Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Enam

Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Nara selesai mengerjakan tugas Matematika.

Seluruh badannya terasa pegal karena setelah pulang dari rapat panitia Linus Vaganza tadi, dia masih harus membantu Mama memasukkan pakaian pelanggan ke plastik sesuai labelnya.

Gadis itu memijit pelipisnya pelan, berharap pening yang muncul karena terlalu lama berkutat dengan angka hilang.

Tak seperti biasanya, dia butuh waktu lebih lama untuk mengerjakan tugas, karena konsentrasinya sempat buyar beberapa kali.

Potongan-potongan percakapannya dengan Sam saat rapat tadi, sempat melintas beberapa kali di pikirannya. Membuat gadis itu sebal sekaligus bingung dengan sikap laki-laki itu padanya.

Sam membela saat gadis-gadis di depan halte membicarakannya dengan nada merendahkan. Namun, di hari yang sama pula, laki-laki itu kerap meremehkan kemampuannya.

"Dulu apa yang gue pikirin sih, sampai bisa suka sama dia?" Gadis itu menggeleng pelan, meratapi kebodohannya saat masih kecil.

Merenggangkan badannya sejenak, Nara lalu beranjak dari meja belajarnya. Dia baru saja mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur, saat mendengar notifikasi ponselnya berdenting.

Samudra Andalas: Ra, besok lo pulang jam berapa?

Kantuk yang tadi sempat menggelayut di ujung mata Nara menghilang, karena laki-laki yang baru saja dia pikirkan, tiba-tiba saja mengirim pesan.

Kinara Larasati: Demi semua dedemit yang ada di dapur sekolah gue, Sam! Lo nggak punya jam ya, sampai WA jam segini?

Samudra Andalas: Halah! Lo juga masih melek ini. Palingan lagi streaming drakor 😏

Kinara Larasati: Sotoy!

Samudra Andalas: Udah buruan jawab, jam berapa lo pulang?

Kinara Larasati: Jam 3. Kenapa?

Dahi Nara berkerut, masih menunggu berharap Sam akan memberikan jawaban dari pertanyaannya.

Namun, nihil karena hingga sepuluh kemudian belum ada balasan darinya. Padahal jelas-jelas Sam online.

Kinara Larasati: Kenapa lo

Nara segera menekan tombol back space saat membaca pesan yang hampir dia kirim. "Ra, lo masih waras, kan? Ngapain kepo. Dia sengaja bikin lo jengkel kali!" ujarnya pada diri sendiri gemas.

Mengacak rambutnya pelan, gadis itu kembali berujar, "Sialan! Awas aja kalau pas dia butuh, nggak bakal gue bales."

Dengan jengkel, gadis itu mengumpat pelan lalu menarik selimut hingga menutup bahunya.

***

Menenteng kresek di tangan kanannya, Nara berjalan santai keluar dari dapur sekolah.

Kelasnya baru menyelesaikan praktik membuat aneka macam pastry dan kelompoknya mendapat bagian  membuat bolen pisang.

Bu Ayu sebagai pembimbing mereka, sudah menyetujui makanan tersebut untuk dijual saat pelajaran kewirausahaan pekan depan. Nara dan kelompoknya merasa beruntung karena langsung disetujui saat percobaan pertama.

Beberapa waktu yang lalu, kelompok mereka harus mengulang saat praktik kue tradisional karena kacang hijau dalam kue ku buatan mereka tidak matang.

Gerbang sekolah tidak begitu ramai seperti biasanya. Nara melangkah pelan menuju halte dekat sekolah. Namun, sebuah motor menyejajarinya ketika baru beberapa langkah hingga membuat gadis itu sedikit terlonjak.

"Ra, katanya jam tiga. Ini udah hampir jam 4 tahu!" Suara Sam merepet memenuhi indra pendengarannya.

Nara mengulum senyumnya. Antara kasihan dan jengkel pada sikap laki-laki itu. Ada sedikit rasa puas saat Sam menunggu hampir satu jam, sebagai balasan laki-laki itu mengabaikan pesannya tadi malam.

"Mana gue tahu lo nungguin gue. Gue WA aja nggak lo bales," balas Nara tak kalah sewot.

Alis Sam bertaut, lalu sesaat kemudian tersenyum lebar tanpa merasa bersalah. "Gue lupa, udah ngetik tapi terus ketiduran."

Belum sampai gadis itu menjawab, Sam kembali berujar, "Buruan naik, kita bahas sponsorship."

Nara tak langsung menjawab, dia melirik sekilas saat Sam mengangsurkan helm ke arahnya seolah sudah laki-laki itu persiapkan dari awal.

"Ya ampun, Sam. Rencana anggaran aja belum deal. Entar aja deh. Lagian gue capek, baru beres praktik juga," katanya sembari menunjukkan tas kreseknya yang berisi sisa pisang bolen.

Sam menggoyangkan telunjuknya pertanda tak setuju dengan usul Nara. "Lebih cepat, lebih baik kan? Lagian, udah gue catat, udah gue print juga. Lo tinggal setuju aja sama ide gue."

"Eh, nggak bisa begitu dong," sela gadis itu tak terima. "Kenapa gue dan yang lain nggak dilibatin? Buat apa ada kepanitiaan kalau nggak ada musyawarah duluan?"

Kini giliran Nara yang mengomel, hingga beberapa orang melirik ke arah mereka.

Merasa tak enak karena menjadi perhatian sekitar, Sam kembali menyodorkan helm yang dia bawa pada Nara. "Jangan ngomel di sini deh, Ra. Kita bahas sambil makan. Gue laper banget sumpah. Nanti lo boleh coret-coret catatan gue. Lo bakar juga boleh. Terserah lo deh."

Nara masih bergeming, membuat Sam frustrasi dan berdecak sebal. "Kita bahas berdua dulu. Lo inget kan, Tirta bilang apa? Nanti kalau udah paling nggak tujuh puluh persen beres, kita bahas bareng junior yang lain. Lagian, ini masih tentatif kok."

"Tapi, kenapa tadi lo bilang gue tinggal setuju aja sama ide lo?" tanya Nara retoris. "Kelihatan banget kalau bakal jadi ketua yang nggak peduli sama usul anak buah."

Sam menatap Nara lama, lalu mendesah panjang. Kalimat asalnya tadi, malah berbalik menyerangnya. Padahal dia tadi hanya ingin 'terlihat sedikit keren' di depan gadis itu, karena mempersiapkan diri dan segala sesuatunya dengan baik. Namun, sepertinya usaha laki-laki itu sia-sia. Nara malah balik menyerangnya.

"Udah lah, nggak jadi. Gue balik aja. Lain kali kita bahas sama yang lain," tukas Sam sembari mengaitkan helm yang dia bawakan untuk Nara tadi, ke bagian belakang motornya. "Lagian ... lo capek. Orang capek, gampang emosi."

Sam baru saja akan menaiki motornya ketika Nara menarik ransel laki-laki itu. Merasa kasihan karena laki-laki itu sudah lama menunggunya, Nara menukas, "Ya udah, gue temenin bahas. Tapi, gue nanti boleh usul ya, bukan iya-iya doang sama ide lo."

Mendengkus sebal, Sam berujar, "Gitu kek dari tadi. Laper gue, nungguin lo dari tadi. Mana malah lo omelin lagi."

Nara tak menjawab, hanya mengangkat bahunya sekilas, lalu mengenakan helm dan naik ke motor Sam.

Laki-laki itu tersenyum miring saat akhirnya Nara menuruti permintaannya.

Kemarin-kemarin lo bilang kelakuan gue minus kan, Ra? Lihat aja, gue bakal bikin lo berubah pikiran dan...

Sam tidak menyelesaikan kalimatnya dan buru-buru menggeleng begitu mengingat apa yang sempat dia pikirkan tadi.

Mikir apa sih gue? Pokoknya gue bakal bikin dia ngakuin kemampuan gue.

Dengan sekali sentakan, Sam melajukan motornya kencang hingga membuat Nara terkejut dan secara refleks memeluknya.

Laki-laki itu mengulum senyumnya hingga akhirnya senyuman itu berubah menjadi pekikan kencang.

"Aarghh!!"

***

Kenapa Sam teriak gitu? Nggak kayak Kafka kan? #heh 😭

Maaf ya, update-nya lama 🥺 dimaafin kaaan...

Jangan lupa bintang dipojokan ya, Kakak 😘 Terima kasih.

Btw, saya mau operasi gigi, doakan lancar ya 💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro