Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2

Selamat datang di chapter 2 Curcolnya Bang Jay

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tolong tandai jika ada typo

Thanks

Well happy reading everyone

Hope you like this chapter

❤❤❤

_____________________________________________

Can’t Help Falling in Love with You
By Elvys Presley

_____________________________________________

Gravitasi tidak bertanggung jawab atas orang yang jatuh cinta

—Albert Einstein

_____________________________________________

Jakarta, 4 Februari
10.45 WIB.

Berlian Melody-ku.

Apa kau penasaran dengannya? Kalau boleh jujur, aku ingin menceritakan tentang gadisku itu. Namun, aku khawatir apabila kau membaca ceritaku tentangnya, kau akan jatuh cinta padanya juga. Bagaimanapun aku ini seorang laki-laki posesif. Sifat tidak ingin ada yang mencintainya selain aku, mengalir deras dalam darahku.

Teruntuk kali ini, pengecualian. Baiklah, bila kau memaksa, aku akan menceritakan tentang Berlian Melody-ku. Namun, kau harus berjanji padaku lebih dulu untuk tidak akan jatuh cinta padanya sebab gadisku sangat mudah dicintai dan pastinya berpotensi besar dapat membuatmu jatuh cinta meski kau tak meminta.

Di luar kehendakku setelah berlama-lama mengenal gadisku, Jameka menjadi menyayanginya sebagai adik, Tito yang mulutnya tampol-able juga dapat mudah akrab dengan gadisku, sebagaimana Lih yang pendiam, secara ajaib bisa berbaur tanpa hambatan dengannya. Lalu, coba katakan padaku, bagaimana bisa jantungku tidak berdetak dua kali lebih kencang, dengan darah yang mengalir deras menjadi mendidih dalam tubuhku ketika begundal-begundal keparat itu dan yang lain melirik gadisku secara sembunyi-sembunyi atau  terang-terangan, padahal ia hanya diam?

Dari sini mungkin kau akan menyimpulkan bahwa aku hanya membual bin melebih-lebihkan. Orang yang jatuh cinta tentu tidak akan memandang fisik atau tingkah laku orang yang dicintainya. Seburuk apa pun rupa maupun sifatnya, orang yang jatuh cinta tidak akan menganggapnya demikian. Dari kacamatanya, yang ada hanyalah paras rupawan serta tingkah laku menggemaskan dan segudang pendapat amat baik.

Harus kuakui pernyataan itu sebagian ada benarnya. Namun, daripada kau sibuk mereka-reka pendapatmu soal bagaimana aku memberi komentar tentang gadisku, lebih baik coba kau baca dari namanya dulu. Yaitu, Berlian Melody. Berarti sebuah intan yang diasah baik-baik hingga indah kemilau cahayanya dan mengandung susunan rangkaian tiga nada atau lebih dalam musik yang terdengar berurutan secara logis serta berirama serta mengungkapkan suatu gagasan, yang pastinya merdu.

Kau pasti langsung berpikir, nama dan artinya saja cantik, apa lagi orangnya? Iya kan?

Aku akan bertepuk tangan sebab apa yang kau pikirkan benar.

Sekarang supaya adil, aku akan menceritakan dari kacamata Jameka, Tito, Lih, dan beberapa anak buahku yang lain serta geng lain yang kebetulan sedang berkunjung ke basecamp sewaktu balapan dan bertemu dengannya. Dan mereka semua kompak menilai bahwa Berlian Melody merupakan seorang gadis yang cantik. Sayangnya, ia tidak pernah percaya diri untuk mengakui kecantikannya dan selalu memandang perempuan atau wanita mana pun lebih cantik darinya.

Gagasan gadis itu sah-sah saja. Setiap wanita memang memiliki kecantikan dengan caranya tersendiri. Namun, berhubung gejala-gejala kasmaran sedang menyerangku, jadi, jangan heran bila aku selalu menganggap Melody lebih unggul dalam hal kecantikan rupa atau pun hati.

Kata mereka selain cantik, Melody juga manis dan imut. Jenis perempuan yang betah untuk dipandangi lama-lama tanpa ada rasa bosan. Anehnya, ia malah tidak ingin ada yang menyebutnya imut dengan alasan imut berarti mirip seperti bocah. Dan pada hal-hal tertentu, bocah sering kali diremehkan. Maka dari itu, alih-alih ingin disebut imut, Melody lebih ingin disebut manis, dewasa, dan anggun yang secara otomatis dapat memancarkan aura kecerdasannya.

Hei katakan padaku, siapa wanita di dunia ini yang tidak ingin disebut imut selain gadisku? Aku akan mengacungkan dua jempol tangan dan kaki tinggi-tinggi untuknya jikalau ada.

Melody merupakan tipe gadis periang. Segala hal kecil bisa berpotensi menimbulkan kegembiraan. Contohnya, bila ada setumpuk daging panggang seberat 500 gram yang disuguhkan untuknya, Melody sontak senang nan bahgia. Lalu tanpa malu atau ragu-ragu menyantap makanan itu hingga tak bersisa. Pada saat itu juga, auranya akan berubah hangat seolah-olah ada siraman matahari yang menyinarinya serta bunga-bunga yang bermekaran dan melayang-layang di sekitarnya.

Tinggi Melody sendiri 165 sentimeter, tergolong agak tinggi untuk ukuran orang Asia—khususnya perempuan Indonesia. Namun, ia selalu mempersalahkan itu dan beranggapan termasuk kategori pendek. Mungkin apabila ia berdiri di sebelahku yang setinggi 188 sentimeter—sebab ada darah Italia yang dominan lebih tinggi dari si Tua Bangka itu mengalir dalam diriku—memang, gadis itu terlihat pendek, hanya seleherku. Namun, bukankah itu normal?

Pernah suatu ketika kami sedang ingin menonton film di Grand Indonesia, Melody mengenakan sepatu sandal berhak tinggi tetapi rata dan bagian tumitnya meninggi, disebut wedges oleh wanita. Tinggi wedges itu sendiri kutaksir sekitar sepuluh sentimeter. Maka timbullah suatu keinginan dalam diriku untuk bertanya alasan ia mengenakan alas kaki tersebut. Melody pun menjawab, “Biar nggak ada yang ngatain aku pendek dan kayak bocah kalau lagi jalan sama kamu.”

“Mana orang yang ngatain kamu pendek, suruh ngadep Jayden.” Kujawab demikian. Melody malah mendaratkan satu pukulan ringan di lenganku dan cemberut.

“Kebanyakan yang ngatain itu cewek. Emang kamu suka kalau ada cewek yang suruh ngadep kamu, terus mereka klepek-klepek sama kamu? Terus mereka jadi suka sama kamu dan ngejar-ngejar kamu?” Melody melipat kedua tangannya di dada dan membuang wajah dariku ke arah lain. “Iya sih, situ ganteng. Banyak yang naksir!”

Di sela-sela senyum tipis yang merangkai wajahku, gelengan kepala menyertai tanganku yang berusaha merangkul untuk merapatkan tubuhnya padaku sebab gemas. Kami pun tidak membahas perihal itu lagi. Namun, satu jam kemudian netraku menangkap cara jalan Melody yang aneh. Tumit gadis itu sering diangkat seolah-olah ada menusuk-nusuknya. Benakku lantas menyadari, rupanya wedges itu menyiksa kaki-kakinya. Untuk menyelamatkannya, kuberi ia dua pilihan, antara kugendong atau memakai bot Dr. Martin hitam kesayangku yang saat itu kukenakan. Dan Melody lebih memilih memakai sepatuku—padahal aku berharap sebaliknya. Ehe.

Dasar gadisku, ia memang hobi membuatku gemas. Jadi, kami mencari tempat duduk marmer yang kosong untuk melepas botku lalu memindahkannya ke kaki-kaki Melody. Ketika hendak melempar wedges itu ke tong sampah dekat elevator suapaya ia tidak mengenakan alas kaki menyiksa itu lagi, Melody mencegahku. Ia menukas, “Jayden, sebenarnya daripada dibuang, itu bisa loh dikasihin ke orang-orang yang butuh dan nggak bisa beli.”

Tanganku berhenti dan gagal membuangnya. Kata-kata Melody seperti menamparku.

“Ke Dr. Marten aja yuk, aku mau beli bot yang sama kayak punya kamu dan kamu bisa pakai bot kamu lagi,” ajaknya, “Kalau kamu nggak suka aku pake wedges itu, pulang nonton kita belanja bahan pokok dan makanan terus ke panti, aku mau sumbangin wedges itu ssma bahan-bahan makanannya.”

That’s why I love her. Melody selalu bisa mengambil segi positif dari kejadian apa pun. Dan akhirnya, kami pun memiliki sepatu bot berpasangan serta menjalankan rencananya ke panti asuhan.

Ekhm, lanjut mendiskripsikan gadis itu.

Daging yang membalut tulang Melody sedikit sehingga tubuhnya tergolong agak kurus. Ini yang tidak dapat ia sangkal dengan cara apa pun—karena mungkin sudah genetiknya demikian. Walaupun sanggup menghabiskan sekotak berondong jagung rasa karamel berukuran jumbo dan segelas soda yang sudah di-upgrade tiap kali kami menonton film di bioskop, semangkuk besar bubur kepiting, hamburger jumbo, wagyu 500 gram atau T-bone lebih dari itu, ia tetap kurus. Impian semua wanita bukan?

Selain itu ia juga penyabar. Tidak pernah marah hingga taraf meledak-ledak. Hanya protes apabila aku melakukan sesuatu yang menurutnya berbahaya. Maaf, itu tidak kuanggap sebagai bentuk kemarahan. Melainkan luapan kasih sayangnya padaku.

Gadisku itu memiliki suara yang jernih. Jenis suara yang dapat membuatku terus ingin mendengarnya berceloteh. Jenis suara yang menenangkan bagiku. Jenis suara alto seperti penyiar radio. Iya, radio hatiku. Hanya hatiku. Yang lain, aku tidak peduli.

Warna matanya cokelat gelap dengan tatapan teduh. Jenis yang bisa membuatku betah lama-lama memandanginya. Alisnya juga tebal. Ia selalu minta bantuan sahabatnya untuk merapikan alis. Padahal aku suka alis naturalnya. Namun, ya sudah itu terserah gadisku saja. Mau bagaimanapun bentuk alisnya, aku tetap menyukainya.

Kakak laki-laki Melody yang berstatus sebagai sahabatku bernama Brian, pernah bercerita bahwa suatu ketika adiknya sempat memakai kawat gigi alias behel. Ada beberapa gigi yang letaknya tidak sejajar dan ada pula sebuah gigi gingsul. Berhubung fungsi kawat gigi itu merapikan gigi, jadi, gingsulnya terpaksa ditanggalkan. Lalu dalam kurun waktu beberapa lama, gigi-gigi Melody menjadi lebih rapi. Padahal meski belum bertemu dengannya saat itu, aku sempat membayangkan bagaimana manisnya Melody jika tersenyum dengan gigi gingsulnya. Dan beruntungnya Brian menunjukkan foto tersebut padaku.

Ngomong-ngomong, aku akan menceritakan bagaimana pertama kali bertemu Brian dan berakhir menjadi sahabatnya.

Kembali ke gadisku lagi. Iya hobi menggiti kuku. Apabila sedang penasaran, takut, atau khawatir akan sesuatu, tanpa sadar aku memperhatikannya menggigiti kuku sampai kuku-kukunya tidak berbentuk. Kurasa, kebiasaan ini perlu disembuhkan.

Dulu rambut gadisku ikal, tetapi sahabatnya membantu Melody meluruskannya. Padahal aku suka rambut ikalnya yang digerai tidak beraturan.

Entahlah, kadang aku gagal paham mengenai sifat manusia yang satu ini. Di saat seseorang iri dengan apa yang ingin mereka miliki, saat itu pula yang lain malah mengubah dirinya.

Selain itu, Melody merupakan gadis yang tegar, kuat serta sangat pandai menahan diri. Contohnya ketika melihat asap rokok, aku tahu ia tidak kuat dengan itu, tetapi ia berusaha semaksimal mungkin tidak protes atau mengibasnya. Katanya, “Aku nggak mau dikatain temen-temen berandalam kamu kayak gini—ya ampun lebay banget nggak sih, baru kena asap rokok doang udah eringet dingin, manja!” Melody berusaha menirukan suara teman-teman perempuanku yang ia jumpai di bascamp sewaktu menonton balapan.

Aku yang kala itu sedang memegangi seputung rokok sambil memperhatikan ia bercerita dengan bibir yang mengerucut mirip paruh bebek pun tidak bisa menahan tawa. Padahal harusnya kugilas mulut-mulut julid itu. Namun, aku tidak melakukannya. Ya, sebesar itulah pengaruh yang diberikan gadis itu padaku.

Well, aku sangat bangga pada sifatnya yang itu. Pengecualian, apabila aku membuatnya khawatir barang sedikit saja, ia bisa menangis. Katakan padaku semua laki-laki atau pria di dunia ini. Apa kalian suka melihat seorang perempuan menangis? Apalagi orang yang berarti untuk kalian? Tidak suka bukan?

Sama, aku juga seperti itu. Aku lebih suka Berlian Melody yang mengomel atau protes, cerewet, berceloteh panjang kali lebar sama dengan luas padaku, daripada Melody menangis. Jadi, saat ia menangis, aku akan selalu menggodanya supaya ia berubah menjadi kesal padaku. Bila sudah demikian, baru lebih mudah bagiku untuk menjinakkannya dengan menenangkan hatinya.

Saat masih belum berpacaran denganku, gadisku suka sekali memakai dress mini. Beberapa kali aku menjumpainya mengenakan pakaian feminin lain yang sejenis. Sejujurnya hal tersebut membuatku meradang, dan paru-paruku seolah baru saja disiram air panas. Apa ia tidak sadar banyak cecenguk yang meneguk ludah dan menatap lapar paha mulusnya? Bukannya meminta, tetapi, bagaiamana bila ia celaka gara-gara itu? Kalau saat sedang bersamaku, tidak masalah. Ekhm, aku malah lebih menyukainya. Apalagi bila ia tidak memakai apa-apa. Ehe.

Maka dari itu, kala sudah menjalin hubungan denganku, aku memintanya mengenkan pakaian yang lebih tertutup. Dan syukurlah ia tidak hanya menurutiku, tetapi juga mengerti kekhawatiranku. Sehingga tiap kali kami berkencan, Melody lebih sering memakai pakaian kasual berupa kaos dan jin panjang serta sepatu kets. Kadang ia juga suka melapisinya dengan jumper hitamku. Tidak ribet dengan dress-nya seperti dulu.

Kadang sahabat Melody juga suka mendadaninya. Jujur, aku tidak suka ia memakai mekap, apalagi hingga taraf tebal seperti Jameka. Itu membuat wajahnya yang imut dan polos tampak kelihatan lebih tua. Selain itu, alasan sebenarnya adalah aku tidak suka mencium bibirnya terhalang rasa lipstick.

Aku suka Berlian Melody-ku yang ‘polos’—kalau kau paham maksudku. Dan, dari itu semua sifat serta penggambaran yang telah kujelaskan serta kujabarkan tadi, aku sangat menyukai ketika ia berteriak memanggil namaku secara erotis. Tepatnya pada momen gadis itu kehilangan kendali diri akibat mencapai puncak pelepasan yang kuberikan. She’s damn hot, sexy, beautiful and gorgeous at the same time and I do love it. (Ia sangat panas, seksi, cantik, dan menawan dalam waktu bersamaan dan aku sungguh mencintai itu)

Kau boleh menganggapku omes alias otak mesum dan aku tidak akan mengelak, berkilah, keberatan apa lagi protes. Karena aku hanyalah manusia biasa yang memiliki napsu. Seseorang yang menyandang predikat nakal alias bad boy. Bukan orang alim apa lagi seorang malaikat suci. Aku hanya tidak ingin munafik dengan hal-hal semacam itu.

Sampai di sini, apa kau sudah merasa dadamu menghangat, jantungmu berdebar kencang dan kedua sudut bibirmu tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman sebab jatuh cinta pada Berlian Melody? Jangan harap kau masih bisa makan menggunakan tanganmu jika kau mengalami gejala-gejala seperti itu, sebab aku akan mematahkannya.

Ah tidak. Kurasa aku tidak perlu menggerakan anggota gerak atas dan bawah ragaku untuk hal tersebut. Berhubung kata orang-orang senyumku mematikan, jadi kupikir membunuhmu menggunakan senyumanku itu lebih baik.

Tidak! Tunggu! Jangan pikir aku sedang bercanda sekarang. Tidak. Kau keliru apabila menyimpulkan demikian. Aku sangat-sangat serius akan membunuhmu menggunakan senyumanku.

Jadi, jangan jatuh cinta pada Berlian Melody-ku! Hanya aku yang boleh!

_____________________________________________

Fix! Jayden BUCIN! Ya ampon bang, berandalan kok bucin? 😫😫😫

Hati-hati kalian, jangan sampe ada yang jatuh cinta sama Melodynya bang Jay. Bisa-bisa kalian dibunuh pake senyuman mautnya itu 😵😵😵

Well Thanks for reading this curcolnya bang Jay

Ppssstttt saya kasih photonya Melody, tapi jangan bilang bang Jay ya? Nanti saya bisa mampus disenyumin!

See you next chapter teman temin

With Love
©®Chacha Nobili
👻👻👻

Post : 26 September 2019

Repost : 17 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro