Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15 - Senyum

"Cukup senyum! Jangan aneh-aneh!" Adalah perintah Zidan agar misi PDKT Reira lancar. Cowok itu mewanti-wanti sahabatnya untuk menahan diri dari bertingkah bodoh.

Reira cemberut, ia, kan, ingin berbicara banyak dengan sang malaikat, kalau hanya senyum bagaimana bisa hubungan mereka semakin dekat? Yang ada nanti Ardi malah melupakannya.

Siang ini ia, Nazril, dan Zidan sepakat untuk menghabiskan waktu istirahat di kantin. Zidan memakan bekal pemberian pacar barunya, Reira membawa bekal dari rumah karena kebetulan mamanya sempat memasak, dan Nazril harus gigit jari hanya dengan memesan air mineral. Mereka memang trio kere yang uangnya habis untuk hal-hal tidak berfaedah. Nazril membeli komik, Zidan membeli majalah dewasa, dan Reira membeli banyak stok es krim vanilla.

Untungnya Zidan punya pacar, jadi bisa dimanfaatkan. Reira lebih sering membawa bekal atau minta uang lebih pada anggota keluarga yang lain. Sementara Nazril harus berpuas diri dengan apa yang ada karena keluarganya cukup subur, enam bersaudara. Jika meminta bekal paling disuruh bikin sendiri, padahal tidak pandai memasak. Kalau minta uang jajan lebih, yang ada diomeli sampai kuping panas.

Untungnya Reira bukan gadis pelit, ia selalu membagi makanannya dengan Nazril. Walau terkadang keki sendiri karena hampir seluruh bekalnya dihabiskan oleh cowok itu.

"Lihat tuh malaikat lo datang, Re!" Zidan menunjuk ke arah pintu masuk kantin dengan dagu. Tatapannya menggoda Reira yang langsung menengok. Gadis itu seketika tersenyum ceria dan hendak menghampiri Ardi, tetapi lengannya berhasil ditahan oleh Zidan. Cowok itu menggeleng pelan, memberi kode pada Reira untuk jangan bertingkah agresif. Karena itu hanya akan membuat Ardi semakin takut.

Reira menghela napas lelah, lalu mengangguk dan kembali duduk. Saat matanya dan Ardi bertemu, ia memasang senyum manis seperti yang diperintahkan Zidan. Lalu fokus pada makanan di hadapannya.

Ardi yang sudah was-was saat melihat Reira di kantin merasa lega karena gadis itu hanya tersenyum saja. Mungkin dia benar-benar akan berhenti membuatnya susah. Ia cukup senang, membuat seulas senyum tipis terbit di bibir.

Ardi segera pergi menghampiri bibi kantin untuk membeli nasi goreng. Tadi pagi ia tidak sempat sarapan karena mamanya sedang sakit dan kakaknya belum pulang. Ia bisa saja memasak sendiri, tetapi tantenya pasti akan marah-marah karena ia tidak tahu bahan makanan mana saja milik keluarganya.

Jangan berharap akan ada adegan duduk bersama di meja makan sambil menyantap sarapan, Ardi dan keluarganya dianggap sebagai inang tidak tahu malu yang merecoki rumah orang. Kecuali dulu, ketika neneknya masih hidup.

Ia benar-benar tidak betah. Ingin pindah. Namun ia tidak punya uang, terlebih ibunya juga sedang sakit.
Tidak mungkin untuk pindah sekarang. Ardi tidak ingin memberi beban lebih pada kakaknya untuk menanggung pengeluaran.

Sambil membawa nampan berisi sepiring nasi goreng dan satu botol air mineral dingin, ia celingukan. Kantin sudah penuh, tidak ada kursi kosong tersisa. Kecuali satu, meja Reira.

Ia ragu sejenak, tapi kemarin gadis itu sudah meminta maaf. Mungkin tidak ada salahnya ia ikut duduk di sana. Berjalan perlahan dengan langkah yang sedikit ragu-ragu, ia tidak menyadari sejak tadi ada seseorang yang menatapnya intens sembari tersenyum miring.

Ketika yakin cowok pujaan hati Reira akan bergabung dengannya, Zidan segera menyiapkan pertanyaan-pertanyaan menjurus yang bisa membuat sahabatnya salah tingkah. Cowok play boy itu tidak sabar untuk segera meledek Reira habis-habisan nanti di kelas.

"Permisi," sapa Ardi menarik perhatian Reira dan Nazril yang sedang sibuk bergosip dan berbagi makanan.

"Ya?" balas Reira sambil mengunyah makanan tanpa mengalihkan perhatian dari goreng sosis di kotak bekalnya.

Reira hampir tersedak ketika menyadari siapa yang sedang berdiri di sisi meja. Menatapnya dengan bola mata cokelat terang yang jernih. Masih terlihat sedikit aura takut, tapi tidak separah kemarin saat ia ajak kenalan.

Ini bukan mimpi? Ardi benar-benar datang menyapa terlebih dahulu? Ia segera meminum air yang disodorkan Nazril ketika tiba-tiba makanan yang dikunyah nyangkut di tenggorokan. Cowok itu menepuk-nepuk tengkuk Reira hingga batuknya hilang.

"Kenapa?" tanya Zidan dengan wajah sok garang yang seketika membuat satu-satunya gadis di meja itu melotot ke arahnya.

"Jangan macam-macam!" Kira-kira itulah arti tatapan mata Reira.

Zidan tidak memedulikannya, ia benar-benar berniat untuk menjaili Reira. Tetapi sebenarnya lebih ke ingin tahu sosok seperti apa yang berhasil mencuri hati sahabatnya. Sejauh ini, meskipun banyak yang menyatakan perasaan padanya, gadis itu selalu berhasil menolak dengan segala jurus anehnya. Tetapi Zidan lebih heran akan kenyataan kenapa masih ada yang menyukai gadis semacam Reira.

Ardi kembali ragu saat melihat tatapan tajam Zidan, tetapi sudah sejauh ini tidak mungkin ia mundur. Di kantin benar-benar tidak tersisa kursi kosong, kalau pun ada, ia benar-benar tidak mengenal siapa-siapa, jadi segan untuk meminta duduk bersama. Meskipun tidak mengenal dua cowok lainnya, setidaknya kemarin ia sudah memutuskan untuk berteman dengan Reira.

Ia tersenyum kikuk lalu berkata, "Gue boleh duduk di sini? Enggak ada lagi tempat yang kosong."

Reira hampir saja berteriak menyetujui jika Zidan tidak menendang kakinya di bawah meja. Gadis itu segera berubah kalem dan tersenyum anggun, lalu mengangguk setuju. "Silakan. Asal jangan lupa aja bayar pajaknya nanti," canda Reira.

Zidan hampir saja menyemburkan tawa. Astaga, kenapa gadis ini sangat buruk dalam membaca situasi? Adik kelasnya pasti menganggap ucapan Reira serius. Lihat saja raut mukanya yang sangat tegang itu. Zidan benar-benar ingin tertawa keras. Reira dan Ardi pasti bisa mendapatkan tittle sebagai couple of the year dengan tingkat romantis paling jongkok.

Hening selama beberapa saat, sampai Reira menyadari candaannya teramat garing. "Bercanda, Di. Silakan duduk, hehe."

Ardi pun meletakkan nampannya di atas meja dan segera duduk untuk menyantap makanan. Namun ia bingung, apa yang harus dilakukan selanjutnya? Ini merupakan pengalaman pertama Ardi makan siang bersama orang lain di sekolah ini. Biasanya ia hanya akan menahan lapar atau membeli roti. Akan tetapi entah kenapa hari ini perutnya sangat lapar, jadi ia memutuskan untuk makan di kantin.

Saat SMP dulu ia memang pernah makan bersama orang lain, tapi semuanya orang yang ia kenal dan dekat yaitu anggota ekskul Olimpiade. Sedangkan Reira adalah orang yang baru ia tahu namanya kemarin dan dua orang yang duduk bersamanya tidak ia kenal sama sekali.

Ardi bingung, apakah ia harus menawarkan makanannya pada mereka atau langsung makan saja? Ia benar-benar tidak terlalu pandai dalam bersosialisasi.

Untungnya, Reira benar-benar gadis yang bisa mencairkan suasana. Dia segera menyuruh Ardi untuk memakan makanannya sebelum dingin. Gadis itu menyembunyikan kegugupannya dengan terus mengajak Nazril berbicara. Membuat Zidan ingin tertawa terbahak-bahak.

Ini pertama kalinya ia melihat Reira salah tingkah, membuatnya tidak sabar untuk mengejek gadis itu di kelas nanti. Lihat saja tingkah malu-malu kucingnya, setiap beberapa detik sekali melirik ke arah Ardi, lalu pura-pura mengobrol lagi dengan Nazril. Membahas hal tidak penting seperti kenapa pangeran kodok harus pacaran sama putri keong?

Hati Reira berbunga-bunga, sangat senang bisa duduk semeja dengan pujaan hatinya. Terlebih cowok itu yang pertama kali menyapa. Untunglah ia menuruti perkataan Zidan untuk hanya tersenyum ketika bertemu Ardi. Membuatnya yakin jika perkataan sahabat play boy-nya itu benar-benar ampuh. Mungkin di masa depan ia juga akan mengikuti semua perkataan Zidan tanpa berpikir dua kali.

tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro