Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#baper - prolog

Halo selamat malam, aih saya datang lagi membawa cerita baru. Hehhee
Ini cerita idenya dari sahabat saya shisakatya sampai munculah obrolan gak jelas antara saya adindasan DewiErlindaa
Lahirlah cerita ini

*
*
*

Aila

Aku terbangun saat mendengar tangisan bayi. Ya Allah jam dua pagi, ku buka kedua mataku lebar-lebar, kemudian lansung meluncur pada box bayi yang berada tepat samping ranjangku. Aku mengendong baby Faiz, anak hasil pernikahanku dengan manusia yang masih ngorok di atas ranjang. Pernikahanku dengan pria yang sebenarnya tidak masuk daftar calon suamiku. Tapi berkat kegigihan usahanya dia berhasil menyunting diriku. Dan satu lagi, karena Yang Maha Kuasa telah menjodohkan kami. Mau lari pun enggak akan bisa karena jodoh enggak mungkin tertukar.

Kembali lagi pada baby Faiz, bayi delapan bulan sekarang sedang menyusu padaku. Faiz salalu kelaparan setiap malam, padahal sebelum tidur sudah menyusu padaku. Aku curiga jangan-jangan Faiz ketularan ayahnya yang doyan makan.

"mi..., Faiz bangun?" ujar suara di sampingku.

Posisiku tiduran miring kesamping sambil nyusuin Faiz, memudahkanku untuk melihat wajah aduhai suamiku. Jangan bayangin wajah ganteng bangun tidur, karena itu Cuma mitos. Orang bangun tidur itu aslinya jelek macem suamiku ini. Apalagi kalau tidur buka mulut bikin Banjir-banjir segala bantal. Untung suami ku enggak begitu, alhamdulilah.

"mi.., Fais udahan belum nyusunya."

Ini nih, kebiasan dia kalau aku lagi nyusuin Faiz. Dia pasti ikutan nemplok di balik punggung aku macem ulet bulu.

"udah, ini lagi tidur lagi. Kamu jangan berisik nanti dedeknya bangun," ucapku berbisik.

"dedek aku yang udah bangun ini," rengeknya.

Kalau denger dia ngerengek gini, jadi pengen nimpuk. Pake apa ya, nimpuknya?

"adaw... hu... hu... sadis banget sama laki," keluhnya mengusap sambil mengusap tangannya.

"emang enak! Makanya tangannya jangan gentayangan."

Pasti besok biru itu lengan yang ku cubit. Biar tahu rasa, jadi suami gak tahu waktu banget kalau mau grepe-grepe.

Dia beranjak bangun dan mengambil Faiz untuk dipindahkan di box bayi. Setelah menaruh Faiz di box bayi, dia menghampiri ku yang sudah setengah sadar di ranjang. Bangun setiap malam membuat ku lelah. Tapi di balik itu ada kebahagiaan luar biasa yang kurasakan. Aku bisa merasakan bagaimana ibuku merawatku dulu. Semua kelelahan terbayar saat aku melihat wajah damai Faiz.

"dedek yang ini belum dinina boboin," ucapnya sambil tersenyum.

Dan selanjutnya kalian bisa menyimpulkan apa yang suamiku minta.



Zidan

Bangun pagi terus mandi, habis mandi dilayani istri. Disiapin baju, sarapan sama di kasih senyum cemerlang, nikmat mana lagi yang kau dustakan.

Dia Aila Magda Elmahdy istri sekaligus ibu dari anakku Faiz zaidan Elrafif. Wanita yang ku minta dari ayahnya untuk ku jaga dan ku bimbing dengan sepenuh hati.

Kulihat dia mondar-mandir dari dapur ke meja makan untuk menyiapkan sarapan. Ini yang ku suka dari Aila meskipun tidak pandai memasak seperti ibuku dia selalu menyiapkan makanan untukku. Mengurus urusan rumah dengan baik, entah apa jadinya diriku jika sehari tanpa Aila.

"mi.., duduk sini mondar mandir terus.kamu juga belum sarapan," ucapku yang bosan melihat dia sibuk menyiapkan sarapan padahal dia juga belum sarapan.

"gara-gara siapa? Kamu juga kan, aku jadi kesiangan."

"makanya dari malem siapinnya, jadi gak keteter."

"semalem aku capek banget, abis tidurin Faiz aku ketiduran. Lagian kamu juga salah."

Aku hanya nyengir, memang salahku juga Aila semalam kecapekan di tambah dengan kegiatan tadi malem sampai bangun kesiangan. Aku pun beranjak menghampiri Aila yang sedang menata kebutuhan Faiz.

"apa lagi yang belum?" tanyaku

"susu di kulkas belum."

Aku membuka kulkas, ku ambil botol-botol berisi asi yang sudah di simpan Aila. Ku masukan semua botol susu dalam box khusus, jadi asi akan aman sampai nanti.

Baju sudah, asi sudah dan kebutuhan lainya juga sudah. Semua peralatan perang Faiz sudah di siapkan. Sekarang waktunya bersiap ke kantor.

Aila sudah siap dengan seragamnya, ia menggendong baby Faiz yang masih tertidur. Beginilah rutinas stiap pagi, aki dan Aila pergi ke kantor dan baby Faiz di asuh di rumah nenek.

"kamu belum sarapan, pap?" tanyanya padaku.

"nungguin kamu."

Aila manarik kursi di sampingku sebelah tangannya menggendong Faiz.

"aku bangunin Faiz, tapi dia enggak bangun. Kaya kamu susah bangun."

"ya namanya juga anak aku, masa kaya mang ujang."

"enak aja mang ujang."

Tanganku terulur untuk mencubit bibirnya yang manyun.

"jelek kamu kalau lagi manyum gitu."

"jelek juga kamu demen."

"cantik, ayo buka mulutnya a a a," ucapku.
Walaupun manyun dia tetap membuka mulut menerima suapan dari ku. Selesai sarapan aku bergegas menaruh semua piring kotor ke bak cuci piring, untuk di cuci malam nanti.

"dedek Faiz, siap pergi ke nenek care," ucapku membawa tas besar berisi peralatan perang Faiz.
Aila sudah duduk di kursi penumpang bersama Faiz. Sekarang kita meluncur ke nenek Care.

Baru prolog jadi masih sedikit hehehee



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro