Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Saturdate with Girindra

"Hai, hai, hai, Gengs. Jumpa lagi sama gue Arista Puspadewi harum mewangi sepanjang hari, dan teman gue si cucu yang terbuang –"

"Lo pikir ini judul sinetron?" sela Davin tak terima. "Gengs, maafin Rista yang lagi kehabisan obat gilanya ya? Masak gue, Davindra Rasjid yang gantengnya kayak Drew Taggart KW super dibilang cucu yang terbuang? Dia enggak tahu aja, masih ada cucu-cucu yang lain di Linus."

Mata Rista membelalak sempurna. "Serius lo? Ada saudara lo juga di sini? Yang mana sih, Vin? Ganteng enggak?" tanya Rista serupa petasan renteng.

"Gantengan juga gue," tukas Davin dengan wajah keki maksimal.

Dehaman seseorang membuat mereka berdua berhenti meributkan sesuatu yang sebenarnya sangat tak berfaedah. "Saya diundang ke acara ini buat wawancara atau dengerin kalian ribut sih?" tanya orang itu membuat Davin dan Rista berpandangan, lalu tersenyum canggung.

"Maaf, Kak." Davin meminta maaf pada orang itu dengan sopan, karena tamu kali ini jauh lebih tua darinya.

"Oke, Gengs. Jadi, Saturdate with Linus kali ini kedatangan tamu spesial. Alumni Linus ini pernah mendapatkan medali emas untuk POPDA provinsi, di cabang olah raga taekwondo. Atlet kita yang ganteng ini, kini ikut melatih taekwondo juga di Linus." Rista memulai perkenalannya.

"Siapa lagi kalau bukan, Kak Giri!" pekik Davin dengan heboh. "Silakan, perkenalan dulu, Kak."

"Halo, semua. Saya Girindra Aji Kuntjoro. Jurusan Teknik Arsitektur, tinggal nunggu wisuda aja. Sementara masih bantu-bantu proyeknya dosen."

Davin tersenyum kecil mendengar perkenalan Giri yang agak kaku. "Uhm ... ini kami manggilnya Kak Giri atau Mas Giri ya? Biar lebih akrab gitu."

"Terserah kalian aja. Tapi, biasanya yang manggil Mas Giri cuma Nirma doang."

Davin dan Rista sama-sama mengangguk, lalu Rista mengambil alih mikrofon yang tadi dalam penguasaan Davin.

"Oh iya, Kak. Sebelumnya kan, Nirma pernah jadi bintang tamu di sini, dia bilang semua boxer Kak Giri warna merah. Kenapa milih semua warna merah?Apa Enggak bosen ya?"

"Kalau saya pakai warna hijau, entar dibilang kayak kolor ijo. Ya, saya seneng aja sama warna merah, kesannya berani. Boxer saya semua warna merah soalnya saya beli kodian, lebih murah, sayang enggak bisa milih warna. Toh, saya suka warna merah. Jadi, enggak masalah."

"Ya ampun, Kak. Kirain alasannya keren gitu. Ternyata gara-gara beli kodian." Davin menggeleng tak percaya. "Terus nih, Kak. Nirma bilang, Kak Giri di rumah males, cuma main game tujuh milyar sama gosok-gosok mobil aja. Bener enggak?"

"Dia bilang gitu? Wah, kurang ajar, awas aja entar sampai rumah, saya lemparin kecoak biar jerit-jerit sampai suaranya habis," gerutu Giri tak terima.

"Tapi, bener enggak sih, Kak?"tanya Rista mengulang pertanyaan Davin.

"Enggak lah! Itu Fitnah! Tugas rumah tuh kami kerjain bareng-bareng. Tapi ... yah ... berhubung saya sering pergi bantu proyek dosen, jadi bagian saya dikerjain Nirma juga."

"Pantesan!" seru Davin dan Rista bersamaan, setuju dengan Nirma. Sedangkan Giri cengar-cengir mengakui kesalahannya.

Rista melirik sekilas ke daftar pertanyaan yang dia pegang, sebelum akhirnya bertanya, "Terus nih, Kak. Kenapa sih, Kak Giri kalau ngomong sering pakai saya-kamu? Kenapa bukan lo-gue gitu biar lebih akrab?"

"Mungkin karena saya lebih sering ngadepin orang-orang yang jauh lebih tau daripada saya. Jadi, sering kebawa gaya bicara mereka. Pengin ubah sih, tapi aneh rasanya. Paling panggil lo-gue cuma sama adik saya yang kurang ajar itu."

"Kak Giri tahu enggak kalau sebenernaya Jendra keberatan ngajarin Nirma?" tanya Davin penuh kekepoan.

Giri tersenyum samar lalu mengangguk. "Tahu. Kelihatan banget kalau dia keberatan kok. Tapi, biar dia kapok dan enggak gampang emosi aja."

"Apa ada kaitannya sama truth or dare di warung seblak?" Kini giliran Rista yang tak bisa menutupi kekepoannya.

Giri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sedikit sih. Tapi, memang saya pengin Jendra berkembang lebih baik kok. Jendra bilang pernah ikut taekwondo waktu kecil, dan saya juga tahu Jendra memang berbakat. Sayang, dia sering enggak fokus. Dia ingin mencapai banyak hal sekaligus. Padahal, dia enggak mampu berdiri di atas dua kursi dalam waktu bersamaan. Dia bisa saja jatuh, dan itu bisa sangat merugikannya."

Davin dan Rista masih berusaha mencerna ucapan Giri, membuat pemuda itu kembali berucap, "Kalau ada keledai dan kuda, mana yang akan kalian cambuk untuk menarik pedati?"

Dua penyiar itu dengan serempak menjawab, "Kuda dong."

"Alasannya?" tanya Giri lagi.

"Kuda lebih kuat dan punya kemampuan lebih baik dibanding keledai," ucap Davin yang didukung oleh Rista.

Giri kembali tersenyum. "Itu sebabnya saya melatih Jendra lebih keras, karena sebenarnya Jendra punya kemampuan lebih dibanding yang lain."

"Maksudnya, Kak?" tanya Davin denganwajah bodohnya.

"Anu ... Kak, bahasa Kak Giri ketinggian untuk ukuran otak Davin. Mohon dijelaskan sederhana saja."

Mendesah lelah, Giri berucap, "Jendra sudah lama menggeluti taekwondo, tapi karena enggak fokus, jadi dia belum mendapat prestasi yang cukup membanggakan. Tapi, saya sebagai pelatih, tahu kemampuannya lebih dari yang lain. Makanya, saya melatih dia lebih keras, enggak hanya keterampilan taekwondonya, tapi kemampuannya mengolah emosi."

"Dengan mengorbankan Nirma?" tanya Rista yang membuat dahi Giri berkerut. "Maksud saya, Kak Giri tahu Jendra mudah emosi, kenapa malah minta dia ngajarin Nirma? Kakak enggak kasihan sama Nirma?"

Giri tampak memikirkan sesuatu sebelum akhirnya berujar, "Mungkin awalnya sulit untuk Nirma menerima Jendra yang mudah emosi, begitu juga Jendra yang harus menghadapi adik saya yang lemah di Bahasa Inggris. Tapi, mereka berdua sebenarnya saling membutuhkan. Saya percaya Nirma enggak akan mudah menyerah hanya karena ucapan Jendra saat emosi, karena dia pernah mengalami hal yang jauh lebih buruk dari itu."

"Boleh tahu, Kak? Hal apa yang Kak Giri maksud?" tanya Davin berhati-hati.

"Mau tahu?" tanya Giri yang dijawab Davin dan Rista dengan anggukan antusias. "Makanya, baca Janji sampai akhir, biar enggak penasaran. Jangan lupa vote dan komentar juga ya. Ada hadiah paket buku selama satu tahun untuk pembaca aktif yang beruntung."

Dua penyiar itu mencebik bersamaan.

"Oke lah kalau begitu. Kita akhiri saja wawancara kali ini. Semoga pembaca sekalian bisa mengenal Kak Giri lebih dekat," pungkas Davin menutup acara.

"Oh iya, Kak. Pertanyaan terakhir nih. Kak Giri masih jomblo atau udah ada yang punya?" tanya Rista sembari menyelipkan anak rambut ke telinganya, membuat Davin memutar bola matanya jengkel.

"Kenapa? Mau sama saya?"

Rista langsung mengangguk antusias. Sayang, Davin dengan cepat menyelanya. "Rista belum jinak, kak. Bahaya."

"Ih, lo tuh sukanya merusak kebahagiaan orang lain," kata Rista pura-pura jengkel. "Enggak apa-apa deh, enggak sama Kak Giri. Asal foto Kak Giri boleh dipajang di of Fame Studio Linus."

"Satu jepretan lima puluh ribu ya," canda Giri sembari senyum dengan pose kasual.

Klik!

Thakrit Hamannopjit

***

Halooo... itu tadi wawancara Davin sama Rista tentang Kak Giri ya. Ternyata boxer Kak Giri merah semua karena belinya kodian, biar lebih murah gitu. Sampai jumpa di Saturdate with Linus berikutnya ^^

Oh iya, masih ingat soal giveaway 100K followers wattpad beliawritingmarathon? Ini dia ketentuannya:

Karena giveaway-nya di LINE, silakan teman-teman follow LINE @bentang_pustaka ya ^^ (pakai @, jangan lupa hehehe)

Semoga beruntung ya ^^

Cheers,
matchaholic

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro