Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

-23⚡-

Kaira baru selesai menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Mulai dari mengangkat jemuran, melipat pakian, mencuci piring, serta menyapu rumah. Gadis itu merebahkan diri di lantai ruang tengah yang sudah mengkilat setelah ia pel sepuluh menit lalu. Tangannya mengambil ponsel yang memang ia letakkan di meja TV. Kemudian mengganti lagu dari handphone yang tersambung pada speaker bluetooth.

Lagu Watermalon Sugar yang dilantunkan salah satu penyanyi terkenal dunia, mengalun ke segala penjuru rumah. Selagi beristiharat dengan posisinya yang nyaman di lantai, Kaira membuka aplikasi chatting.

Melihat ruang obrolan Tugas Fisika yang diisi dirinya, Serhan, Julia, Jake–sebagai videografer sementara mereka, yang sudah lebih dari 100 pesan. Ia menggulir layar cepat dan hanya membaca pesan yang menurutnya penting saja. Dan yang ia simpulkan adalah mereka akan bertemu malam ini. Shaun juga akan ikut karena memang ia yang mengajak.

Kaira mengingat rencananya dengan Jairo dan dengan rasa bersalah mengetikkan pesan bahwa ia tidak bisa ikut karena akan pergi dengan sahabatnya itu.

Setelah mendapat respon baik, Kaira keluar dari ruang obrolan mereka. Melihat sebentar timeline Instagramnya. Lantas memutar playlist tidurnya dan berencana untuk tidur sebentar sebelum pergi. Tidak lupa ia memasang alarm agar tidak terlambat bangun.

Jam menunjukkan pukul setengah 7 ketika alarm Kaira berbunyi dengan volume yang langsing membuatnya terkejut karena terhubung dengan speaker. Gadis itu bangun dan menyadari kalau ia masih sendirian di rumah. Sehingga berasumsi kalau setelah dari tukang pijat karena kaki Ibunya yang mulai membengkak, pasti kedua orang tuanya itu mampir ke rumah tantenya.

Kaira bangun. Mematikan lagu dan berjalan ke kamar sembari meregangkan tubuhnya yang pegal. Ia akan bersiap-siap sebelum Jairo menjemputnya nanti. Sesuai perkataannya, lelaki itu akan mentraktir apa pun yang diinginkan Kaira. Dan kebetulan Kaira meminta traktiran di restaurant mahal yang sudah menjadi keinginannya sejak lama tapi belum terpenuhi.

Tanpa butuh waktu lama, Kaira sudah siap dengan setelan serba hitamnya. Celana kain pamjang dan crop top yang sedikit memperlihatkan perut. Kaira mengoleskan perona pipi setelah memakai bedak di wajah. Lalu menambahkan pewarna bibir.

Kaira melirik jam dinding dan memilih untuk keluar kamar. Tidak lupa mengisi tas tangannya dengan dompet, tissue, parfum, dan lipmate. Ponselnya ia genggam.

Kaira sudah menyalakan semua lampu di rumahnya juga mengunci pintu depan. Ia duduk di bangku teras sambil memainkan ponsel selagi menunggu Jairo.

5 menit. 10 menit.

Jairo belum juga muncul padahal ia tadi sempat mengirim pesan kalau sudah menuju rumahnya. Kaira menelepon Jairo tapi tidak diangkat. Pesannya pun tidak dibalas. Kaira tiba-tiba merasa kesal karena lelaki itu tidak memberi kabar.

Mencoba mengalihkan pikiran, perempuan itu kembali memainkan ponsel. Cukup lama sampai muncul notifikasi telepon masuk dari Jairo. Ia langsung menggeser layar.

"Lama banget, sih. Katanya udah otw," hardik Kaira langsung.

"Aduh, sorry banget Kaira. Gue lagi di RS."

"Hah? Ngapain?" nada suara Kaira mendadak cemas.

"Clara."

Mendengar nama itu wajah Kaira mengeras.

"Mamanya masuk rumah sakit barusan.

Kaira diam.

"Traktirannya ditunda gak papa, kan? Dia butuh gue, Kai."

Nada kalimat terakhir yang diucapkan Jairo terdengar lemah. Membuat Kaira tidak bisa merespon apa-apa karena ia akan luluh dan mengiayakan begitu saja setiap kapan pun Jairo seperti ini. Daan sekarang ia tidak mau membiarkan itu terjadi.

Kaira menelan ludahnya. Memutuskan panggilan sepihak dan detik itu juga memblokir nomor Jairo.

Perempuan itu mengepalkan tangan sampai buku-buku jarinya memutih. Ia kesal, kesal sekali. Lagi-lagi perempuan itu. Kaira tahu seharusnya ia bisa menerima alasan Jairo dan mengerti karena keadaan Clara yang memang lebih membutuhkan sahabatnya itu. Tetapi di satu sisi ia tetap marah.

Kaira akan masih dan selalu tidak habis pikir dengan Jairo juga Clara. Ia sahabat Jairo dan sudah sewajarnya berada di pihak lekaki itu. Ia tahu segala perjuangan baik suka mau pun duka bagaimana usaha Jairo untuk mendapatkan hati Clara.

Dan ia benci bagaimana Clara membuat sahabat lelakinya itu menjadi seperti sekarang. Entah apa pandangan atau apa yang dirasakan Clara. Namun yang Kaira liat, perempuan itu sama sekali tidak menghargai Jairo.

Kaira juga sadar akhir-akhir ini ia menjadi sangat tidak suka jika nama Clara disebutkan. Ia pikir itu hanya sebagai rasa benci karena mengetahui bagaimana cara perempuan itu memperlakukan Jairo. Tetapi tiba-tiba segala guyonan Julia yang yang seringkali menggodanya melintas di benak Kaira.

Dan dari itu semua, satu pertanyaan muncul di kepalnya. Apa ia menyukai Jairo?

Kaira menggigit ujung bibirnya. Merasa gelisah sekaligus panik. Ia memegang dadanya yang terasa sesak. Apakah penyebab dari perasaannya yang selalu menjadi buruk ketika Clara dikaitkan bukan saja karena ia tidak menyukai gadis, melainkan karena dia cemburu? Benarkah? Pikirnya.

Apa dia benar-benar menaruh rasa pada sahabatnya?

Kaira tak tahu kenapa tapi tiba-tiba ia merasa sesak sendiri sendiri. Tanpa diduga, bulir-bulir cairan mengalir dari matanya. Ia menyentuh dadanya. Segala kebersamaanya dengan Jairo terputar bagaikan sebuah kaset film.

Ketika bagaimana ia terus tersenyum ketika Jairo merasa senang . Dan lima kali lipat sakit yang ia rasakan ketika terkadang Jairo berkeluh kesah soal Clara yang tidak juga membalas perasannya. Bahkan terkadang lelaki itu menjadi kurang diri dan merasa tidak layak untuk perempuan yang dicintainya.

Detik selanjutya Kaira berpikir kalau ia sepertinya benar-benar jatuh cinta pada Jairo. Dan itu membuatnya menangis lebih banyak. Hatinya sakit mengetahui fakta ini, entah kenapa. Apa karena ia sudah tahu bahwa perasannya tidak akam terbalas? Atau tidak ingin Jairo mengetahui dan terbebani dengan rasa sukanya ini?

Perempuan itu mengusap wajahnya kasar. Menghirup oksigen banyak-banyak. Ia lantas hendak masuk ke dalam rumah. Namun baru saja memegang gagang pintu, ponselnya menyala.

Serhan.

"Kai, lo jadi pergi sama Jairo?"

Pertanyaan Serhan membuat Kaira ingin kembali menangis tapi ia berusaha menahannya. "Menurut lo?"

Suara serak Kaira menimbulkan helaan napas di seberang sana. "Gue otw, ya," katanya lembut.

Kaira ikut menarik napas karen tidak ingin Serhan mendengarnya menangis. "10 menit gak nyampe, gue gak ikut," tukas Kaira dalam satu tarikan napas dan langsung mematikan telepon.

Ia kembali duduk di kursi dengan sisa air mata. Pandangan menerawang jauh. Bersyukur Serhan menelepon. Dan ia yang masih bisa berpikir panjang sehingga memutuskan untuk pergi bersama teman-temannya dari pada harus sendirian di rumah dan tidak bisa lari dari pikirannya sendiri.

Kaira sekali lagi menarik napas. memperbaiki rambut juga ekspresinya. Tidak mau orang lain menyadari apa yang sedang ia rasakan.

Belum sampai sepuluh menit Serhan sudah berhenti di depan rumah Kaira, jadi ia pikir pasti lelaki itu tidak jauh dari sini saat sedang meneleponnya tadi.

Serhan menggarhkan dagu pada tubuh Kaira ketika gadis itu selesai mengunci pagar. "Yakin gak pake jaket?"

Kaira dengan wajah yang tampak sedang berusaha baik-baik saja, menggeleng. Ia naik di boncengan Serhan.

Kaira menyapa teman-temannya begitu mereka sampai di salah satu cafe bar yang cukup terkenal. Ramainya pengunjung mengingatkan Kaira bahwa ini adalah hari Sabtu malam. Panggung live music di sudut lain ruangan seolah meramaikan suasana tempat itu.

"Lah, gak jadi pergi bareng Jiro? +" Jake bertanya.

Kaira pura-pura tidak mendengar pertanyaan itu. "Wih, alkohol. Tumben banget," katanya melirik Julia, menyindir.

"Sekali-sekali, boleh lah," Julia mengedipkan sebelah mata.

"Cih, apaan sekali-sekali," ejek Shaun.

Julia meletakkan telunjukknya di bibir Shaun yang langsung ditepis cowok itu. "Suka buka kartu, deh. Emang siapa yang ngajak, coba?" cibirnya.

Kaira menuangkan cairan bening dari salah satu botol di meja ke lima gelas di sana. Kemudian mengangkat gelasnya yang sudah terisi, diikuti yang lainnya.

"Buat Kaira yang lolos eliminasi," Julia menunjukkan cengirannya.

Kaira menatap tangannya yang memegang gelas dengan pikiran penuh. Tapi sedetik kemudian ia menaikkan sebelas alisnya dan tersenyum miring. Seakan menemukan suatu hal yang menyenangkan.

Pelarian.

🌍

ootd-nya kaira yaa, hehe
jan lupa vomment!
& selalu jaga kesehatan <3
luv, zypherdust :*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro