#baper-husband care
Saya datang lagi....
Jangan bosen2 yaaaa...
Selamat membaca jika nemu typo anggap aja enggak ada, karena saya enggak edit lagi, langsung meluncur
Selamat membaca....
Tiga hari berada di luar kota membuat Zidan merindukan keluarga kecilnya. Jika dulu saat masih sendiri Zidan tak pernah gelisah harus jauh dari keluarga. Sekarang hanya dalam waktu tiga hari tak melihat wajah istrinya saja, Zidan dibuat rindu setengah mati. Terutama pada Faiz yang selalu menjadi obat lelahnya saat pulang bekerja.
Setelah mendarat di bandara siang tadi, Zidan langsung menuju rumah mamah, karena Aila masih berada di rumah mamah.
Taxi yang di tumpangi Zidan tiba di depan rumah mamah, setelah membayar Zidan turun membawa kopernya.
Zidan memasuki halaman rumah mamah yang ditanami berbagai tumbuhan dan bunga. Mamah memang menyukai tanaman hias, makanya halaman rumah pun di sulap menajdi taman bunga yang indah dan asri.
Tok.. tok..
Zidan mengetuk pintu dan mengucap salam, tak lama kemudian derap langkah dari dalam terdengar bersama pintu yang terayun terbuka.
"Assalamualaikum, mah," ucap Zidan sambil mencium tangan mamah.
"Walaikumsalam, anak mamah udah pulang, ayo masuk."
Senyum bahagia mamah menyambut kepulangan Zidan membuat hati Zidan berdesir, Senyum mamah menular pada Zidan, yang kemudian ikut tersenyum. Karena senyuman seorang ibu akan selalu diberikan kepada anak-anaknya, dan kasih sayangnya tak pernah putus sepanjang hidupnya. Berbeda dengan sang anak yang terkadang suka lupa, karena kesibukan kerja atau dengan keluarga barunya.
"Gimana kabar nya, mas? Kamu keluar kota enggak bilang mamah sih?" Tanya mamah, teringat Zidan tidak pamit padanya.
"Mas lupa, mah," jawab Zidan jujur. Ia memang lupa memberi kabar pada ibunya.
Mamah pun mengangguk, memaklumi Zidan, paling tidak Zidan mengakui jika dirinya lupa.
Zidan menyeret kopernya dan masuk mengikuti mamah, matanya mencari-cari dimana istrinya,
"Mah... Aila dimana?"
"Ada, lagi sama Lia di kamar ayo kamu duduk, mamah sudah masak makanan kesukaan kamu."
Zidan menurut dan duduk di meja makan setelah mencuci tangan terlebih dahulu. Di atas meja makan tersaji hasil masakan mamah, ada semur jengkol, opor ayam, orak-arik telur, ayam goreng lengkap dengan sambal terasi. Aroma sedap menguar membuat Zidan hampir menteskan air liurnya.
Mamah mengambilkan piring kemudian menyendokan nasi beserta lauk pauknya, padahal Zidan sudah berkeluarga, mamah tetap melayani Zidan seperti dulu sebelum Zidan menikah.
"Makasih, mah, mamah enggak makan?"
"Sebentar mamah panggil istri sama adikmu dulu," ucap mamah kemudian menuju kamar.
Tanpa menunggu mamah, yang sedang memanggil istri dan adiknya, Zidan melahap makan siangnya, perutnya keroncongan minta di isi di tambah aroma makanan yang terus memanggil untuk dihabiskan.
Zidan makan dengan lahap, terutama semur jengkol, yang enaknya mengalahkan daging. Sudah lama Zidan tidak menikmati semur jengkol selain karena dia jarang ke rumah mamah, Aila tidak pernah mamasak semur jengkol karena menurutnya semur jengkol itu baunya minta ampun, dan Aila tidak mau kamar mandi berubah harum dengan wangi jengkol. Jadilah sekarang Zidan memanfaatkan waktu makannya dengan sebaik mungkin.
Aila keluar dari kamar bersama mamah dan Lia, karena terlalu semangat membantu tugas Lia, Aila sampai lupa makan, beruntung mamah mertuanya mengingatkan untuk makan.
Saat sampai di meja makan, Aila menatap ngeri suaminya yang sedang makan seperti orang kesurupan, berantakan.
"Mas kamu laper apa doyan? Makan kok kaya kesurupan gitu, terus pulang kenapa enggak bilang-bilang?" tanya Aila kemudian ikut duduk di samping suaminya.
"Kan aku udah bilang kemarin, sayang," ucap Zidan menjawil hidung istrinya.
Aila mengusap hidungnya, bekas semur jengkol di tangan Zidan berpindah pada hidungnya, "ih tanganmu bekas jengkol, main pegang-pengang, bau."
"Duileh... yang tiga hari enggak ketemu," sela Lia.
"Kenapa? Kamu mau di sayang-sayang juga?"
Zidan mencubit pipi Lia dengan tangannya masih kotor. Lia melotot pada Zidan karena pipinya bernasib sama dengan hidung Aila.
"Mas Zidan jorok banget sih! cuci tangan dulu," ucap Lia marah lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan pipinya.
Mamah hanya geleng kepala melihat kelakuan Zidan yang terkadang membuat Lia naik darah, karena keusilannya.
"Ayo lanjutin makan, Aila ayo makan, jangan di lihatin terus sayurnya di makan dong, kan mamah sudah masak."
"Iya mah, ini Aila lagi mau makan."
Aila mengisi piringnya dengan nasi dan lauknya kecuali semur jengkol yang kelihatan lezat.
Setelah berdoa, Aila mulai makan, menikmati setiap suwiran ayam goreng yang masuk dalam mulutnya, ditambah sambal terasi yang makin membuat nikmat. Mamah mertuanya memang pandai dalam hal masak-memasak sama seperti ibunya yang bisa menyulap bahan mentah menjadi masakan yang lezat.
Suapan Aila berhenti saat Zidan tiba-tiba menyendokkan sebiji jengkol dalam piringnya. Aila menatap marah pada Zidan yang terseyum-senyum di sampingnya.
Awas kamu mas...
Mau tidak mau Aila memakan sebiji jengkol yang sudah terlanjur berada dipiringnya. Karena ia tidak enak dengan mertunyanya yang sudah memasakkan untuk suaminya.
"Enak kan?" tanya Zidan dengan senyum geli. Zidan puas melihat Aila yang dengan susah payah menelan jengkolnya.
"Enak kan, kamu pasti ketagihan deh kaya suamu kamu, makanya coba dulu, baru tahu jengkol itu enak," ucap mamah.
"Iya, enak. Masakan mamah memang enak."
Memang enak tapi Aila benci bau jengkol.
***
Setelah makan siang selesai dan semua sudah dibereskan, Aila masuk kedalam kamar.
Dilihatnya Zidan yang sedang meringkuk memeluk guling. Pasti tidur pikir Aila.
Aila pun membereskan barang bawaannya yang akan dibawa pulang ke rumahnya.
Zidan bangun dari tidurnya karena suara berisik disekitarnya. Dilihatnya Aila yang sedang sibuk memasukan baju Faiz.
"mau kemana kamu? Kok baju Faiz dimasukin ke tas?"
"Mau pulang lah? Emang mau disini terus, rumah berantakan dari kemarin aku enggak pulang, enggak bersih-bersih pula."
Zidan tampak bingung, kemudian sadar jika ia masih berada di rumah mamah.
"Besok aja pulangnya, ya?"
"Besok kan aku dah kerja, enggak sempet beresin rumah. Pulang cape banget pasti. Sekarang aja ya..."
"Enggak enak sama mamah, kan aku baru dateng masa mau langsung pulang ."
Aila diam, menimbang ucapan suaminya. Ada benarnya, Zidan memang jarang main ke rumah mamah dan jika saat ini langsung pulang pasti mamah mertunya akan sedih.
"Ya udah tereserah kamu ya, nanti kamu bantuin beresin rumah," putusnya.
"Nah gitu dong, sekarang kamu bantuin aku dulu sebelum aku bantuin kamu," ucap Zidan menarik Aila bergabung dengannya.
***
Esoknya, sepulang kantor Aila tidak langsung menjemput Faiz di rumah ibu. Faiz memang sudah titip kembali pada ibu tadi pagi sebelum Aila ke kantor.
Aila langsung pulang ke rumahnya untuk membersih rumah dari debu, sengaja ia tidak membawa Faiz sebelum rumahnya benar-benar bersih. Ia tidak ingin Faiz sesak nafas karena debu yang bertebaran.
Dengan cekatan Aila mengelap debu-debu yang menempel pada meja, kursi dan lainnya. Sementara ia menyapu dan mengepel Zidan bertugas membersihkan kamar. Menganti sprei dan meletakannya di mesin cuci.
Setelah semua beres, Aila menuju dapur. Aila membuka pintu kulkas untuk melihat isi kulkas yang sayangnya kosong, hanya berisi beberapa sisa sayuran. Buah-buahan juga sudah habis. Aila lupa belun berbelanja.
"Mas..., kamu udahan belum beresin kamarnya," teriaknya.
"Sudah, kenapa? Kamu mau tidur?" Balas Zidan.
Zidan keluar dari kamar, "sudah beres."
"Ya udah, aku mau mandi abis itu kita ke supermarket ya, aku belum belanja kemarin."
Zidan menarik Aila" Oke, aku juga mau mandi."
"Mandi ya mas! Enggak yang lain-lain," ancam Aila.
"Loh iya, memang mau mandi, memangnya mau apa?"
Aila menjewer telinga Zidan menyebabkan Zidan mengaduh kesakitan.
***
Aila turun dari mobil bersama Zidan, mereka langsung masuk ke dalam mall. Supermarket yang mereka datangi memang berada dalam mall.
Aila berjalan di samping Zidan yang terus mengandeng tangannya. Mereka menaiki eskalator menuju lantai bawah letak supermarketnya.
"Nih.. lihat deh," ucap Zidan tiba-tiba.
Aila mengambil brosur dari tangan Zidan. Dalam brosur tersebut bertuliskan HUSBAND CARE, solusi bagi para suami yang menunggu istri berbelanja!
Aila menatap suaminya," dapet dari mana?"
"Tuh," tunjuk Zidan pada mbak-mbak yang berdiri di ujung dekat eskalator yang mereka lewati.
"Selain ada nenek care ada husband care juga, suami bisa dititip, tinggal kasih uang makan sama rokok doang," ucap Zidan.
"Kamu mau aku titipin?" sela Aila.
"Enggak lah, enak aja. Emang aku apaan dititip."
Aila tersenyum, "kirain kamu mau dititp disitu, aku kan jadi bisa belanja puas, enggak dibawelin kamu, mau ya dititip di situ..."
Aila mengedip-ngedipkan matanya, merayu Zidan.
"Enggak. Nemenin istri belanja tuh tugas, ya walaupun kamu kalau belanja lama, beli satu milih sampai sepuluh kali bolak-balik..." terang Zidan.
"Aku kan milih yang paling bagus kualitasnya, enggak kaya kamu kalau milih asal," sela Aila tidak terima.
"Iya, aku suka kok temenin kamu belanja, tapi milihnya jangan kelamaan, mallnya udah mau tutup."
Zidan langsung membawa Aila menuju supermarket, mengabaikan brosur tersebut. Karena apa gunanya suami jika menemani berbelanja saja tidak mau.
Walau Zidan malas, karena Aila bisa mengahabiskan waktu berjam-jam untuk berbelanja. Tapi Zidan lebih memilih menemani Aila, daripada istrinya di temani orang lain.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro