-19⚡-
Kaira masih ingat dengan jelas bagaimana Azka yang mulai mendekatinya bukan sebagai orang yang menaruh rasa. Sore itu hujan turun tiba-tiba dan juga sangat deras. Menyebabkan Kaira dan timnya yang sedang latihan terpaksa harus berhenti dan berakhir duduk-duduk di teras samping rumah Sonya yang tidak terlalu besar. Obrolan dibuka dengan Qila yang menggoda Aura tentang menfess nyinyiran yang didapat gadis itu sampai Sonya yang akhirnya menceritakan bagaimana ia mendapat kekasih baru setelah diselingkuhi mantan pacarnya. Lewat dua puluh menit dan hujan belum juga berhenti, lalu Azka yang baru pulang menawarkan mereka bermain uno bersama. Kaira dan Sissy menolak bermain. Sehingga kedua orang itu tetap duduk di kursi. Sisanya memilih duduk di bawah. Tak berapa lama Azka keluar membawa kotak persegi panjang warna merah.
"Gue duduk di situ, ya," kata Azka saat itu pada Kaira dan langsung duduk bersila di lantai tepat di depannya.
Hari mulai gelap ditemani derai tawa mereka. Setiap orang fokus pada permainan masing-masing tetapi tetap tergelak jika ada yang dirasa lucu. Beberapa kali Azka selalu menyempatkan menoleh jika mereka mulai tertawa. Seolah ingin mengatakan pada Kaira kalau apa yang barusan dikatakan atau dilakukan oleh salah satu dari mereka terasa sangat lucu. Tetapi anehnya Kaira tidak merasa risih seperti biasanya, ia malah menanggapi tingkah cowok itu dengan ikut tertawa.
Kaira menguap, membuat pikirannya yang semula sedang flashback kini kembali. Ia menajamkan telinga untuk mendengar apakah hujan di luar sudah berhenti atau belum. Kemudian bangkit dari kasur. Mengambil jaket hijau muda dan mengantongi ponselnya.
"Pa, uang, dong. Mau beli bubur ayam," pinta Kaira dengan tangan terbuka yang disodorkan pada Julio.
"Laper lagi?" tanya Dinda yang baru keluar dari kamar.
Kaira mengangguk. Julio mengeluarkan satu lembar uang dua puluh ribu. Dan dengan begitu Kaira keluar dari rumahnya. Berharap gerobak kaki lima di ujung kompleks tetap buka. Sesudah 15 menit, akhirnya Kaira berhasil membawa pulang plastik berisi kotak styrofoam bubur ayam. Ia pikir tempat makan kecil dengan terpal biru itu sepi, tapi ternyata gadis itu harus mengantri sedikit lebih lama karena pelanggan lain. Hujan-hujan begini memang enaknya makan yang hangat-hangat. Pikirnya.
Kaira menyeruput teh hangat dari cup sedang yang sempat dibelinya tadi. Gadis itu berjalan sepelan mungkin sebab jalanan yang terdapat sedikit genangan terus-terusan menimbulkan bunyi tabrakan air dengan alas sendalnya setiap kali melangkah. Ia juga tidak ingin cipratan dingin itu mengenai kakinya. Bergantian Kaira memegang cup sedang itu dari tangan kiri dan kanan guna menghalau hawa dingin yang dirasakannya.
Suara mesin motor yang tidak asing menarik Kaira untuk berhenti dan memutar badan. Ia bisa melihat laju motor itu yang semakin dekat semakin pelan. Dan berhenti hampir tepat di sampingnya. Walaupun si pengemudi baru akan membuka helm, Kaira sudah bisa menebak siapa orang itu dari proporsi tubuhnya.
"Ngapain, Ser?"
"Biasa," kata Serhan yang merujuk pada acara kumpul-kumpul bersama gengnya atau sekadar latihan bersama di studio. "Lo sendiri, keluyuran malam-malam."
Kaira mengacungkan kresek putih di tangannya. Serhan menatap penasaran. "Bubur ayam."
Jawaban Kaira hanya ditanggapi Serhan dengan ber-oh-ria. Lelaki itu mulai memakai helm-nya lagi. "Yuk, sekalian."
Kaira tidak menolak. Ia langsung naik di boncengan Serhan.
🌍
Kaira duduk di kamar dengan kotak styrofoam dan segelas teh hangat yang baru dibuatnya begitu ia masuk ke rumah.
Ia menaruh dua benda itu di meja dan duduk di lantai beralas karpet biru tua. Kaira mencampur lebih dulu bubur ayamnya. Tangannya yang lain sibuk mencari film yang dikiranya bisa menemaninya menghabiskan makan malam yang keduanya ini. Saat baru akan memasukkan sesendok ke dalam mulut, layar ponselnya berubah. Dan profil WhatsApp Jairo memenuhi layar.
Kaira mengangkat panggilan video itu tanpa menghentikan kegiatan makannya. Terlihat Jairo yang sedang tidur menengkurap dengan dagu yang ditopang sebelah tangan. Wajahnya terlihat bosan.
"Wis, nggak ngajak-ngajak!" seru Jairo heboh begitu melihat Kaira yang sedang makan.
"Gue pikir lo lagi bareng Clara," kata Kaira tak acuh.
Terdengar helaan napas. Jairo tampak menarik badannya sehingga ponsel Kaira memperlihatkan sebagian kamar Jairo dengan tidak jelas. Lelaki itu mendesah panjang. "Sampai kapan lo mau kek gitu, sih, Kaira." Jairo mengucapkan nama perempuan itu dengan vokal yang panjang.
"Lo nggak ke studio?"
"Kenapa?"
"Barusan gue ketemu Serhan. Katanya dia abis dari sana."
Jairo mengedikkan bahu. "Mungkin mereka lagi ngumpul. Gue males ke sana, capek."
"Capek nyamperin Clara?" tanya Kaira.
"Kai, gue tersinggung, loh, ya."
"Emang gue mau buat lo tersinggung." Kaira menjulurkan lidah. Lalu tiga kali meneguk teh hangatnya.
"Latihan lo gimana?"
Kaira mengedikkan bahu. "B aja."
"Kapan emang seleksinya?"
"Sabtu depan."
"Azka gimana?"
"Gimana apanya? Eh, bentar." Kaira membiarkan ponselnya di meja. Ia pergi mengambil air putih di dapur. Sebenarnya berniat lari dari pembicaraan soal Azka.
"Ah, enaknya gue ke sana, nih, trus kita netfilx bareng," ucap Jairo begitu Kaira sudah kembali.
"Loh, lo nggak apelin Clara? Ini 'kan malam minggu."
"Kai, udah, dong, ah!"
Kaira hanya melihat wajah Jairo di ponselnya dengan tatapan sangat sinis dengan bibir yang diangkat sebelah. Ia pun kembali memakan bubur ayamnya yang hampir habis.
Kaira mendesah. "Martabak coklat sebagai pencuci mulut enak, nih, keknya." Gadis itu bergumam dengan suara yang sengaja dibesarkan dan sedikit melirik ke arah layar yang menampilkan Jairo yang keliatan berdecak.
"Eh, bentar, Azka dateng," kata Kaira dan dnegan begitu menekan ikon berwarna merah. Tak berapa lama sudah ada beberapa panggilan video dan pesan dari Jairo yang sengaja tidak dibalasnya.
Seketika Kaira terbahak. Tetapi beberapa saat kemudian ia bergeming. Memikirkan ulang perkataan yang ia buat lelucon untuk membuat Jairo kesal. "Gue kenapa, sih?" ucapnya jengkel pada diri sendiri.
Jam menunjukkan pukul delapan lewat lima menit saat Kaira sedang asik rebahan di tempat tidur sambil men-scroll instagram dengan ditemani lagu-lagu yang ia dan timnya pakai untuk latihan.
Sampai pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Jairo muncul di sana sambil mengangkat plastik hitam sedang yang sudah bisa Kaira tebak apa isinya.
🌍
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro