Awal
Bismillah, semoga cerita baru ini bisa dinikmati.
Kurang lebih mohon diceritakan ke aku.
------------------------------------------
Ibuku pernah cerita, jika ingin bahagia, maka cukuplah terluka lalu mensyukurinya.
Hari pertama kembali ke Jakarta setelah menjelajahi bumi belahan lain membuat seorang Janan Hawa terkaget-kaget ketika melihat sesuatu di depan teras rumahnya. Sambil membuka gerbang rumah, matanya celingukan ke kiri dan kanan, mencari-cari sosok orang yang kemungkinan melemparkan barang sebesar ini ke dalam teras rumahnya.
Keadaan rumah yang kosong, dan hanya dikunjungi oleh bibi yang membantu membereskan rumah 2 hari sekali, memungkinkan ada orang iseng membuang sampah sembarangan.
Karena itulah Hawa bersiap untuk memaki kepada siapa saja yang kelihatan mencurigakan setelah membuang sampah sebesar ini dengan seenaknya ke dalam rumah.
"Ini gila sih, gue cuma sebulan enggak di rumah, udah ada yang niat mau jadiin rumah gue tempat sampah aja!!"
Sambil terus berjalan masuk, bibir Hawa tak lelah menggerutu. Sekalipun dia bukanlah orang yang bersih, dan rapi, tetapi Hawa tidak suka dengan orang lain yang berniat mengotori rumahnya.
"Enggak ada takut-takutnya ini orang. Buang sampah plastik sebesar ini ke dalam rumah gue!!"
Dengan tangannya sendiri, Hawa mencoba untuk mengambil dan berniat membuang sampah itu ke dalam tong sampah di depan rumah. Akan tetapi ternyata beratnya isi dalam plastik ini membuatnya bertanya-tanya. Sedikit banyak dia curiga. Jangan-jangan isi tas plastik ini adalah bom. Nanti kalau meledak bagaimana?
Karena itu semakin waspada, Hawa kembali meletakkan plastik tersebut ke lantai sambil terus memantau dari segala arah. Tidak sampai di sana saja aksi Hawa. Hidungnya malah sibuk mengendus-ngendus bau yang kemungkinan besar keluar dari dalam plastik tersebut.
"Ajigile, ini mah sampah masyarakat. Tapi kok baunya kayak eek, ya?"
Akibat tidak bisa menahan rasa penasarannya, Hawa mencoba untuk membuka isi tas plastik itu. Ikatannya tidak terlalu kuat, sampai ada celah-celah kecil yang sesungguhnya bisa memudahkan Hawa untuk mengintipnya. Namun perempuan ini tidak puas jika hanya mengintip dari luar saja. Karena itu dia semangat sekali membukanya.
"Ya Tuhan!!!!" Hawa langsung menjerit histeris ketika melihat isi bungkusan tersebut. Dia melarikan diri, membuka gerbang kembali, kemudian berdiri di tengah jalan sambil melihat ke segala arah.
Tapi sayangnya siang ini daerah rumahnya begitu sepi. Bahkan perumahan mewah ini tidak mungkin dilewati oleh orang lain, kecuali para tetangga Hawa sendiri yang merupakan warga komplek tersebut juga.
"Enggak. Enggak. Gue salah lihat pasti!!!" Hawa bergumam sendirian. Dia kembali berlari ke teras rumahnya, dan memastikan kembali apa yang dia lihat benar.
Dan ternyata isinya masih sama.
Seorang bayi. Bayi laki-laki yang bahkan masih belum bisa melihat. Entah siapa yang melakukan ini, yang jelas Hawa benar-benar mengutuknya!!!
"Ya Tuhan, kenapa ada orang tega banget buang bayi yang sama sekali enggak bersalah."
Tanpa takut sedikit pun, Hawa mengeluarkan bayi tanpa busana itu dari kantung plastik hitam, kemudian memeluknya erat. Sekalipun kotoran dan darah yang bercampur dari si bayi berhasil mengotori bajunya, Hana sama sekali tidak peduli. Dia hanya ingin memeluk bayi ini. Bayi yang bahkan baru dilahirkan sudah merasakan kecewa karena orangtuanya sendiri.
"Kita ke rumah sakit ya, Nak. Kamu enggak sendiri di sini."
continue...
Setiap pertemuan yang terjadi pasti akan terselip kisah. Entah itu bahagia, ataupun luka.
Jadi yuk sama-sama dengerin kisah Janan Hawa yang udah kutulis untuk kalian.
Perkenalan Cast.
1. Janan Hawa
Btw gak usah jadi pembaca yg banyak komplen yee..
Jangan karena kalian lihat tokohnya begini, pink terus gak kerudungan tapi dipakai buat cast, kalian langsung ngejudge ini itu.
PLEASE!! Kalian harus inget. Aku jarang buat cerita religi yang dari awal sampai akhir udah sholeh atau sholehah. Gak. AKu bahkan lupa pernah buat cerita begitu atau gak.
Karena yang selalu kutuliskan dalam cerita religiku adalah proses pembelajaran menjadi pribadi yang lebih baik.
Jadi inget baik2, jangan bandingin karyaku dengan karya penulis religi lainnya. Sorry kami berbeda!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro