15. FANSIGN
Haii, Mocha is back! Semoga part ini bisa menghibur kalian 🖤
Kalau habis baca part ini Jangan lupa SS + upload ke SG, tag @javas.sadega dan @bentangbelia ya
Happy reading!
***
Pukul sepuluh pagi. Javas berlari tergesa-gesa dengan pocky yang masih bertengger di mulutnya menuju auditorium Universitas Harnus yang hari ini 'disewa' untuk menggelar acara fansign Aspire.
Berkali- kali Javas harus meminta maaf pada orang yang tak sengaja ditabraknya atau dibuatnya tersandung.
Masalahnya, Caraka sudah wanti- wanti menyuruhnya datang pagi, dan Javas malah telat karena menggantikan Bunda jualan pagi dulu.
"Jap, Jap. Makanya kalo malem tuh jangan ngedugem mulu lo, kesiangan mulu kan jadinya tiap pagi," tegur Caraka, manager ASPIRE berambut gondrong itu sambil bertolak pinggang.
"Et dah Bang, mana ada bayi ngedugem. Ngempeng iye," celetuk Tenggara membuat Javas mengepalkan tangannya seakan ingin membogem Tenggara.
"Sembarangan lo kalau ngomong. Tuh, yang paling bayi," Javas melirik Biru si 'maknae' alias member paling kecil di Aspire yang tidak salah apa-apa. Biru langsung cemberut. "Idih. Kok malah bawa-bawa gue sih, Bang?"
"Kan emang lo bayinya," tuding Javas.
"Kalau gue bayi lo apa, Bang? Fetus?" balas Biru ngotot.
"Udah, udah. Sesama bayi kagak usah saling ngeledek," ledek Semesta sambil mengacak rambut Biru dan Javas layaknya bocah tiga tahun.
Seusai ISHOMA, acara fansign Aspire resmi digelar di auditorium Aspire.
Persis seperti fansign sebelumnya, semua anggota Aspire termasuk Javas melayani penggemar untuk tanda tangan dan berfoto secara bergiliran.
Gadis cantik dengan rambut blonde yang mengenakan makeup bold dan rok sebatas paha datang. Penggemar yang satu ini menyita perhatian fans maupun semua anggota Aspire, terutama Javas. Bukan karena penampilannya, namun karena Javas kenal.
"Gila, itu siapa? Cantik banget! Ulzzang, ya?"
"Serius tuh, ada fans secakep itu?"
"Tapi bajunya terlalu revealing gak, sih? Mentang-mentang orang luar negeri gak sopan gitu."
"Jangan-jangan pacarnya Javas ya?"
"Hey," sapa Javas sambil mengadah menatap gadis cantik yang kini duduk di depannya itu, meminta tanda tangan Javas di album yang dia bawa. "Apa kabar?"
"Hai Javas, aku baik-baik aj— Eh, aku ngga apa-apa kan ngga pake, Kak?" Gadis tersebut mengulurkan tangan pada Javas. "Aku Deandra. Aku sih bukan fans kalian, tapi dilihat-lihat kayaknya kalian keren bangett. Jadi aku mau nonton kalian ngeband. Congrats buat new album kalian, ya."
"Hahaha enggak apa-apa panggil Javas aja. Salam kenal, Dea. Thank you ya, udah dukung Aspire," sahut Javas seraya menyambut uluran tangan Dea dengan sedikit ragu.
Reiji, Semesta dan Kajev yang memperhatikan mereka langsung pasang bombastic side eye.
Bagaimana tidak? Peraturannya kan, fans dilarang melakukan kontak fisik dengan member Aspire. Tapi Dea melanggarnya.
Terlebih lagi, Dea hanya menyentuh Javas, namun tidak dengan member lain.
"Ini hadiah buat kamu. Dipakai, ya," kata Dea seraya menyerahkan goodie bag berisi kado, seperti yang fans lain biasa serahkan pada member favorit mereka.
Mata Javas berbinar-binar. Ia mengeluarkan isi goodie bag tersebut dengan penuh antusias. "Woaaah, apa ini?"
Rupanya Dea memberikan bando kelinci untuk Javas pakai dan boneka cinamoroll.
"Foto pakai itu, ya. Kayaknya kamu lucu kalau pakai itu. Cocok kayak image kamu di Aspire kan? Imut," suruh Dea sambil terkekeh.
Seketika Javas langsung merinding. Yang pertama, dia merinding karena Dea tahu bahwa dia dijuluki imut oleh fans. Yang kedua, masa iya dia disuruh pake bando ginian?!
Mau ditaruh di mana mukanya kalau anak-anak Aspire mentertawainya di depan fansnya nanti?
"S—Sebentar," izin Javas terbata-bata seraya menatap Dea.
Javas langsung menghubungi Biru.
javas: dekk
biru: apa bang
biru: et dahh udah gue bilang jgn manggil dek -_-
javas: iya dah, bir. tolong dong ini. hadehh
javas: masa gua disuruh pake bando kucing sama boneka cinamoroll sama fans bir 😭 ya Allah
biru: gue juga ga beda jauh sama lu bang, emang dah fans ASPIRE ada ada ae. bang caraka aja pake
biru:
noh
javas: tapi klo bang caraka mah masih aja dibilang macho. lah gua nanti jadi bahan nistaan lagi bir. dikatain bayi lagi. ogah ah gua bir
biru: udahlah bang pake aja, terima aja klo lu emang bayi
javas: kampret lu bir. bukan adek gua.
biru: yaudah foto sambil peluk cinamoroll aja bang, gausah pake kuping
"Dea, Javas foto sambil meluk bonekanya aja, ya? Ngga mau pake kuping kucing, takutnya Javas nanti diketawain," kata Javas malu-malu, setengah berbisik.
Dea tertawa karena gemas. "Boleh."
Javas akhirnya berfoto sambil memeluk boneka cinamoroll yang diberi Dea dengan gaya cool. Dia tetap tidak mau dibilang bayi.
"Kyaaa!! Javas kiyowo!!" Fans Javas yang melihat pun langsung histeris dan ikut memotret Javas yang tampak keren itu dengan kamera mereka.
Ah, ujung-ujungnya mau diapakan juga, image Javas tetap kiyowo di mata semua orang.
*kiyowo (귀요워=imut dalam bahasa korea)
***
"Kerja bagus! Lo semua udah boleh pulang," ujar Caraka pada semua anak Aspire. Cowok berambut gondrong itu kemudian menyodorkan sekotak pocky pada Javas. "Nih, upah lo."
"Aiiih. Lo emang the best, Bang!" seru Javas sembari merangkul leher Caraka. "W—Woi! Lo mau bunuh gue? Gue nggak bisa napas ini!!"
"Hahahaha!"
Javas meninggalkan auditorium sambil bersiul riang seperti anak kecil yang kesenangan dikasih permen. Tiba-tiba dia merogoh saku, mengambil ponselnya yang bergetar.
"Kenapa, nih? Bang Caraka mulai ngomel-ngomel lagi. Emak-emak mode on," batin Javas saat menatap layar sambil menggerogoti pockynya.
bang caraka: minggu depan kita ngisi acara classmeeting di SMA Andromeda. @biru latihan lagi bassnya. lo masih kaku
biru: iya bang
"Biru?" Javas buru-buru menghabiskan pocky di mulutnya dan langsung membela 'sang adik' secepat kilat.
javas: kaku apaan bang, bukannya kata lu biru udah lancar? @bang caraka
bang caraka: di backstage sama studio mah lancar, jap. tp begitu on stage masih suka salah
bang caraka: @biru usahain hari sabtu udah lancar, yang fokus mainnya
biru: oke bang
Javas menghela napas. Kasihan sekali adiknya yang satu ini. Apa dia nervous, makanya dinilai kurang oleh Caraka di atas panggung?
Nanti Javas akan bantu Biru, tapi sekarang dia harus pulang dulu. Bebek-bebeknya pasti sudah minta dimandikan.
Javas menaruh ponselnya ke dalam saku jeans dan berniat melanjutkan perjalanannya menuju parkiran, namun pandangannya malah salah fokus ke seorang gadis yang baru saja keluar dari gerbang kampus.
"Eh, Janna!" Javas melambai pada Janna, lalu berlari mendekatinya. "Mau ke mana?"
"Eh, Jav. Aku mau kado buat si kembar. Hari sabtu kan mereka ulang tahun," jawab Janna.
"Eh?!! K—Kok aku nggak tau?!" Javas melotot, merasa terkhianati.
"Ih, aku udah pernah kasih tahu kali, Jav. Kamu kali ah yang lupa."
Iya. Sepertinya Javas pernah tanya, tapi lupa menaruhnya di reminder. Javas memang seceroboh itu. Apalagi setelah Bunda sakit dan Javas harus kerja, otak Javas serasa terbagi jadi lima.
"Ultah Abi sama Ai dirayain? Di sekolah?" tanya Javas lagi.
"Enggak, enggak di sekolah. Di Cat Cafe Jaksel. Emm ... Kamu tahu, kan? Katanya Abi sama Ai pengen mam sambil main sama empus. Kebetulan aku juga pengin, sih! Udah lama aku pengin ke sana. Empusnya imut-imut, fluffy semua kayak kapas." Janna tidak sabar sekali saat mengatakannya, seperti anak kecil. Lucu.
"Kok gemes sih?" batin Javas berdebar-debar sendiri. Entah kenapa dia senang mendengar Janna antusias seperti itu.
"Haha seru dong kalau gitu. Abi sama Ai pasti girang banget. Kalian dari dulu sering rayain ulang tahun, kah?" tanya Javas penasaran.
"Enggak setiap tahun, tapi sering. Enggak selalu di restoran sih, kadang di rumah, sederhana aja, atau di kafe kecil. Ulang tahun kan berarti banget buat anak-anak, jadi aku pengen Shakil, Abi sama Ai ngerasain bahagia. Walau cuma satu tahun sekali," ujar Janna sambil tersenyum, namun matanya terlihat sedih.
Javas terdiam. Dia tahu Janna pasti sebenarnya sedih karena dirinya sendiri tidak pernah dirayakan ulang tahunnya oleh orang tuanya.
Jangankan merayakan ultah, bisa dihitung berapa hari Janna bertemu orang tuanya secara langsung. Tapi Janna tidak ingin adiknya bernasib sama sepertinya.
"Oh iya." Mata Janna membulat kala teringat sesuatu. Segera dia mengambil sebuah amplop kecil dari tas selempangnya, lalu menyerahkannya pada Javas. "N—Nih, buat kamu."
Javas menatap amplop tersebut dengan berbinar-binar. Desainnya lucu. "Whoaa. Apa ini?"
"Ayo buka!" suruh Janna tidak sabar.
Senyum Javas mengembang setelah membukanya. Ada surat kecil 'homemade' yang ditulis secara manual oleh Abi menggunakan pensil, dan dihias dengan gambar bunga-bunga oleh Ai.
"Aku diundang ke ultah Abi sama Ai?!" Javas menatap Janna tak percaya.
Janna tersenyum sambil mengangguk cepat. Javas jadi senang bukan main. Apalagi mengingat dia tahu Abi tidak suka padanya, tapi tetap mengundangnya. Sepertinya Abi terpaksa demi membuat Janna senang. Benar-benar anak yang baik.
Javas jadi tidak berhenti senyam-senyum. Senyumnya tidak hilang sampai parkiran motor dan Aidan melempar muka Javas dengan kardus pocky, menuduh Javas tengah sakaw karena kurang pocky. Padahal tadi siang baru saja dikasih oleh Caraka.
***
1-banyak kata buat part ini???
Spam komen buat next!!!
Spam komen yang banyaaaaaak banget buat aku!! Biar aku semangat dan berkembang terus buat memuaskan kaliaaann!!!
Terima kasih sudah membaca dan mendukung aku, semoga kalian suka ceritanya! Ditunggu kelanjutan kisah Javas & Janna di next episode yaa <3
See you on the next part❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro