Mungkin memang baru sekali Esa menemani Neta datang ke kafe kesukaannya. Dan itu seminggu yang lalu. Dua hari lalu Esa masih sempat mengantar Neta ke fotokopi di belakang kampus. Namun Neta seperti merasa ada yang berbeda dari wajah Esa. Laki-laki itu terlihat begitu lelah untuk sekadar mengantar Neta sampai kosan yang memang kebetulan saat itu Neta beralibi ada tugas kelompok di kantin kampus sehingga Esa pun mengiyakan untuk meninggalkan Neta di fotokopi dan pulang.
Jarak rumah Esa sampai kampus itu terbilang cukup jauh, Neta pikir dia lelah karena itu.
Tapi kenapa capeknya sampe gak mau ketemu?!
Neta gemas sendiri melihat tadi pagi Esa hanya melewati sisi tubuhnya di lorong tanpa ritual andalan Esa untuk menepuk puncak kepala Neta dua kali yang membuat desiran hebat pada jantungnya berdetak seribu kali lebih cepat. Esa begitu hebat memanipulasi kondisi fisik aneh dalam diri Neta dan tadi pagi Esa seolah mematikan detak jantung kesembilan yang Neta atur agar tidak jatuh saat Neta berspekulasi bahwa Esa akan sehangat biasanya.
"NETA LO DENGERIN GUE GAK SIH?"
Ah iya Neta hampir saja melupakan Nisa. Teman dekatnya di kampus yang hobi curhat dan makan mie ayam di kampus teknik. Kata dia mie ayam campur pemandangan cogan itu sangat luar biasa mengenyangkan. Yah terserah Nisa saja Neta juga tidak peduli. Neta benci ke kampus teknik karena di sana banyak teman SMAnya yang pasti akan mengganggu Neta dengan seenak jidat.
Apalagi di sana juga ada sepupu tertuanya yang sangat Neta hindari. Sebenarnya Neta hanya tidak enak jika sepupunya itu, Kak Arkan namanya, akhirnya malah jadi traktir Neta untuk perbaikan gizi. Neta benci melihat angka di timbangannya bertambah. Esa pasti akan mengejeknya habis-habisan. Katanya Neta bulat seperti squishy dan Esa selalu mencubit pipi Neta seenak jidatnya. Sekarang tidak sih, baru dua hari Esa seperti... menjauh?
"Ih kezeul to the max deh, Net."
"Alay ah lo."
"Anjir kanjeng pms mulu tiap hari."
"YA GIMANA GUE GAK PMS KALO ORANG DI SEKITAR GUE BIKIN GUE PMS?"
Kali ini Nisa benar-benar diam baik dalam bahasa indonesia maupun bahasa isyarat. Nisa gak mahir seribu bahasa, mungkin hanya tiga bahasa yang sangat umum sekali dan tentu saja salah satu di antaranya bahasa sunda.
Nisa gak paham kenapa Neta tiba-tiba marah dan ketawa kaya orang kesurupan, tapi kali ini Neta benar-benar bete sejak pagi saat lewat lorong depan lab komputer.
"Lo bete sama Kak Angkasa, ya?"
Neta terdiam sebentar sebelum menatap Nisa penuh arti. Mata Neta tidak berkaca-kaca akan nangis seperti galau dicuekin pacar. Karena memang mereka berdua tidak pacaran. Neta justru menampakkan mata berapi seperti ingin mencincang Angkasa dan menjadikannya geprek kuah. Aduh Nisa jadi lapar.
"Jangan sebut nama sakral dia di sini, Nis."
Dan sepertinya Nisa juga lupa fakta bahwa hanya Nisa yang tahu hubungan gelap Neta dan Angkasa. Eh bukan, maksudnya hubungan pertemanan mereka itu seperti ditutupi karena Neta malu dan Angkasa sendiri bingung dengan keadaan seperti ini. Begini loh, Neta itu mahasiswa baru dan Angkasa itu mahasiswa semester tiga yang baru aja jadi kating. Yah walaupun alasan itu sangat aneh. Memang salah berteman? Ini sudah mau habis semester satu tapi masih kaku.
"Askar Angkasa angkatan 2016 yang banyak fansnya itu maksud lo, Net? Kenapa sih? Sesakral apa nama dia di telinga gue? It's a big no. Ganteng juga kaga dah buset lo mau ditindas siapa telah merebut hati Angkasa dengan followers delapan ribu di instagram?"
Rasanya Neta ingin sekali menenggelamkan Nisa ke dalam kuah bakso tapi sayang Neta memesan nasi goreng kali ini. Ucapan Nisa sangat membuat perut Neta terkocok dan apa gunanya Nisa menyebut jumlah followersnya itu? Oh Oke Askar Angkasa memang sangat terkenal dan begitu yang Neta ucapkan di depan laki-laki berkacamata itu sebulan yang lalu ketika ia mengatakan, "Kamu kenapa gak mau aku anter ke kampus, Net?"
Sebenarnya Neta juga malas berurusan dengan skandal berita terkini di kampus yang dibuat oleh makhluk penggosip di kelasnya. Karena sejujurnya Esa pernah datang ke kosan Neta untuk mengantar ayam penyet ketika teman-temannya sedang mengerjakan laporan praktikum di kosannya. Coba bayangkan bagaimana seribu cara Neta mengelak bahwa yang mereka lihat adalah abang gojek yang mirip kating cogan yang suka mereka bincangkan.
Sialnya ayam penyet itu bukan atas permintaan Neta, tapi Esa baru saja dapat promo beli satu gratis satu dan Neta tidak bisa diajak keluar untuk makan. Jadi Esa dengan seenak jidat datang membawakan makanan yang sialnya lagi sangat enak dan Neta tidak bisa menolaknya.
"Masalahnya adalah, status gue dan dia yang terlalu sakral." Neta menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya. Dari meja kedua di kantinnya Neta bisa melihat Askar Angkasa melewati kantin hendak menuju gedung C kampusnya. Sebuah kebetulan luar biasa. Sepertinya Esa bernasib sama dengan Dias, mereka akan panjang umur karena baru saja hadir ketika sedang dibicarakan. Namun Esa tidak melihat Neta dan sepertinya telinga Esa terlalu masa bodo untuk mendengar percakapan Nisa dan Neta.
"JADI LO UDAH JADIAN, NET? SUMPAH DEMI APA?"
Mungkin Neta harus menarik kalimat terkahirnya. Neta dengan cepat membungkam mulut Nisa yang memang susah sekali untuk dikontrol. Dan terakhir yang Neta sadari adalah tatapan matanya bertemu dengan Askar Angkasa angkatan 2016 yang sebelumnya dibincangkan mereka. Mungkin ia mendengar teriakan Nisa.
Kenapa harus dengan tatapan kaget begitu, Kak Esa?
"Eh anjir orangnya nengok ke sini, Net. Malu gue."
Ya Tuhan dimana tempat pengasingan terjauh? Neta ingin enyah saat ini juga dari hadapan dunia. Nisa menyebalkan!
"Gue gak jadian anjir. Maksud gue, kita berdua itu terlalu rumit." Neta mengoreksi ucapan Nisa yang disambut tatapan menggelikan Nisa. Cewek itu jelas tidak percaya. Apalagi ucapan Neta sebelumnya sangat ambigu.
"Ah bohong."
"Serius gue."
"Ya bener si rumit, kan biasanya cewek cowok pacaran tuh rumit."
"Ah anjir, Nis. Gue gak jadian, oke?"
"Ah ga caya akutuh." Nisa menampakkan wajah menggelikan yang kesekian kalinya. Neta rasanya sudah lelah punya teman macam seperti ini, tapi sayangnya hanya Nisa yang mau datang ke kosan Neta jam delapan malam untuk meminjamkan cas laptop padahal kosan mereka terbilang cukup jauh.
"Aku juga gak caya."
.
.
.
.
Jadi coba tebak suara siapa yang tiba-tiba menelisik gendang telinga Neta beberapa detik lalu? Dan akhirnya Nisa bisa tersenyum bahagia sampai delapan jam ke depan?
.
.
.
"E-eh, Kak Angkasa?"
"Boleh enyah dari bumi gak sih?"
"Jangan Net, nanti aku sendirian."
"Tuh Net, jangan tinggalin Kak Angkasa sendirian."
.
.
.
Dimana tempat pengasingan terjauh? Neta akan bayar berapapun orang yang bersedia mengantarkan dia ke sana.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro