Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03 - Laporan Jared

"Gantengnya anak mama!"

Jared tersenyum geli mendengar sapaan mamanya saat dia mendekati meja di mana keluarganya duduk. Diabaikannya senyum mengejek Falila saat mendengar dia disapa dengan agak berlebihan.

Hanya satu wanita di dunia ini yang diperbolehkan Jared melakukan apa saja kepadanya: Amelia, sang mama. Dipermalukan di depan umum pun dia tidak masalah, asal bisa membuat mamanya tersenyum senang. Bahkan saat harus selalu mendapat ejekan dari adik-adiknya karena kelewat diperlakukan seperti anak kecil, walau sebenarnya dia akan segera menginjak usia dua puluh dua tahun.

Jared menunduk di dekat mamanya untuk mengecup sebelah pipi wanita itu, sebelum duduk di samping Kabiru yang sedang fokus menyantap sepotong cake dengan raut terpaksa.

"Ngapain lo?" tanya Jared, heran dan kaget melihat adik bungsunya memakan sesuatu yang diingat Jared bukanlah makanan kesukaan bocah itu. Kabiru tidak suka makanan manis.

"Besok lagi butuh kamera. Punya gue rusak habis dipinjem Nando. Lila mau kasih punya dia, kalau gue habisin ini," tunjuk Kabiru sambil menusuk-nusuk sisa cake cokelat yang sudah tidak berbentuk di piring miliknya. Dia berbicara pelan supaya mama mereka tidak mendengar.

Jared mengernyit. Ah, benar, Kabiru sedang dihukum tidak diberi uang jajan karena kenakalannya minggu lalu. Adiknya yang satu ini sepertinya memang kurang pintar mencari teman. Namun, Jared tidak keberatan. Baginya sah-sah saja apabila sekali atau dua kali membuat masalah di masa remaja, asalkan jangan sampai membuat mama mereka menangis. Dia juga dulu begitu ketika masih berseragam sekolah. Sedikit nakal dan nekat, tapi tetap terkontrol.

"Udah, stop. Nanti ambil kamera gue aja," ujar Jared, merebut garpu kecil yang sedang dipegang Kabiru, lalu menjauhkan piring cake tersebut dari hadapan adiknya.

Bocah lelaki berumur enam belas tahun itu menyeringai senang saat mendengar perkataan Jared. Dia langsung menurut untuk berhenti memakan cake sodoran Falila.

Jared melirik Falila penuh peringatan karena iseng mengerjai adik mereka. Gadis berumur tujuh belas tahun itu hanya tersenyum sok polos, lalu cepat-cepat sibuk mengajak bicara mamanya untuk mengomentari gaun seorang tamu wanita yang melewati meja mereka.

Jared menggeleng pelan melihat kelakuan dua adiknya. Dia kembali berpaling ke arah Kabiru untuk menyentil pelan telinga bocah itu. "Mbak Lila," ujarnya, mengingatkan Kabiru agar memanggil kakaknya dengan sebutan yang sopan.

Kabiru tidak membantah—tidak peduli lebih tepatnya, karena dia mulai sibuk mengunyah kue kering asin di piring kecil milik Falila.

Jared berpaling ke sisi lain meja saat menyadari sedang diperhatikan. Rama Ersa, papanya, menatap ke arahnya dengan sorot tenang, tapi Jared tahu kalau pria itu sedang menunggu laporan darinya.

Jared berdeham sekali, sebelum menjawab dengan agak malas, "Cuma ngobrol sebentar sama kakeknya," katanya, memberi tahu apa yang dia lakukan tadi di meja keluarga besar Naira.

"Terus?" tanya Amelia ingin tahu.

Laporan Jared tadi sepertinya menjadi perhatian semua keluarga, kecuali Kabiru yang masih sibuk mengunyah kuenya dengan mata fokus ke panggung di mana seorang penyanyi wanita sedang tampil.

"Ngobrol biasa aja, Ma. Katanya, sekarang Red mirip banget sama Papa waktu muda." Memang tidak ada yang terjadi selain obrolan singkat. Jared cukup pintar untuk tidak begitu membicarakan terkait masa depan bersama Naira di depan adik-adiknya. Mereka tidak perlu ikut dalam drama hidupnya.

Amelia mengernyit kurang puas, tapi tetap tersenyum saat mendengar kalimat terakhir putranya. "Kan, memang gitu. Kalau mirip sama Mama, nanti kamu jadi cantik, dong."

Jared spontan terkekeh mendengar humor mamanya yang kadang lupa tempat. Sedangkan Kabiru dan Falila berusaha menyembunyikan gelengan kepala mereka, sekaligus menahan dengkusan geli.

"Berarti Papa ganteng juga, dong? Kan, tadi Mama bilang Red ganteng." Tiba-tiba Rama kambuh gombalnya, terjangkit sang istri.

Amelia mendengkus, sebelum tersenyum geli. "Iya, deh. Biar Papa senang."

Mereka semua tertawa, bahkan Kabiru harus banyak-banyak minum agar tidak tersedak kue yang tadi sedang dimakannya.

Setelahnya, makan malam dimulai. Lalu acara diteruskan dengan tampilnya Sultan Subekti di panggung, disusul keluarga intinya satu persatu. Jared tidak begitu memperhatikan. Dia sibuk berdiskusi dengan Kabiru tentang pertandingan balap F1 kemarin malam. Ketika acara utama berakhir, orang tua Jared pergi untuk mendatangi Sultan Subekti dan kenalan mereka yang lain.

Keluarga Subekti adalah salah satu keluarga pengusaha besar di ibukota, hingga kebanyakan tamu memang berasal dari kalangan yang sama. Bagi Rama Ersa, yang juga seorang pengusaha, momen seperti ini adalah saat yang baik untuk saling mempererat hubungan dengan para kolega atau kenalan bisnisnya.

Jared masih asyik mengobrol dengan Kabiru, hingga sempat tidak menyadari kalau Naira mendatangi mejanya. Gadis itu duduk di kursi yang tadinya ditempati Amelia, di samping Falila. Adik perempuan Jared itu senang Naira datang, karena dia merasa hampir mati bosan karena tidak punya teman bicara. Risiko menjadi anak perempuan satu-satunya di keluarga memang seperti itu, sering diabaikan dua saudara lelakinya.

Ketika menyadari keberadaan Naira, Jared langsung menatapnya. Bertepatan saat gadis itu juga melakukan hal yang sama. Saling mengamati, tapi tidak juga berbicara. Sampai akhirnya perhatian Naira teralihkan oleh sapaan seseorang.

"Naira, apa kabar?"

Jared dan adik-adiknya mengikuti Naira, menoleh ke arah pria yang sedang berdiri di samping gadis itu. Sosok berpenampilan perlente khas eksekutif muda.

Naira tersenyum tipis menyambut sapaan pria tersebut. "Baik, Mas. Mas David apa kabar? Sibuk banget kayaknya sekarang, ya."

Pria yang dipanggil dengan nama David oleh Naira, ikut tersenyum kecil sambil duduk di kursi yang bersebelahan dengan Naira tanpa meminta izin siapa pun di meja itu. "Mas baik juga. Terlebih malam ini, karena bisa ketemu kamu setelah sekian lama."

Jared tahu Naira sedang menahan dengkusan sinis, terlihat dari cara gadis itu semakin menipiskan senyum palsunya.

"Kan, baru bulan lalu kita makan malam di rumah Kakek. Enggak lama itu, Mas," sahut Naira, menyindir terang-terangan atas gombalan David.

David tertawa kecil, mengabaikan sindiran Naira. "Ikut Mas sebentar, yuk. Ada yang pengin Mas omongin, tapi enggak di sini," ujar David, langsung mengatakan keinginannya saat mendatangi Naira.

Naira langsung berpaling kepada Jared yang sejak awal tidak memutus perhatiannya pada Naira. "Boleh?" tanyanya langsung, seakan-akan izin dari Jared adalah mutlak baginya.

Falila dan Kabiru yang terpaksa ikut mendengarkan, langsung heran mendapati Naira bersikap begitu sopan meminta izin kepada kakak mereka—hal yang biasanya tidak terjadi.

Begitu juga dengan David yang langsung menghilangkan senyum, mendapati Naira merepotkan diri meminta izin kepada pemuda di seberang meja. Ditatapnya Jared dengan sorot penuh penilaian.

Jared yang mengerti permainan Naira, memasang senyum tipis menahan geram. Ditatapnya Naira dengan sorot lurus sejenak, sebelum akhirnya mengangguk kecil. "Silakan. Aku tunggu di sini," ujarnya kepada Naira, mengabaikan tatapan menyipit gadis itu karena malah mengizinkannya bicara dengan David.

Rupanya gadis itu berharap Jared menahannya. Sayangnya Jared sedang malas meladeni drama Naira.

David terus memperhatikan gerak-gerik Jared, lalu tersenyum samar ketika mendapati sikap tenang pemuda itu.

"Hanya sebentar. Naira pasti akan aman bersama kakaknya," ucap David kepada Jared, menyindir sekaligus menunjukkan posisinya atas diri Naira.

Tanpa mau menatap Jared lagi, Naira bangkit dengan wajah agak kesal. Dia berjalan lebih dulu, lalu diiringi David. Keduanya meninggalkan meja di mana tiga pasang mata memperhatikan kepergian tersebut.

"Kakak gundulmu!" umpat Jared pelan tanpa sadar.

Kabiru tidak ambil pusing, tapi Falila telanjur penasaran. "Mas beneran nerima perjodohannya?!" tanyanya dengan mata melebar. "Sejak kapan manggilnya begitu, pake 'aku' segala?"

Jiwa muda Falila yang pencinta cerita romantis mulai terpancing. Pikiran penuh imajinatifnya langsung melesat ke mana-mana saat mendapati interaksi tak biasa antara kakak lelakinya bersama teman masa kecil mereka.

"Anak kecil dilarang bawel." Jared bangkit dari duduknya, lalu menggerakkan sebelah tangan untuk mengacak pelan puncak kepala Falila, sebelum berjalan menjauhi meja.

Jared berubah pikiran.

Dia tiba-tiba merasa tidak senang saat harus membiarkan Naira berduaan dengan David.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro