16. ON STAGE WITH ASPIRE
Haii, Mocha is back! Semoga part ini bisa menghibur kalian 🖤
Kalau habis baca part ini Jangan lupa SS + upload ke SG, tag @javas.sadega dan @bentangbelia ya
Happy reading!
***
"Jujur gue rada kagak sreg lihat performance lo di video MV sama album kece banget, tapi giliran di stage kurang. Bisa-bisa kita dikira lipsync nih," tegur Caraka pada Biru saat semua anggota Aspire dipastikan sudah meninggalkan backstage.
"Sorry, Bang. Gue bakalan ngelakuin yang terbaik demi Aspire. Gue janji," kata Biru berusaha optimis.
Walau Biru lebih muda dari yang lain, skill Biru dalam bermain musik sudah sangat handal. Tapi itu saat dia sedang sendiri, atau saat latihan di studio. Performance Biru saat manggung malah berbeda jauh.
"Ya intinya coba lo latihan, atau—"
"Bang Caraka!" Tiba-tiba Javas nyelonong masuk.
"Ngape, Jap?" sahut Caraka.
"Rambut lo ubanan tuh!"
"H—Hah?" Caraka langsung memegang rambutnya sendiri. "M—Mana?"
"Ya, itu! Ada keriputnya lagi, di sini nih," ledek Javas sambil memegang pipinya sendiri. "Makanya jangan ngomel-ngomel mulu. Jadi cepet tua, kan!"
"Sialan lo, Jap. Bisa-bisanya di saat kayak gini malah ngelawak. Mana gue percaya lagi," keluh Caraka membuat Javas terbahak-bahak.
Javas sengaja mengatakan itu agar Caraka berhenti menasihati Biru dulu, karena Javas tahu Biru sedang down. Javas takut biru tambah down jika bahas hal yang berat.
Tapi bukan berarti maksud Caraka buruk atau memojokan Biru. Caraka itu manajer band yang sangat baik, terbukti skill anak-anak Aspire tidak ada yang gagal. Hanya saja, Caraka sangat tegas kalau sudah menyangkut soal performance on stage.
"Sini, Dek," ajak Javas sambil merangkul Biru ke luar backstage, mencari tempat untuk duduk.
"Stop panggil gue dedek bang. Gue udah gede," keluh Biru.
"Lah, kan lo yang paling kecil di Aspire. Paling piyik," ledek Javas sambil mengeratkan rangkulannya pada leher Biru sampai tercekik. Abang laknat, memang.
"Y—Ya nggak gitu juga, Bang. Harusnya lo yg dipanggil adek, kan lo yg bayi," balas Biru.
"Nanti aja nistain gua nya, Bir," Javas mendecak, melepas rangkulannya pada Biru lalu mengajak Biru duduk di pinggir jalan.
"Ini lo mau ngomong apaan, Bang?" tanya Biru penasaran.
"Soal yang Bang Caraka bilang dari kemaren. Kata dia, pas on stage lo masih suka salah, padahal pas latihan sama gladi resik lancar jaya. Lo ada masalah?" tanya Javas.
Biru menghela napas berat. "Ya gitu bang. Gue agak nervous klo di panggung."
"Alasannya?"
"Kagak tau, Bang"
"Kok kagak tau? Aneh lu."
"Gue beneran kagak tau, Bang Javas."
Kini giliran Javas yang menghela napas. Frustasi karena Biru tidak mau ngaku juga.
"Gue denger-denger si dia kena friendzone sama sahabat cewenya, ga peka pula gebetannya itu. Terus apalagi ya ..." Javas membatin sambil mengingat-ingat.
"Oh iya, seinget gue orang tuanya nggak ngerestuin dia jadi anak band. Mungkin dia mungkin minder sama member lain yang disupport sama orang tuanya."
"Buat perform selanjutnya, gue jamin lo nggak akan nervous lagi, Bir," kata Javas sambil menepuk-nepuk bahu Biru.
Biru menoleh. "Gimana caranya, Bang?"
"Rahasiaaa. Lihat aja nanti." Javas terkekeh.
"Ah, bikin gue penasaran lo, Bang."
Javas bukan orang yang suka bullshit atau kebanyakan omong di depan tapi tidak ada hasilnya. Lebih baik dia langsung memberinya bukti nanti.
***
"Terima kasih sudah membeli. Semoga datang kembali."
Javas tersenyum tipis pada pramuniaga toko kado yang dia datangi. Dia baru saja membelikan kado ulang tahun untuk adik kembarnya Janna.
Uang Javas makin menipis, jadinya. Tapi tidak apa-apa. Apa yang enggak kalau buat adik ipar, hehe. Batinnya.
Ponsel Javas di saku jinsnya bergetar. Buru-buru dia mengangkatnya walau kesusahan, karena sebenarnya tangannya sedang digunakan untuk memeluk kado super besar itu.
"Jav, aku telpon balik dari tadi enggak diangkat. Kamu lagi ngapain?" tanya Janna di ujung sana.
"Eh? A—Aku lagi bantu anak-anak Aspire." Terpaksa Javas berbohong.
"Kamu tuh, kebiasaan banget bantuin orang lain mulu. Emang urusan sendiri udah beres?"
Javas mendecak. "Gampang itu mah."
"Gampang, gampang."
"Janna sendiri juga begitu, kan? Selalu dahuluin orang lain baru diri sendiri. Kebiasaan."
"Iya sih," Janna terdengar menghela napas. "Terus tadi kenapa nelpon aku?"
"Kamu punya kontak WA nya Aneira— Eehh!! J—Jangan mikir aneh-aneh! Aku bukannya pengen pedekate sama dia!"
"Apa sih? Aku aja ga denger kamu nanya apa tadi."
"Anu ... Minta WA Queenela Aneira. Ada nggak? Kalau ada aku minta. Buat temen aku."
"Oooooh. Temen apa temen?"
Merinding. Javas merinding sampai keringat dingin. Dia bisa merasakan Janna tersenyum miring di ujung sana.
"Jannaaa, ngga usah mikir aneh-aneh! Ini beneran buat temen aku!!" Javas jadi panik sendiri. Rasanya seperti kepergok selingkuh saja. "Nanti kalau udah ada, Janna aku masukin grup deh, bertiga bareng Aneira nya biar Janna percaya!!"
"Hahahaha. Panik amat, aku bercanda padahal. Iya ini aku coba cari dulu. Tapi gapapa kali kalau emang lebih dari temen mah—"
"Woi, Janna!!!"
***
Konser Aspire sebentar lagi dimulai. Sebelum melakukan perform, tentunya semua anggota Aspire berkumpul dulu di atas panggung, memperkenalkan diri masing-masing dan berfoto bersama.
"Kak Javas ganteng banget!!"
"Kak Reiji notice aku pliss!"
"Kak Semesta, lihat sini dongg!"
Sorakan heboh dari para pendukung Aspire bergema di seluruh penjuru SMA Atlaska. Kebanyakan dari mereka membawa lightstick berlambang Aspire, lightstick yang memang didesain khusus untuk fandom Aspire.
Aspire memang bukan band dari label terkenal yang mendunia. Aspire hanya band kampus biasa, namun pendukungnya sudah mencapai puluhan ribu. Anggota Aspire bahkan sudah punya fanbase dan fansite sendiri layaknya idol K-Pop. Mereka mencintai Aspire bukan hanya karena visual, tapi juga karena bakat vokal, musik, dan lagu-lagunya yang begitu memotivasi anak muda zaman sekarang.
"Pose yang kece dong Aspire!" teriak para fans Aspire histeris.
Kajev, Tenggara, Reiji, Semesta, Caraka maupun Javas langsung bergaya ala cowok cool demi menyenangkan penggemar. Kecuali Biru yang tidak tahu harus bersikap bagaimana, ujung-ujungnya dia hanya mengacungkan jempol saja.
"Uwaaaah, gantengnyaa!"
"Sekarang pose yang cute!" teriak para fans lagi.
Biru hanya nyengir mendengarnya. Dia harus pose bagaimana lagi coba?
Mata Javas otomatis melirik ke arah Biru yang sedari tadi kaku seperti batu.
"Tangannya lemesin," suruh Javas sambil menarik tangan Biru dan menuntunnya membentuk tanda peace dengan dua jari. "Nah, gini. Peace nya di antara mata kiri lo, kaya gini. Terus senyum." Javas terkekeh, geli sendiri kala menyadari dirinya seperti Bapak guru sekarang.
Biru pun mengerti, dia berfoto dengan dua jari peace seraya tersenyum ke kamera.
Ckrek!
"Aaaa kalian gemes banget!!" Semua fans Aspire tambah histeris, terpesona dengan semua visual anggota Aspire yang tak main-main.
Setelah selesai, barulah mereka berpencar ke posisi masing-masing.
Dari kejauhan, Javas melihat tangan Biru yang kembali gemetaran saat memegang bass. Tampaknya cowok itu masih nervous sekali.
Ketika Biru melirik ke arah Javas, Javas langsung mengacungkan jempol pada Biru, seolah menyuruh Biru agar semangat.
Biru panik ketika makin banyak orang yang berdatangan. Namun seketika kegugupannya sirna begitu melihat segerombolan orang yang membawa banner "LUBY " 💙 yang tak lain adalah fans Biru. Jumlahnya bahkan lebih banyak daripada fans yang lain. Mereka semua meneriaki nama Biru dan menyemangati Biru.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, seorang gadis cantik hadir dan berdiri di garis paling depan.
Aneira, sahabat dekat Biru sekaligus perempuan yang paling Biru sayangi.
"Bub, semangat!" teriak Aneira seraya membentuk jari 'love sign' untuk Biru.
Senyum Biru mengembang. la jadi lebih percaya diri. Walau Biru tidak mendapat support dari ayahnya, namun Biru sadar bahwa seharusnya dia bahagia dan bersyukur karena masih punya banyak orang yang mencintainya serta mendukungnya.
Biru juga sadar, bahwa kedatangan Aneira serta semua LUBY kali ini tentunya berkat Javas. Selain menghubungi Aneira, cowok itu juga mengumumkan di twitter Aspire.
"Bang Javas! Makasih!!" ucap Biru saat menoleh pada Javas.
"Eitss, nggak gratis." Javas mengeluarkan bon berisi list pocky yang harus dibeli Biru untuknya. "Nih total yang harus lo bayar."
Pocky caramel, pocky blueberry, pocky sakura ...
Semua itu langka dan cuma bisa dibeli di Korea.
Biru melotot sambil mengepalkan tinju di depan muka Javas. "Gue lempar bom juga rumah lo,
Bang!!"
Javas tertawa. Sebenarnya dia tidak butuh pocky sama sekali saat ini. Javas hanya bercanda. Bayi Aspire yang satu ini memang suka membuat teman-temannya kesal.
Pada akhirnya, ASPIRE pun membawakan lagu debut mereka yang berjudul "Mimpi" dengan lancar.
[Seharusnya ada GIF atau video di sini. Perbarui aplikasi sekarang untuk melihatnya.]
***
1-banyak kata buat part ini???
Spam komen buat next!!!
Spam komen yang banyaaaaaak banget buat aku!! Biar aku semangat dan berkembang terus buat memuaskan kaliaaann!!!
Terima kasih sudah membaca dan mendukung aku, semoga kalian suka ceritanya! Ditunggu kelanjutan kisah Javas & Janna di next episode yaa <3
See you on the next part❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro