Shi Nai'an - Shui Hu Zhuan (Ulasan Singkat)
Mari kita obrolin sejenak soal buku ini.
Buku ini terbilang salah satu buku tersulit buat dicari meskipun udah public domain.
Kok bisa?
Soalnya buku ini nyaris gak ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Berbeda dengan buku klasik Barat yang gampang banget nyari versi terjemahannya, buku ini susah dicari dalam versi bahasa Indonesia.
Sekalinya ada di Tokopedia pun sedikit. Pas aku nyari di iPusnas pun bukunya gak bisa dipinjem. Entahlah kalo versi Gramedia Digital (soalnya diterbitin sama anak perusahaan Gramedia). Komik jadul era Candy Candy aja ada di sana apalagi buku ini.
Pas aku nyari di iPusnas, eh ada dong.
Sayangnya, pas mo minjem bukunya malah gak bisa. Soalnya buku ini udah kena weeding (alias penyortiran buku rutin pustakawan) karena sepi yang baca.
Selain itu, nyari terjemahan versi PDF dan legal pun sulit. Cari di Gutenberg pun dapetnya versi bahasa Mandarin. Berhubung penguasaan bahasa Mandarinku cuman sebatas 天动万象 (tiān dòng wànxiàng), yo wis aku cari versi terjemahan bahasa Inggris.
Akhirnya ya aku dapet versi legalnya (dan gratis) dari World Library. Aku bakal ulas versi terjemahan World Library.
Sedikit Cerita
Novel ini merupakan satu dari empat novel besar Cina yang banyak diadaptasi dari mulai film sampe game. Cuman popularitas novel ini di Indo gak sepopuler Journey To The West alias cerita Sun Go Kong.
Ada dua versi dari buku ini untuk versi terjemahan bahasa Inggris: Water Margin dan Outlaw of The Marsh. Keduanya intinya masih buku yang sama, tapi beda penerjemah. Soalnya ada buku yang 100 bab dan 120 bab. Keduanya bisa dicari gratisan (dan legal) ato baca via Kindle.
Untuk versi World Library sendiri ada 100 bab dengan 1000 halaman. Khusus untuk buku ini, aku belum tuntas bacanya sampe sekarang. Soalnya mataku agak sakit kalo kelamaan baca buku di HP/laptop. Aku udah baca sekitar 25% ceritanya. Ulasanku mungkin akan berubah kalo bacanya udah kelar.
Tambahan Teknis
Jangan takut dulu baca versi bahasa Inggrisnya. Soalnya versi World Library itu terjemahannya pake bahasa Inggris yang sederhana. Serius.
Bahasa yang digunakan penerjemahnya terbilang sederhana, setara materi SMP/SMA di Indo. Bukan kosa kata rumit layaknya cerpen-cerpennya Edgar Allan Poe. Mungkin selevel sama terjemahan tulisan Anton Chekhov yang sama-sama menggunakan bahasa Inggris sederhana.
Kesederhanaan penggunaan diksi bahasa Inggris oleh penerjemahnya bisa jadi dipengaruhi teks aslinya. Berdasarkan informasi dari Wikipedia, bahasa Mandarin yang digunakan dalam novel ini merupakan bahasa sehari-hari. Makanya diksinya terbilang ringan.
Selain itu, penerjemahnya juga menyertakan beberapa istilah penting yang sengaja tidak diterjemahkan seperti li dan catty. Sewaktu aku mencari artinya, keduanya merupakan satuan berat kuno yang digunakan di Cina. Entah kenapa penerjemahnya tidak menyertakan catatan kaki soal ini.
Selain itu, ukuran font yang digunakan dalam versi World Library itu terbilang kecil. Berhubung aku punya rabun dekat, itu bukan masalah. Masalahnya, ukuran kertas halamannya itu sekitar A4. Soalnya ukurannya hampir sama kayak The UNIX-Haters Handbook. Jadi, mataku agak sakit kalo baca kelamaan.
Ulasan Sekilas
Novel ini bercerita tentang persaudaraan 108 orang yang berusaha melawan ketidakadilan dan menggulingkan rezim tiran. Namun, ada beberapa hal yang perlu diingat sebelum membaca novel ini.
Pertama, semua karakter dalam novel ini abu-abu. Perlu kedewasaan pola pikir untuk memahami tindakan karakter tersebut.
Salah satunya karena prinsip keadilan dan kebajikan menurut sudut pandang orang Cina itu sendiri.
Prinsip kebajikan menurut mereka itu lebih condong pada hutang budi, bukan betul-betul hitam dan putih bila dilihat dari kacamata norma yang berlaku. Hal itu tergambar jelas dari beberapa adegan dalam novel ini. Contohnya saja hubungan di antara biksu Lu dan Lin Chong yang bermula karena sebuah kebaikan kecil.
Kedua, jumlah halamannya yang tidak sedikit memerlukan waktu untuk memahami setiap plot dan kalimatnya. Bahkan untuk terjemahan resmi terbitan BIP saja mencapai tiga jilid.
Hal ini menjadi masalah untuk memahami novel ini. Katakanlah buat dibaca dalam waktu singkat ato udah lama gak novel ini karena sibuk.
Novel ini sendiri memiliki plot yang terbilang lambat dan menyeluruh. Itu karena tidak mudah memperkenalkan 108 karakter sekaligus dan memastikan pembaca tidak kebingungan.
Pengalamanku sewaktu menjeda buku ini cukup lama emang agak pusing. Soalnya ada beberapa karakter yang terlupakan begitu saja. Ada juga yang langsung inget kayak biksu Lu, Lin Chong, dan karakter antagonis seperti Gao Qiu.
Untungnya, buku ini tidak menggunakan perujukan karakter yang membingungkan ala The Brothers Karamazov atau pengenalan karakter yang terlalu banyak ala World Trigger. Semua karakter yang diperkenalkan pun memiliki afiliasi sendiri dan muncul dalam banyak chapter. Sehingga pembaca pun bisa ingat dalam sekilas meskipun sudah lama tidak membacanya.
Cara penulisnya memperkenalkan karakter dalam afiliasi yang sama pun mengalir. Persis halnya operan bola dalam olahraga. Misalnya pada arc pertama. Karakter pertama yang diperkenalkan itu Shi Jin, lalu trio bandit, lalu biksu Lu, dan seterusnya.
Semua karakter yang muncul dalam satu arc itu punya peran yang saling berhubungan dan punya ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut tak melulu ditunjukkan lewat karakter. Bisa juga dari hal lain seperti "kenakalan" biksu Lu, intrik merampok ala Chao Gai, kebaikan Tuan Chai pada para narapidana, dilema Lin Chong yang difitnah sekaligus istrinya ditikung dari belakang, dilema Yang Zhi jual pedang pusaka keluarga, dll.
Meskipun ini novel klasik, penggambaran suasana Cina pada akhir dinasti Song pun tergambar jelas. Sedikit bias sih, aku emang penggemar cersil. Makanya langsung kebayang suasananya gimana.
Untuk penggunaan telling pun terbilang ngalir terlebih pada adegan pertarungan. Aku sendiri emang merujuk pada novel ini, seri Bu Kek Sian Su, dan Wiro Sableng untuk belajar cara menulis cerita silat sekaligus adegan bertarung yang ngalir. Tidak banyak detil, tapi langsung menunjukkan intensitas pertarungan.
Novel ini sendiri terbilang salah satu novel genre wuxia yang terbilang realistis. Realistis di sini merujuk pada realisme karakter dan dunia dalam ceritanya. Emang dalam genre wuxia/xianxia itu pasti ada campur tangan dewa yang berperan dalam plot. Untuk Shui Hu Zhuan sendiri, kadarnya masih realistis. Tokoh-tokohnya sendiri masih orang biasa dengan kemampuan bertarung yang terasah karena latihan dan bukan seorang kultivator dengan kontrol tenaga dalam yang di atas manusia normal. Masalah yang dihadapi pun masalah orang biasa seperti halnya masalah rumah tangga sampai perkelahian demi membela orang tua yang tidak berdaya.
Yup, cuman segini yang bisa kuulas. Soalnya bacanya baru dikit sih. Ulasan lengkapnya bakal kutambah kalo udah beres baca.
Punya link nyari novel klasik Cina yang legal dan ada terjemahannya? Bisikin dong! Aku pengen baca Investiture of The Gods sama novel klasik lainnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro