Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. DIAM-DIAM SUKA

Haii, Mocha is back! Semoga part ini bisa menghibur kalian 🖤

Kalau habis baca part ini Jangan lupa SS + upload ke SG, tag @javas.sadega dan @bentangbelia ya

Happy reading!

***

"Eh Janna, lu mau makan di man—" Kalimat Erika terputus saat menyadari dia salah memanggil Janna. "Eh, Kamu— Kamu mau makan di mana? Harusnya gitu ya? Gila susah banget ternyata."

Janna spontan tertawa. Ternyata Erika benar-benar mau ikutan pakai bahasa sopan? "Hahaha. Ternyata aneh juga kalau kamu yang tiba-tiba sopan begitu ya."

Pipi Erika seketika merah, malu dibilang aneh. "E—Eh woii jangan di ketawain juga! Emang jarang make bahasa sopan juga sih. Anggap aja ini belajar."

"Iyaa, iya maaf deh. Memang harus belajar juga sih. Kan nanti kalo kerja juga harus biasa pake bahasa sopan. Aku bayanginnya kamu tiba tiba reflek manggil bos kamu pake gua lu." Janna tertawa lagi.

Seketika Erika membayangkan dirinya dimarahi oleh Bos karena memakain kata 'lo-gue' dan dia langsung merinding sekujur badan.

"Woi, jangan begitu juga! Serem banget. Nanti bisa auto di depak!!" protes Erika.

Janna tertawa. "Hahaha. Aku mau makan di restoran dekat kampus aja gimana?"

"Boleeh, ayo!"

Erika lalu mengajak Janna makan di restoran yang terkenal mahal di dekat kampus.

Namun saat masuk restoran, Janna malah reflek keluar lagi begitu melihat gerombolan cowok yang berkumpul di meja paling pojok. Anak-anak Aspire.

Hati Janna bergemuruh melihat sosok Javas yang paling menonjol di antara ketujuh cowok tersebut. Javas terlihat sangat keren hari ini dengan kemeja yang dilipat sampai siku dan jam tangan hitam. Tidak heran dia dipilih menjadi visual Aspire.

"Mau pesen apa?" Suara Erika menarik Janna kembali ke kenyataan.

"Eh?"

"Na, bengong terus ih! Mau pesan apa?"

"E—Eh, iya. Aku emm ... Janna seketika jadi kikuk, dan itu membuat Erika curiga, apalagi saat dia sadar di restoran ini cuma ada mereka berdua dan anak-anak Aspire.

"Janna ngelihatin Javas, ya?" batin Erika.

***

Javas panik bukan main saat diajak ke restoran ini oleh anak-anak Aspire. Harga makanannya selangit. Bahkan air mineral saja hampir tiga puluh lima ribu.

"Gue pesan spaghetti aja kali ya, toppingnya salmon dah. Enak kayaknya." Reiji menunjuk gambar yang ada di buku menu.

"Gue ini aja dah. Pake french fries sama milkshake juga." Tenggara memilih satu set steak wagyu yang paling mahal, harganya sampai tiga ratus ribu.

"Sekalian traktir ya Gar, kan lo sultan," cibir Semesta.

"Gue mulu perasaan, Javas noh Javas belom pernah nraktir kita-kita. Gantian kek, Vas." Tenggara melirik Javas, membuat wajah cowok itu seketika pucat pasi. Dia saja tidak tahu mau pesan apa, ini malah disuruh traktir!

"W—Waduh—"

Tenggara terkekeh. "Canda elaah, panik amat. Tapi mingdep beneran yak hahaha!"

Javas hanya tertawa hambar. Perutnya keroncongan. Sementara semua temannya pesan makanan enak dan mahal, hanya Javas yang tidak bisa pesan apa-apa.

"Papa, Avas mau pecan ini! Mawu hadiah na!!" teriak Javas yang masih kecil sambil menunjuk menu happy meal khusus anak yang berhadiah mobil-mobilan dan robot.

"Pesan semua yang kamu mau. Hari ini kamu adalah raja," ujar ayahnya sembari mengusap pundak Javas yang mengenakan mahkota dari kertas.

"Hoyeee!! Kalau gitu happy mealnya tiga ya, Pa! Buat Papa, Mama, sama Javas. Bial kita bertiga dapat lobot!!" seru Javas.

"Boleeeh."

Memori yang tiba-tiba berputar di benaknya itu membuat dada Javas terasa sesak. Javas ingat ketika dulu dia tidak usah berpikir panjang untuk membeli sesuatu. Namun setelah dewasa, nyatanya untuk mendapatkan sesuatu yang kecil saja perlu perjuangan yang sangat keras.

"Bang, lo pesan apa? Kita semua udah pesan, nih," tegur Biru yang peka melihat Javas belum memesan.

"N—Nanti dulu deh, gua ke kamar mandi dulu," pamit Javas.

Sementara Janna yang sedari tadi memperhatikan Javas secara diam-diam khawatir melihat cowok itu yang kelihatan gelisah sampai izin ke kamar mandi segala.

Apa Javas tidak bawa dompet? Karena dia lihat Javas terlihat panik sekali dan merogoh-rogoh saku celana saat ditawarkan menu oleh teman-temannya.

"A—Aku ke kamar mandi dulu ya, Rika," izin Janna membuat Erika yang masih menikmati milkshakenya mengangguk.

Janna bohong. Tanpa sepengetahuan Erika ia malah berjalan ke kasir untuk berbicara dengan waitress.

"Mbak, pesan nasi goreng ke meja itu. Tapi nanti billnya kasih ke saya aja ya, jangan ke meja itu," pesan Janna pada waitress tersebut sambil menunjuk meja Javas. Jujur Janna sama sekali tidak tahu kesukaan Javas apa, jadi dia pilih yang kira-kira Javas suka tapi juga tidak terlalu mahal untuk menjaga pride cowok itu.

"Baik, Kak," sahut sang waitress sambil tersenyum.

Setengah jam kemudian, Javas balik dari kamar mandi dan ternyata teman-temannya baru saja menyantap menu pesanan mereka. Sial, padahal ia sengaja berlama-lama di kamar mandi supaya balik di saat mereka selesai makan.

"Nasi goreng spesialnya atas nama Javas, silahkan." Seorang waitress datang dan menaruh pesanan beserta billnya di atas meja Javas.

Javas tertegun. Sejak kapan dia pesan ini? Sudah dibayar pula.

"Lah, si Javas lama ga balik ke meja gegara sekalian mesen ternyata. Walah kocak ini anak mesen sendirian," celetuk Tenggara membuat Javas semakin bingung.

Tapi karena tidak mau mempermalukan diri, Javas cengar-cengir saja. "E—Eh iya, sekalian gitu tadi haha sorry."

Anggota Aspire pun makan bersama sambil berbincang tentang fansign yang rencananya akan diadakan bulan depan atas permintaan fans mereka. Mereka sedikit deg-degan karena itu artinya mereka akan berhadapan langsung dengan para fans Aspire secara face-to-face untuk yang pertama kali.

Seusai makan, semuanya keluar dari restoran kecuali Javas. Cowok itu diam-diam menghampiri kasir untuk bertanya. Dia masih penasaran.

"Mbak, Maaf. Kalau boleh tahu siapa yang memesankan ini untuk saya?" tanya Javas pada sang waitress.

"Ohh, itu ada dua perempuan tadi yang kesini. Yang satunya yang mesenin buat mas nya," jawab gadis pelayan itu.

Kedua mata Javas menelisik ke sekeliling restoran, tapi tidak ada siapa-siapa selain teman-temannya. Sepertinya kedua cewek yang dibilang gadis itu sudah pergi.

***

"Javas, kamu bengong aja! Itu gosong kentangnya!!" teriak manajer restoran Javas membuat lamunan Javas buyar.

"M—Maaf, Bu!" Javas spontan mengangkat kentangnya dengan buru-buru.

"Lamunin apa sih, kamu?" tanya Bu Mawar, sang manajer restoran Javas berkerja.

"Udah hari ini kamu pakai masker lagi. Buat apa sih, pakai masker mulu? Udah enggak pandemi juga. Kan kamu good looking. Apa fungsinya kamu di sini kalau bukan untuk menarik pelanggan?" tegur wanita dengan kemeja hitam tersebut.

Javas tersenyum masam. Sudah dia duga pasti akan ada hari dia ditegur seperti ini. "S—Saya enggak bisa diliatin orang, Bu."

"Javas itu terlalu malu anaknya, udah terlalu banyak kesalahan. Numpahin air lah, kesandung. Terutama kalau ramai." Waiter yang lain ikut memojokkan Javas.

"Benar, tuh. Sebenarnya apa sih yang ada di dalam pikiran kamu itu sampai enggak bisa kerja dengan benar?" sambar yang lainnya lagi.

Javas hanya bisa pasrah saat diserang ramai-ramai seperti itu. Awalnya dia memang anak orang kaya yang tidak pernah melakukan apa-apa sebelumnya. Wajar saja kalau masih banyak salah kalau disuruh masak, apalagi melayani orang banyak.

"Biasakan diri dengan restoran ini. Atau kamu bisa dipecat," peringat Bu Mawar sebelum meninggalkan ruangan.

Sial, ini gara-gara kejadian tadi siang yang membuatnya tidak tenang. Javas bersyukur karena bisa makan, tapi masalahnya, Javas juga sangat benci punya hutang budi.

Usai bekerja, Javas membuka kacamata, masker dan membenarkan poninya yang menutupi mata jadi belah pinggir seperti semula. Biarkan saja dia dimarahi, daripada besoknya ada berita viral "DRUMMER BAND ASPIRE KERJA SAMBILAN DI KAFE UNTUK MEMBIAYAI KELUARGA MISKINNYA". Bisa tamat riwayatnya.

Ponsel di saku Javas bergetar saat cowok itu akan menyalakan motor besarnya. Dadanya sedikit bergemuruh. Siapa yang menghubunginya malam-malam begini? Javas jadi takut ada hal yang menyangkut Bunda.

Aidan: besok ada acara makan-makan sehabis pulang kuliah.

Bukan Bunda ternyata, tapi sama parahnya. Yang benar saja. Ini kampus enggak ada kerjaan lain selain foya-foya apa?!

"Auto bangkrut part 2 dah gua," batin Javas frustrasi.

***

Spam komen buat next!!!

Spam komen buat akuuuuuu yang banyaaakkkkk biar aku semangat dan berkembang terus buat memuaskan kaliaaann!!!

Terima kasih sudah membaca dan mendukung aku, semoga kalian suka ceritanya! Ditunggu kelanjutan kisah Javas & Janna di next episode yaa <3

See you on the next part

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro