13 - Misi PDKT
Pulang sekolah, Zidan berakhir diseret Reira untuk ikut makan bakso, dengan alasan bolos ekskul dia mau saja. Aslinya, dia ingin berkenalan dengan Laila. Kenapa ia baru sadar ada gadis secantik itu di angkatannya?
Ia mengikuti langkah Reira yang bersemangat menuju kelas XII IPA 1, cukup jauh dari XII IPS 2. Terpaut lima kelas. Zidan juga ikut bersemangat, tapi ia menjaga tetap tenang supaya terlihat cool.
Sepanjang jalan menuju kelas Laila, ada banyak yang menyapa mereka. Terutama Reira yang selalu menjadi kotak pos untuk menyampaikan salam pada Zidan. Gadis itu bahkan sudah berulang kali mengamuk, enggan menjadi jembatan cinta. Enggak ada untungnya sama sekali. Kalau ada imbalan sih mungkin akan dia pikir-pikir lagi.
"La!" panggil Reira saat sudah tiba diambang pintu kelas XII IPA 1, dia biasa saja saat semua orang di dalam kelas menatapnya terganggu. Di kelas mereka masih ada guru.
Reira cengengesan, tidak merasa bersalah sama sekali. Ia malah menyapa guru yang tidak ia tahu namanya karena tidak pernah diajar tersebut. "Selamat siang menjelang sore, Bu!"
Guru itu mengangguk dan menjawab sapaan Reira, cukup terganggu karena belum selesai memaparkan semua materi.
"Ibu kok belum selesai ngajar? Ini sudah lewat sepuluh menit dari jadwal pulang loh, Bu. Jangan korupsi, Bu. Saya sebagai pelajar yang cantik, baik hati, dan penuh akan rasa keadilan hanya ingin mengingatkan, Bu. Jangan mengajari anak didik Ibu untuk korupsi, nanti kalau mereka jadi pejabat korup, kan, repot, Bu."
Reira terus nyerocos, membuat anak-anak di kelas yang ingin segera pulang memujinya dalam hati. Zidan segera melipir ke kelas sebelah, tidak ingin mengakui ia kenal dengan gadis yang sekarang jadi bahan tontonan itu.
Dia terlalu berani!
Laila di dalam kelas juga menunduk malu, antara ingin mengutuk Reira dan berterima kasih karena membebaskannya dari rasa bosan.
"Walau saya enggak yakin sih anak IPA bakal jadi pejabat, mereka paling jadi peneliti, kan, Bu? Eh, tapi kata kakak kelas, jurusan IPA bisa juga jadi guru, laboran, dokter, wirausahawan, ahli gizi, apoteker, hm, apa lagi, ya? Saya lupa, Bu. Tapi ya, jurusan IPA biasanya jadi bawahan karena IPS pasti selalu jadi bosnya. Bisa saya pastikan juga kalau saya bosnya dan mereka akan jadi bawahan saya."
Reira tertawa saat mendapat sorakan "Huu!!" dari seisi kelas.
Bu guru benar-benar kesal, anak didiknya tidak mungkin bisa berkonsentrasi lagi, ia pun memutuskan untuk mengakhiri kelas.
"Baiklah, kita akhiri kelas hari ini. Jangan lupa kerjakan soal halaman 78, besok dikumpulkan." Bu guru segera membereskan meja, lalu berjalan keluar kelas. Ia menatap Reira sebal, lalu bertanya, "Kamu, siapa nama kamu?"
Reira merasakan aura-aura negatif, feeling-nya berkata guru itu akan memanggilnya ke ruang guru. Ia segera membungkuk sambil menyalami tangan Bu Guru, berharap namanya tidak terlihat.
"Saya Rara dari jurusan IPS, Bu. Karena Ibu sudah tidak korupsi lagi, saya pamit undur diri."
Reira segera kabur ke arah kanan, di mana tangga menuju lantai bawah berada.
***
"Gila, Re! Kelakuan lo makin hari makin belangsak aja!" Laila tidak berhenti mengomentari kelakuan sahabatnya sejak mereka turun dari busway lima menit yang lalu. Mereka sedang berjalan kaki menyusuri deretan toko di distrik perbelanjaan yang cukup terkenal di Kota B. Kedai bakso yang akan mereka kunjungi terletak cukup jauh dari keramaian ini.
Zidan yang ingin berkenalan pun menunda niat ketika melihat kekesalan Laila. Ia sedikit maklum karena tadi setelah kelas bubar, teman-temannya mengerumuni meja Laila, menanyakan tentang Reira.
Zidan mengalihkan tatapan dari Laila pada sahabatnya, Reira. Ia segera membulatkan mata tidak percaya saat melihat gadis itu sedang nemplok di kaca salah satu kafe.
Sejak kapan dia ada di sana? Hal memalukan apa lagi yang akan dia perbuat? Zidan sungguh tidak habis pikir.
Ia segera mencolek bahu Laila, lalu memberitahunya bahwa dia tengah berbicara sendiri. "Sahabat lo lagi jadi cicak di sana!"
"Cicak?" tanya Laila sambil mengerutkan kening. Ia mengikuti arah telunjuk Zidan dan seketika ingin mencari lubang.
Tidak lagi!
Ia segera menghampiri Reira, menarik kerah bajunya untuk menjauh dari kaca yang menampilkan bagian dalam kafe. Gadis itu sudah menjadi bahan tontonan sekarang.
"Lo ngapain, sih, Re? Jangan malu-maluin sekali aja, bisa?"
Reira cemberut, lalu balik mengomel, "Ih, La! Gue itu lagi mengagumi ciptaan Tuhan! Lihat! Mereka ganteng pake banget! Jarang-jarang, kan, kita bisa nemu cogan di jalan gini!"
Aduh, itu suaranya! Laila ingin mengubur diri saja rasanya. Menyesal telah menghampiri Reira.
Gadis berkuncir satu itu memaksa sahabatnya untuk ikut melihat ke bagian dalam kafe. Seketika Laila juga ikut berseru takjub.
"Anjir, beneran ganteng, Re!"
Reira hanya mendengkus, bangga akan penemuannya.
Zidan yang penasaran pun ikut melihat, kemudian segera bergumam ketika menyadari siapa yang dua gadis ini perhatikan. "Lah, mereka anak SMA dari kota sebelah, ngapain ke sini?"
Seketika mata Reira membulat. "Lo kenal mereka? Kok bisa? Padahal kegantengan lo jauuuuhhh di bawah mereka."
Kampret!
Zidan segera mempiting Reira, kenapa gadis itu tidak pernah menyadari kegantengannya yang sudah ada di tingkat awang-awang ini?
"Siapa mereka?" tanya Laila penasaran. Matanya masih tidak lepas dari meja yang diduduki oleh sekumpulan cowok ganteng itu.
Zidan segera melepaskan Reira, lalu mendorongnya menjauh. Membuat ia bisa berdiri bersisian dengan Laila.
"Yang kembar itu namanya Thomas sama Jerremy, di sampingnya ada Kevin, yang di depannya Miko sama Bian." jelas Zidan, "Kata Kevin sih, Jerremy sama Thomas itu enggak peduli sama hal lain selain nilai akademisnya, Bian itu teman main game-nya si Kevin, dan Miko itu orang yang cukup pendiam."
Laila manggut-manggut. Sementara Reira malah bertanya penasaran, "Kok lo bisa hapal banget gitu?"
Zidan mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sebuah grup di akun Line-nya. Nama grupnya adalah LM.
"LM?" Reira mengerutkan kening bingung. "Apa artinya?"
Zidan tersenyum jumawa. "Lempar Mantan. Kita selalu berbagi informasi tentang cewek yang gampang dipacari di sini. Di antara mereka, Kevin adalah salah satu anggota grup ini. Dia play boy kelas kakap. Pacarnya lebih dari tiga."
Reira segera kehilangan minat, ia menarik Laila untuk pergi ke tempat yang mereka tuju. Cowok semuanya memang sama aja! Kecuali kakak, ayah, dan malaikatnya.
Reira menghentikan langkah, teringat akan ucapan Laila agar melakukan pendekatan dengan cara normal. Ia menatap Zidan yang berjalan di belakangnya. Tidak ada pilihan lain, hanya dia yang bisa ia mintai tolong.
Laila ia coret dari daftar karena gadis itu biasanya ditembak bukan nembak, dan yang Reira butuhkan adalah bagaimana caranya mendekati laki-laki sehingga saat menyatakan perasaan nanti cintanya akan diterima.
"Zi, bantuin gue!"
Zidan menghentikan langkah, menatap Reira heran. Tumben minta bantuan, biasanya gadis itu menolak melakukan hal yang sama dengannya. "Bantu apa?"
"Bantu gue PDKT sama Ardi!"
tbc.
Haaaiiii!!!!
Ada yang penasaran sama kelima cowok ganteng di atas? Yuk langsung kepoin aja kelakuan asli mereka di A Cup of Vanilla Latte karya KuroiDaimond, ya!!!
Sekian, ♥️.
Salam, Ryn🌻🌻🌻.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro