Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. SALTING

Hai haiii, Mocha is back!

Jangan lupa ramein komen di setiap paragraf biar aku semangat dan cepet up lagi yaaa! Happy reading <3

***

"Na, Na. Mau tanya."

Janna yang sedang merapikan buku-bukunya reflek menoleh ketika cewek yang sedang meminum boba di sampingnya menepuk bahu dia. "Mau tanya apa kamu?"

"Kenapa lu enggak pernah pakai bahasa gaul?" tanya Erika random.

"Hmmm ... Mungkin karena enggak biasa. Dan juga itu buat orang yang punya rasa percaya diri banget. Aku masih belum percaya diri pake bahasa gaul buat ke siapa aja," jelas Janna.

"Ya menang sih perspektif orang beda beda. Kalo memang lu nyaman dengan bahasa sopan. Gua akan ngertiin keadaan lu," balas Erika sembari menaruh bobanya di meja dan melepas headset.

"Jam 4 sore bangunin gua ya, gua mau tidur. Ntar malam harus marathon anime soalnya," pinta Erika sambil menenggelamkan wajahnya di meja.

"Ampun deh, aku kira nanti malem mau belajar gitu," komentar Janna. "Agak lain memang wibu satu ini."

"Eh, eh, abis ini jangan pulang dulu guys!"

Janna menoleh lagi ketika ada ribut-ribut kelompok cewek famous di kelas.

"ASPIRE mau manggung loh habis ini! Lo tau, kan? Band Harnus."

"Ada Javas juga! Dia baru debut semingguan jadi drummer, tapi fansnya udah lumayan banyak."

"Orang ganteng mah beda hahaha!"

Seketika jantung Janna berulah begitu mendengar nama Javas. Wow, Janna baru tahu bahwa cowok itu gabung di band kampus. Janna jadi penasaran ingin lihat.

Tapi Erika menyuruhnya untuk bangunkan dia ... Masa bodoh! Janna harus melihat Javas manggung sekarang. Kesempatan tidak datang dua kali, kan?

Tanpa pikir panjang, Janna langsung mengatur alarm sampai jam 4 sore di jam tangan apple-nya lalu meninggalkan benda itu di meja dekat telinga Erika.

Biarkan saja dia bangun sendiri. Lagipula kalau Erika lihat Janna nonton ASPIRE manggung bisa gawat! Nanti Erika bisa-bisa curiga Janna naksir sama salah satu anggota ASPIRE ... Walaupun memang iya, sih.

***

Suasana senin sore di Universitas Harapan Nusa sedang begitu semarak. Musik penuh energi terdengar mengentak-entak dibarengi riuh rendah dari lautan manusia yang bersahutan─kebanyakan dari mereka adalah remaja cewek.

Pertunjukan sebuah band ternama: Aspire. Anggota Aspire yang bernama Kajev, Tenggara, Reijiro, Semesta, Biru, dan Javas, menjadi pusat perhatian. Aspire menjadi salah satu penampil di acara ini, sebuah acara tahunan yang diselenggarakan oleh fakultas seni dan budaya Universitas Harapan Nusa.

Di penghujung pertunjukan, Javas—cowok manis dengan kemeja putih yang digulung sampai sebatas siku yang terlihat paling ingin menonjolkan diri, bangkit, mengangkat tangannya, dan membentuk heart sign untuk para penonton. Tentu saja para cewek langsung histeris menyaksikannya. Sebagian dari mereka berteriak sambil mengangkat spanduk yang bertuliskan 'CEVAS' alias 'Cewenya Javas'

Ya, beberapa minggu lalu Javas telah mengikuti test masuk Aspire dan akhirnya ia lulus karena bakatnya yang bisa memainkan alat musik apapun dengan lihai. Namun Javas mendapat posisi drum karena hanya itu posisi yang kosong.

Dan di sini lah Javas sekarang, di atas panggung memainkan musik di hadapan banyak orang. Impian Javas menjadi kenyataan.

"Bye, guys, kita sayang banget sama kalian!!"

Aspire menutup pertunjukan dengan membungkukkan badan bersamaan. Hingga mereka menuruni panggung, terus terdengar seruan yang menyerukan nama masing-masing dari mereka. Mereka pun melambaikan tangan dan tersenyum manis, sembari terus menyingkir ke area balik panggung.

Kajev. Lead vokal yang satu ini dingin dengan orang baru, namun hangat kalau sudah kenal.

Tenggara, sub vokal yang hangat dan mudah bergaul.

Semesta, gitarist introver namun sebetulnya lancar berkomunikasi. Dia terlihat begitu misterius, dan justru banyak yang menyukainya karena kepribadian itu.

Biru, bassist yang pendiam, hampir sama dengan Semesta. Tapi di beberapa kesempatan, Biru terlihat lebih lembut dan penyayang dibanding Semesta.

Reijiro, keyboardist yang tak banyak bicara dan pemarah bila diusik.

Caraka. Manajer band berambut gondrong dan kelihatan dingin padahal aslinya suka melawak.

Dan, terakhir Javas, sang drummer. Semua orang tahu bahwa Javas adalah cowok paling ganteng dan paling pintar di band. Mungkin bisa saja dibilang pesona Javas-lah yang mendongkrak sebagian besar pamor Aspire. Mungkin, Aspire karam tanpa Javas.

"Nih, minum." Kajev menawarkan minuman pada Javas begitu cowok itu bergabung di belakang panggung tiga menit kemudian. Biasa lah, tadi dia tebar pesona dulu.

"Gak mau minum, maunya Pocky," tolak Javas.

"Buseh. Jap, Jap. Badan doang gede, selera Hello Kitty," sindir Tenggara.

"Ya gue maunya itu!!" Javas tidak peduli dianggap manja.

"Ya gak ada!!"

"Beliin dong!"

"Beli sendiri, lah!!"

Caraka memukul pelan lengan Javas. "Tuh fans lo minta fotbar. Layanin dulu baru gue beliin Pocky."

"Guenya keburu laper, Bang." Javas mengeluh.

"Bang Javas!!!"

Tiba-tiba Biru datang. Malahan juga tidak ada yang menyadari Biru hilang.

"Nih Pocky lo."

Mata Javas langsung berbinar-binar. "Weits, gokil. Makasih ya, Bir. Lo emang yang terbaik," Javas mengacak rambut Biru. "Gak kayak lo, Bang." Javas menjulurkan lidahnya pada Caraka. Siapa sangka lalu Javas kabur begitu saja. Reijiro hanya bisa berdecak melihatnya.

"Bocah, bocah."

"Agak laen emang anaknya," Semesta mengikuti.

"HEH MAU KE MANA LO? FOTBAR DULU INI!" teriak Caraka frustrasi.

Sambil menenteng jaket di pundak dan Pocky di tangan kanannya, Javas melewati kerumunan fans yang berkumpul di belakang panggung. Sekarang sudah menjelang maghrib dan dia harus buru-buru shift malam.

Javas merasa energinya terisi setiap kali berkumpul bersama ASPIRE. Mereka semua ramah dan menyambut Javas dengan baik, jadi Javas merasa lebih terbuka.

Lagipula ini kesempatan untuk meningkatkan reputasi Javas. Dia ingin dikenal sebagai cowok yang hangat, friendly, dan disukai banyak orang tentunya.

***

"JANNAAA!!"

Janna yang baru saja menonton konser Aspire segera berbalik dan melotot begitu mendengar suara Erika yang berlari menghampirinya. "Sssstt!! Diem!!"

"Dari tadi aku cariin kamu ke mana enggak ada. Ternyata lagi nonton konser band— BENTAR, APA JANGAN JANGAN GEBETAN KAMU ADA DI ATAS PANG—" Ucapan barbar Erika terputus karena mulutnya dibekap Janna dengan telapak tangan.

"Rikaaa diem, ih!!" Janna lari dari Erika, bisa gawat kalau Erika sampai tahu Janna sedang memperhatikan Javas!

"Woi! Janna!!"

Brak!!!

Janna spontan terpekik ketika dirinya tidak sengaja menabrak sesuatu yang sangat keras.

"M—Maaf—"

"Kenapa, sih? Dia sengaja ya?" tuduh Javas dalam hati.

Janna yang malu spontan berlari menjauhi Javas. Namun tak lama ketika Javas berbalik, ia mendengar suara tabrakan yang cukup kencang.

"Jap, Jap! Tolongin itu Jap!" Caraka tiba-tiba muncul meneriaki Javas. Kedua mata Javas membulat saat melihat cewek tadi malah menabrak tiang sampai jatuh.

Janna menabrak tiang saking saltingnya.

Javas mendecak, ia pun terpaksa menghampiri Janna dan mengulurkan tangan, membantu dia berdiri.

"Eiii, kamu kenapa?" tanya Javas sedikit kesal, namun Janna tak menjawab lagi. Sepertinya kepalanya benjol.

Menghela napas kasar, Javas pun membantu Janna berjalan ke Unit Kesehatan.

Sementara Erika yang hendak menghampiri Janna mengurungkan niatnya begitu melihat Javas sudah menolong sahabatnya itu. Erika memilih untuk perhatikan mereka saja secara diam-diam.

***

"M—Makasih." Janna tidak mau menatap Javas sama sekali saat mengatakan terima. Jantungnya bisa meledak jika ia bertatapan dengan Javas dengan jarak sedekat ini.

Janna dan Javas saat ini berada di dalam Unit Kesehatan Mahasiswa berduaan saja. Javas baru selesai mengobati luka di keningnya yang bengkak dengan kapas dan alkohol.

Biasanya Javas canggung berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya, tapi karena dia sedang buru-buru dan tidak ada waktu lagi, yang Javas pikirkan hanyalah harus cepat-cepat menyudahi urusan dengan perempuan ini.

"K—Kalau gitu aku pergi du—"

"Tunggu sebentar." Javas menahan Janna. Ia dekatkan bibirnya pada kening Janna, membuat Janna spontan memejamkan mata. Apa-apaan ini? Apa Javas mau...

"Fuhh, fuhh." Janna melotot ketika Javas meniup luka di keningnya dengan pelan.

Pipi Janna memerah malu. Bisa-bisanya dia halu ketinggian!!

"Jangan kebiasaan ceroboh lagi. Udah dua kali, kan, kayak gini?" peringat Javas sebelum bergegas meninggalkan ruangan begitu saja.

Janna buru-buru membuka suara. "Umm, J—Javas..."

"Kenapa?"

Janna meremas roknya kuat-kuat. Sejujurnya ia ingin bertanya kenapa Javas selalu bersikap dingin kepadanya, tapi dia harus bilang apa agar tidak canggung?

"Nanti lagi, ya. Aku sibuk. Ada urusan penting," pamit Javas.

Lagi-lagi Janna pasrah. Javas cepat sekali perginya. Dari awal bertemu, dia selalu buru-buru seperti itu. Janna semakin penasaran dengan apa yang cowok itu lakukan. Apa diam-diam dia CEO sebuah perusahaan besar? Atau dia ketua geng motor atau mafia yang menyembunyikan identitas dirinya?

***

Spam komen buat next!!!

Spam komen buat akuuuuuu yang banyaaakkkkk biar aku semangat dan berkembang terus buat memuaskan kaliaaann!!!

Terima kasih sudah membaca dan mendukung aku, semoga kalian suka ceritanya! Ditunggu kelanjutan kisah Javas & Janna di next episode yaa <3

See you on the next part

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro