Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. TERJEBAK BERDUA?

Hai, Mochi! Aku update lagi nih, tolong ramein komen di setiap paragraf yaa 🖤

Jangan lupa ramein komen di setiap paragraf biar aku semangat dan cepet up lagi yaaa! Happy reading <3

***

Keesokan harinya, kerja kelompok kedua dimulai. Namun yang datang ke rumah Janna hanyalah Javas. Erika dan Aidan tiba-tiba tidak bisa dihubungi. Di tag di grup juga tidak menyahut. Seolah-olah mereka berdua janjian tidak datang agar Janna dan Javas bisa berduaan di rumah Janna.

Janna sempat berusaha positive thinking mungkin saja mereka telat, namun sudah satu jam lebih keduanya tak kunjung datang. Janna jadi tidak enak pada Javas yang sudah menunggu lama.

Alhasil, akhirnya Janna dan Javas pun mencoba untuk mengerjakan tugas kelompok duluan.

"Mau ngerjain yang mana dulu, nih?" tanya Javas dan Janna berbarengan. Seketika keduanya salah tingkah dan menunduk malu.

"A—Aidan betulan enggak bisa dihubungin, ya?" Janna mencoba buka suara lagi.

Javas menggeleng. "Enggak tahu, nih. Dia ke mana. Erika juga enggak bisa dihubungin, kah?"

"Iya, nomornya tiba-tiba enggak aktif," jawab Janna gugup.

Tidak berguna. Basa-basi malah semakin membuat suasana menjadi canggung, apalagi mengingat mereka hanya berduaan di ruang tamu dan adik-adik Janna sedang tidur siang. Kalau ada adik-adik Janna pun juga belum tentu suasana jadi cair. Bisa gawat kalau adik-adiknya malah ember dan bikin malu!

"Akak Janna!!"

Baru saja berpikir begitu, tiba-tiba bocah dengan kostum beruang berlari menghampiri Javas dan Janna. Yang satu perempuan dan yang satunya lagi laki-laki.

"Eh? Ini akak anteng yang waktu itu beliin kita ec klim!!" seru Ai antusias saat melihat Javas. Tidak menyangka mereka akan bertemu lagi di sini.

"Hehe iya, k—kalian belum tau namanya, kan? Ini Kak Javas. Kami satu kelas di kampus. Kenalin ya," kata Janna memperkenalkan Javas pada adik-adiknya. "Javas, ini adik kembarku namanya Abi sama Ai."

Javas tersenyum sumringah. "Haha kita ketemu lagi, deh. Salam kenal ya Abi dan Ai. Kalian kelas berapa?"

"Abi kelas cepuluh," jawab Abi membuat Ai memukul bocah itu dengan tangan gembulnya.

"Boong itu Kak Apas. Abi macih piyik! Balu macuk TK!!" omel Ai sembari memelototi Abi.

"Capa yang bilang Abi piyik? Abi udah gede!" balas Abi lebih galak.

"Kak Janna yang biyang Abi piyik, inget nda pac kita nanya Kak Janna dandan canti mawu ketemu pacal ya? Kak Janna jawab 'nda boyeh omong pacal-pacalan, kayian macih piyik, angan ikutan ulucan oyang gede," cerocos Ai membuat Janna pipi spontan memerah.

"Ssst! Ai!!" tegur Janna.

"T—Tapi Kak Janna enggak punya pacar kok!" teriak Janna reflek lalu menutup mulutnya sendiri. Rasanya ia ingin menghilang saja saking malunya. Sekarang Javas pasti menganggapnya aneh.

"Kak Janna, kata na mawu beliin Abi ec klim?" rengek Abi.

"Heee. Kamu es krim mulu, kan kemarin udah. Nanti ompong lagi giginya!" omel Janna.

"Ai uga mawu ec klim!! Mawu ec klim tobeli!! Gigi Ai udah tumbuh!" Ai ikutan merengek.

"Eh? Siapa yang mau beli es krim?! Aku nitip dong!!" Kini giliran seorang gadis remaja yang datang. Tapi dia langsung kaget dan tersenyum canggung begitu melihat kehadiran Javas. "Eh? T—Temennya Kak Janna, ya."

"Itu Shakila, adikku yang pertama." Janna gantian mengenalkan Shakila pada Javas. Dan Javas hanya mengulas senyum singkat pada Syakila.

"Jadi, ciapa nih, yang mawu beliin ec klim buat Abi? Hompimpa aja yuk! Yang kayah hayus beyiin makanan!" Abi ngide sendiri.

"Hayuk!" Ai mengangguk-angguk. "Cemua hayus ikutan ya! Cini Akak Cakil, itut hompimpa uga!!"

Sambil tersenyum geli, Javas dan Janna pun ikut hompimpa demi menyenangkan adik-adiknya.

"Hompimpaalaium gambreng!" Semuanya berseru kompak.

Semuanya memperlihatkan telapak tangan kecuali Janna. Dan itu artinya Janna yang kalah.

"Huhh. Ya sudah kalau gitu Kakak pergi sekarang," pamit Janna.

"Enggak apa-apa nih, dia yang belanja sendiri? Harusnya gua aja tadi kalah ya," batin Javas seraya memperhatikan Janna khawatir, karena gadis itu terlihat sedikit kesal.

Shakila yang peka melihat Javas tidak enakan langsung menegurnya. "Udah, Kak. Enggak usah khawatirin Kak Janna. Dia pasti bisa sendiri kok. Mending kita main bareng-bareng."

"Ayo Akak Apas! Kita main cocomelon!" Ai menarik-narik ujung kemeja Javas.

Dari teras, Janna memperhatikan Javas yang sedang diajak main oleh adik-adiknya.

"Bener-bener deh, mereka sebenarnya ngerjain apa gimana sih? Tapi enggak juga sih berduaan doang sama Javas. Bisa keringet dingin, dong," batin Janna. Membayangkan dia jalan berdua saja sudah membuat jantungnya copot.

"Enggak apa-apa sendiri?"

Hati Janna mencelos begitu sadar Javas tahu-tahu sudah ada di belakangnya.

"Eh?! I—Iya enggak apa-apa, tenang aja udah biasa juga kok," jawab Janna sebelum berlari keluar pagar dengan buru-buru. Salah tingkah.

"Oh bagus deh kalau begitu. Sekarang gua harus main apa sama bocah- bocah ini ya?" pikir Javas.

***

"Duhh, beliin apa ya buat Javas?" Janna panik sendiri saat sudah sampai section snack di supermarket. Nomor Erika sudah aktif, tapi ketika Janna telepon Erika puluhan kali untuk meminta bantuan tetap tidak diangkat. Masalahnya dia tidak berani bertanya ke Javas makanan kesukaannya. Dia terlalu malu.

Jangankan itu, nanti pas pulang saja Janna tidak tahu harus bicara apa! Bahkan dia sudah menghabiskan waktu setengah jam di perjalanan mengelilingi perumahan supaya lama.

Padahal setiap bertemu Javas di kelas, rasanya Janna sangat ingin bisa dekat dengan Javas. Tapi sekarang giliran ada kesempatan, dia malah ciut. Payah sekali...

"Gimana ini? Rasanya aku enggak pengen pulang sekalian aja," batin Janna panas dingin.

"Ada yang bisa saya bantu, Kak?"

Suara seorang pramuniaga mengagetkan Janna. Gadis itu spontan tersenyum sungkan kepada lelaki yang mengenakan seragam karyawan supermarket itu. Sepertinya dia ditegur karena terlalu lama memilih snack.

"Engga usah kok, Mas. Saya sebentar lagi kelar kok, cuma bingung aja adik saya suka snack yang mana. Ditelpon juga enggak diangkat-angkat haha," jawab Janna berbohong.

"Baiklah, kalau begitu Kak."

Janna menghela napas saat pramuniaga itu pergi. Matanya memperhatikan snack yang berjajar di rak sekali lagi. Diantara semua makanan ringan itu, sekotak Pepero berwarna emas membuat Janna salah fokus.

Pepero itu bentuknya seperti Pocky. Coklatnya terasa, tapi tidak terlalu manis. Setahu Janna, tidak mungkin ada yang tidak suka apalagi kalau disantap setelah makan siang.

"Apa ini aja ya?" Janna bergumam sambil meletakan telunjuk di dagu, menimang-nimang antara snack berbentuk batang itu dan snack lain yang belum ia ambil dari rak. "Tapi kayaknya pepero ini rare banget. Aku jarang lihat di supermarket lain. Kalau Javas enggak mau bisa aku aja yang makan."

"Baiklah. Aku memilihmu," ucap Janna dramatis pada Pepero itu sebelum mengambilnya. Semoga kali ini dia tidak salah pilih.

***

"Janna mana ya, kok belum pulang juga?" Javas mengecek jam tangannya berkali-kali. Sudah hampir satu jam Janna belum pulang juga dan dia jadi khawatir. Apa dia susul saja?

"Eh, itu Kak Janna!" Ai yang semula masih main Cocomelon bareng Javas langsung mencampakkan iPadnya dan menghampiri Janna. Ia rebut kantong kresek berisi makanan yang dibawa Janna.

"Akhirnya Kak Janna pulang juga. Ngapain sih, lama banget? Kita kan udah laper," keluh Syakila sembari ikut mengubek-ubek kantong kreseknya mencari es krim. Janna membeli jajanan cukup banyak. Ada potato chips, kacang-kacangan, cookies dan tentunya Pepero untuk Javas.

Javas juga ikut berdiri menghampiri Janna. "Kukira kamu nyasar makanya lama."

Gadis berambut panjang itu hanya melihat ke bawah karena malu, tidak berani menatap mata Javas.

"Loh? Ada Pepero ya?" Mata Javas berbinar saat menyadari ada makanan kesukaannya. Spontan ia mengambil Pepero tersebut dan memperhatikannya dari dekat.

"Sudah lama banget enggak lihat ini ternyata masih ada aja. Ini boleh buat aku enggak, Janna?" tanya Javas antusias. Ia terlihat sangat girang layaknya anak kecil yang dibelikan mainan. Tidak bisa bohong kalau dia suka sekali dengan makanan kembaran Pocky ini.

Janna terkejut. Ini pertama kalinya dia melihat Javas seriang itu. Javas sendiri tidak sadar kalau dirinya jadi riang.

Tapi melihat Javas yang seperti itu, Janna jadi mulai berani berbicara pada Javas. "Iya tadi beli di supermarket. Memang tinggal satu sih. Aku sudah sering makan itu. Boleh kok, makan aja."

"Weh, serius boleh? Yaudah deh, makasih!" Javas tersenyum kegirangan.

"Akak Apas! Ayo matan bayeng kami!" teriak Abi yang sudah menyantap es krimnya duluan di ruang tamu.

"Iya, ayo!" Javas menghampiri adik-adik Janna sambil membawa plastiknya dan makan bersama mereka semua dengan gembira.

Pipi Janna memanas. Ternyata dia senang melihat semuanya bahagia. Kalau begini caranya, Janna malah tidak ingin kebersamaan ini cepat berakhir. Harusnya tadi dia buru-buru pulang saja.

***

1-banyak kata buat part ini???

Spam komen buat next!!!

Spam komen yang banyaaaaaak banget buat aku!! Biar aku semangat dan berkembang terus buat memuaskan kaliaaann!!!

Terima kasih sudah membaca dan mendukung aku, semoga kalian suka ceritanya! Ditunggu kelanjutan kisah Javas & Janna di next episode yaa <3

See you on the next part

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro