Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

Aku Haruno Sakura. Di hari yang cerah ini akhirnya aku akan berganti marga. Ya, aku akan menikah dengan pria yang sudah lama dijodohkan. Bagai kisah dongeng klasik, dia yang menjadi pengantin priaku adalah orang yang begitu tampan dan tinggi, berkulit putih juga berbadan tegap. Kami sudah berteman sedari kecil namun tidak pernah sekalipun dekat satu sama lain. Tapi aku mencintainya sejak lama dan berharap pernikahan ini akan berubah menjadi tulus nantinya.

Ketika kulihat bayanganku dicermin rias, sosokku tampak menawan dalam balutan baju pengantin berwarna putih. Aku selalu menantikan hari ini, dimana aku akan berdiri di altar pernikahan bersamanya. Bibirku tidak bisa berhenti mengulas senyum. Kulihat ayahku menunggu di penghujung pintu, memandangku dengan tatapan haru. Ia memaksakan tersenyum walau air matanya siap turu  dari sudut matanya.

"Ayah menangis," dengan perlahan aku mengusap air matanya. Namun dengan tegas ayah menggeleng, "Aku sudah berjanji untuk tidak menangis dipernikahan putriku."

Kami saling mengubar senyum sebelum akhirnya ayah memberikan lengannya padaku. Tiba saatnya untuk berjalan ke altar. "Kau siap, nak?" Dan aku menggangguk sebagai jawaban pasti.

Aku berjalan perlahan diatas karpet yang membawaku menuju altar. Kulihat seluruh tamu berdiri dan memandangku dan ayah. Aku mengeratkan genggamanku pada lengan ayahku, hatiku terasa ragu pada saat-saat seperti. Seolah tahu keresahanku, ayah mengusap tanganku dengan lembut. Sahabatku datang dan mereka duduk di barisan depan, diantara mereka ada Ino yang bersorak paling kencang dengan tangis bahagianya.

Beberapa langkah lagi menuju altar dan langkahku terasa begitu lambat. Kulihat Pendeta dan calon suamiku yang tengah menungguku disana. Sasuke tampil sempurna seperti biasa dengan jas pengantin yang sewarna dengan gaunku. Matanya tidak pernah lepas dan terus menyorotku tanpa berkedip. Tibalah aku didepan altar dan ayahku menyerahkan diriku sepenuhnya pada Sasuke.

Mata kelam Sasuke terus menatap lurus kearahku dan membuatku kesulitan bernapas. Selama pendeta berbicara aku kehilangan fokus dan tidak bisa membalas tatapan aneh dari Sasuke. Terus bertanya apakah ada sesuatu yang salah atau aneh pada diriku, Sasuke terlihat terus memandangiku dan hal itu membuatku sedikit gugup bahkan takut melakukan kesalahan.

Tiba saatnya pendeta membacakan janji pernikahan. Debar jantungku semakin kencang tatkala Sasuke menjawabnya dengan tegas. Ia meremas tanganku dengan erat namun tanpa ada niatan menyakitiku.

Itu lebih seperti meyakinkan diriku dengan tekadnya. Seolah ia ingin aku tahu bahwa dia juga menginginkan ini. Mungkinkah hanya perasaanku saja?

"Haruno Sakura, maukah engkau menikah dengan Uchiha Sasuke yang hadir di sini dan mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun dalam duka?"

Aku mencoba membalas Sasuke. Balik meremas tangannya untuk menghilangkan gugupku. Tentu saja, ini adalah hal yang kuimpi-impikan sedari kecil.

"Ya, saya mau." Aku menjawabnya tak kalah mantap.

"Maka dari itu, resmilah kalian berdua menjadi sepasang suami-istri. Silahkan cium pasangan Anda dan pasangkan cincin pernikahan segera."

Aku tidak pernah membayangkan ini benar-benar dapat menimpa hidupku. Menikah dengan Sasuke, teman masa kecilku, meski aku menyukainya sejak dulu tapi tak pernah terpikirkan dia juga bersedia menerimaku.

Sedari dulu semua orang tahu bahwa aku menyukainya. Itu seolah tercetak jelas di wajahku. Tapi Sasuke tidak pernah memberikan respon yang menyatakan dia juga menyukaiku. Maka dari itu, tak pernah kukatakan jika aku menyukainya selama belasan tahun.

Dan dengan mudahnya orang tua kami menjodohkan kami berdua. Awalnya aku ragu, namun Sasuke menjawab bila ia tak keberatan dengan pernikahan kami. Itu adalah hal yang mengejutkan bagi semuanya.

Aku terlalu banyak melamun hingga tak menyadari bahwa Sasuke mulai mengikis jarak. Aku tertegun menyadari dia memulai ini duluan. Bingung dengan apa yang harus kulakukan selanjutnya, aku hanya mampu memejamkan mataku seraya menahan napas untuk kesekian kalinya.

Astaga. Itu kecupan yang cukup lama. Aku hampir tak dapat mendengar riuhnya tepukan, yang kudengar adalah suara detak jantungku sendiri. Sasuke benar-benar membuatnya lama. Dia melumat bibirku dan sedikit menyesapnya.

Sasuke saat itu seolah ingin aku pingsan di altar karena malu.

Ketika itu berakhir, aku segera menghirup udara dengan rakus. Jika ada cermin di dekatku, pasti aku sudah melihat bayangan wajahku yang merah padam. Saat kugulirkan mataku pada Sasuke, dia hanya semakin memperdalam tatapamnya padaku. Itu membuatku bergidik sekaligus merinding. Entahlah, seakan ingin melahapku mentah-mentah.

Aku semakin tegang saat pemasangan cincin pernikahan. Ketika tanganku memasangkan cincin di jari Sasuke tanpa sadar tanganku sedikit gemetar. Astaga, kendalikan dirimu bodoh! Aku menjerit kencang dalam pikirku.

Ini kacau!

Dan tiba giliran Sasuke untuk memasangkan cincin milikku. Saat tangan itu terulur untuk meraih telapak, untuk alasan yang tidak jelas aku menahan napasku. Pandangan Sasuke jauh lebih intens dan menusuk. Seolah hendak menembus pikiranku yang sedang kalang kabut. Porak poranda tanpa sebab tertentu.

Cup

Sorakan kembali menggema. Kali ini adalah karena Sasuke yang mengecup punggung tanganku dengan mesra setelah kami berhasil memasangkan cincin pernikahan. Aku kembali memerah dan hanya mampu menutupi sebagian wajah dengan sebelah tangan.

Jika seperti ini terus, aku bisa pingsan di tempat. Aku kembali menjerit dalam hati.

To be continued

Cerita ini mungkin hanya akan jadi selingan.. :)

Antara chapter nantinya mungkin tidak berkesinambungan, jadi setiap chapter punya topik sendiri (tapi tetap satu cerita, paham ga?)

So, delete or next?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro