Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. [Adilah]

“Da-Vinci...”

“Da-Vinci...”

“Ayolah Da-Vinci!” seongok mayat masih tak ingin menyerah mengajukan keinginannya tuk meminjam tempat ini, dunia saja bisa ia selamatkan mana mungkin ia bisa menyerah dengan hal seperti ini.

“Tidak Yukino” tegasnya masih bersih keras menolak tawaran master dungu yang satu itu, kemarin Chaldea habis jadi medan pertempuran hanya karna dirinya sedang dalam masa sensitif, dirinya sebagai orang yang bertanggung jawab atas Chaldea saat ini.

“Salah siapa kalian tidak membiarkan ku pulang, Arisan kali ini tuan rumah nya aku tau!”

“AKU!” tekan  mu pada setiap huruf “Aku”. Sementara lawan bicaranya hanya diam, mendengus lalu kembali berjalan mengabaikannya.

“WOII!! CEWE JADI-JADIAN!!” teriak Yukino lantang (maklum mantan kang parkir) mengungkap fakta bahwa Leonardo Da-Vinci pelukis terkenal yang dikenang sejarah itu adalah seorang pria. dan semua orang tau itu.

Dan lagi, dia diabaikan...

[Thursday : Everlasting Snow, Yukino Chaldea]

“Sudahlah menyerah saja, kalian masih bisa berkumpul lewat sosial media kan?” Saran Arthur pria itu selalu ada untuk nya, entah itu ketika kalian menghadapi musuh di medan perang ataupun menghadapi masa-masa sulitnya, pria yang terpanggil sebagai servant Yukino itu kan selalu ada disisinya.

“Mana mungkin! Mana mungkin aku melewatkannya Arthur, keluarga besar ku ada disana, emak, nenek, kakek, sepupu, cicit bahkan mantan pun ada disana, kan aku kangen mereka terutama Mantan eheheheh” cengirnya di sela-sela aktifitasnya.

“Tapi kita tak bisa pulang ke Jepang ataupun membawa keluarga besar mu kesini apa kata mereka ketika mengetahui Chaldea adalah markas yang diciptakan untuk menyelamatkan dunia” Yukino memutar mata bosan, Alasan itu lagi. Baik Da-Vinci maupun Arthur tak ada yang mengerti,  kini ia yakin takkan ada satupun orang yang kan mengerti kecemasannya.

“Bilang saja ini pabrik” jawab Yukino sekenanya, masih sibuk memainkan smartphone milik nya.

“Pabrik apa?” tanya Arthur lebih lanjut, ia merebahkan kepala Yukino yang awalnya tidur di pangkuannya dan mulai membereskan kamar yang tak lagi berbentuk ini.

“Pabrik Garam”

“Pabrik garam mana yang berada di kutub utara?”

“Yasudah pabrik es batu.”

“Pantas lamaran mu hanya di terima di parkiran terdekat IQ Jongkok” cicitnya masih dapat Yukino dengar dengan jelas.

“HA!? MAU MATI?”
.
.
.
Nyatanya sekali kepala batu tetap kepala batu, entah itu otak maupun tengkoraknya semuanya serba dari batu. Yukino tak mengindahkan peringatan Da-Vinci tentang untuk tidak mengundang siapapun yang tidak berhubungan dengan Chaldea.

“Cuih Trap kok di dengerin” begitulah ujarnya percaya diri, tidak juga sebenarnya wanita itu sempat gemetar ketakutan, namun mau bagaimana lagi ia sudah terlampau rindu mantannya. Disebut mantan juga tidak toh slama hidupnya ia tak pernah ternotoce. Belum lagi suami-suami kerabat nya terlampau tampan bagai bukan manusia kan lumayan cuci mata.

Ia memandang seluruh dekorasi yang telah tertata cepat, rapih dan apik, tidak juga  modal cuma pengharum ruangan plus super pel untuk membersihkan lantai saja. 

"Simple is the best" ujarnya beralibi terlalu gengsi untuk mengakui gaji bulanan nya belum turun.

"Emiya... " ia melihat dapur, hanya sekedar untuk mengecek jamuan yang akan dirinya sebagai tuan rumah Arisan kali ini sajikan.

"Ya... " jawab servant yang juga bertugas sebagai "Ibu" Chaldea itu tanpa menatapnya.

"Bagaimana kondisinya?"

"Tamacat mengurus main dish nya, Robin mengurus appetizer nya.  nya dan aku dessert  nya"

"Oke mantul" wanita itu memberi 2 jempol untuk mamamiya, servant yang selalu bisa ia andalkan, jujur saja Yukino sedikit bernafas lega beruntung ia memiliki beberapa Servant yang berguna seperti Emiya dan Tamacat yah walaupun sisanya selalu membuat tenshi darah master yang satu itu pecah.
Syukurlah juga keluarga besarnya tak jadi makan nasi garam nan air putih saja, syukur ia bisa meminjam Cafetaria milik Chaldea beserta isinya.

"Hidupku patut di syukuri juga ternyata" ujarnya sadar diri.

"Master"

"Hn.. " jawabnya lagi,  tangan-tangan Yukino usil tak berhenti mencamili side dish yang bahkan belum utuh jadi.
"Keluarga besar mu lebih suka Mont blanc atau lava cake?" tanya nya memastikan.

"Kelepon, jangan buat terlalu enak Emiya aku takut mereka sering datang kesini" jawab nya lalu menghitung jumlah kerugian yang akan ia terima.

"Masih pelit seperti biasa huh!?" cicit servant itu pelan,  terlampau takut di depak dan dikembalikan ke throne of heroes.
.
.
.
Sejauh mata memandang hanya benda putih dingin yang selalu setia menutupi kutub utara, menghalau musim lain untuk datang dan singgah sejenak. Ini juga mengapa Yukino semakin merindukan Jepang dimana empat musim berbeda selalu membuatnya mengeluh sekaligus merasa nyaman.

"Master rombongan mu datang" salah seorang servant miliknya datang menyampaikan pesan, wanita itu mengambil nafas panjang.

"Tidak apa-apa,  semuanya akan baik-baik saja" ujarnya menyemangati diri sendiri, berharap semuanya akan baik-baik saja.

"Loh?  Kenapa memangnya,  bukannya Master merindukan mereka? " tanya lawan bicaranya lagi, ia mengangguk mantap tidak mengelak kenyataan bahwa ia merindukan keluarga besarnya.

"Masalahnya aku takut ditanya kapan nikah" jawabnya jujur.
.
.
.
Yukino menyambut mereka semua, mengenakan pakaian casual khas budak gacha- eh maksudnya khas Master Chaldea.  30 orang berpasang-pasangan, jika tak salah ingat waktu telah lama berjalan namun mereka masih tetap mesra masih seperti kemarin menikah. Beberapa diantaranya bahkan sudah memiliki menantu.

Hanya beberapa yang wanita itu kenal, sisanya ia bahkan tak dapat mengingat nama mereka namun Yukino masih ingat betul nama bapak mereka masing-masing.

"Udah boleh masuk belum? Dingin mbak sumpah" tanya seseorang wanita cantik muncul dari jubah putih pria yang kau kenal namanya Yamanbagiri Kunihiro.
"Heleh ndusel sama suami masih ae alasan dingin" balasnya mencibir hampir mau menangis iri, 80% dari masa hidupnya kini Yukino habis kan tuk kembali ke Masa lalu dan memperbaiki singularty.

“Masato... dingin... ” sahut Riku menyadarkan Yukino yang asik meratapi nasib buruknya.

"Bisa kita masuk sekarang? Istri ku mulai mengigil" tanya Masato nadanya mengalahkan dinginnya kutub utara. 
"I - iya silahkan, maaf membuat mu kedinginan Riku san Masato san" jawab Yukino takut-takut mempersilahkan keluarga Hijirikawa itu mendahului, sementara Yukino sempat melihat mata Riku bersinar blink-blink.

Yukino tau apa maksudnya itu, ia  berkedip memberi Riku jempol perpisahan seolah mengatakan “yah...yah sana pergilah kalian berdua bermesra-mesraan di dalam selagi semuanya disini” Riku belum berubah tubuh dewasa dengan jiwa bocah cilik begitulah Yukino menyebut sepupu jauhnya itu, yah... bocah mesum.

"Aomine!!" sapa Yukino semangat,  hampir jatuh terjembab terpeleset salju yang mulai merambat masuk ke Chaldea.

"Ha!? " balas mereka berdua, sayang ia lupa,  bahwa teman semasa smp nya itu tak lagi menyandang nama keluarganya sendirian. Yukino meringis canggung, berapa tahun memang berlalu?  10? 20? Atau bahkan memang telah 50 tahun berlalu?  Hingga ia bisa lupa bahwa teman daki nya itu telah menenmukan tambatan hati.

"Ma-Maaf, Aomine Rin san kan?, ehehehe aku lupa Daiki telah menikah" ujarnya membungkuk dalam-dalam,  wanita cantik itu membalas Yukino dengan tawa,  tawa yang bergemerincing indah layaknya bel kuil di musim gugur yang tenang, seperti namanya Rin yang berarti bel.

"Oh!  Kau sudah bertemu istri ku?"  Daiki datang memeluk Rin dari belakang wajahnya tak pernah berubah masih dekil dan menyebalkan seperti biasa dan harus kau akui masih tampan seperti biasa.

"Iya" jawabnya singkat, apa yang Yukino harapkan dari pria gradas-grudus ini memang?, jawabannya tidak ada, mungkin keunikan yang dimiliki Aomine juga menjadi alasan mengapa wanita seperti Rin san jatuh cinta kepadanya.

"ada apa? " tanya Daiki lagi.

“Kau tau bagaimana kabarnya sekarang?” tanya Yukino tersenyum sayu.

“Maksudmu pemuda Midorima itu? Kenapa tanya padaku, tau sendiri dari dulu kami tak pernah akrab, jika kau ingin menanyanyakan bagaiomana kabarnya...” iris Daiki menelusuri rombongan keluarga Arisan mencari seseorang yang telah dikenalnya cukup lama.

“Akashi!” kini Yukino berjengat kaget, Akashi katanya? Apa dirinya kini punya hubungan keluarga dengan Akashi? Sungguh? Akashi yang itu?.

“D- daiki...”

“Kukira siapa tuan rumah nya ternyata Akastsuki toh...”

“Ha-Halo Akashi san” sapanya canggung.

“Lunasi Hutang mu!”  balas Akashi langsung membuatnya Yukino ingin berlari lalu segera membatalkan acara kumpul keluarga ini atau jika perlu mencoret namanya dari kartu keluarga.

“Anu... kita kan keluarga tolong lupakan yah!” melasnya berharap mantan psikopat itu mau mengikhlaskan semua hutang-hutangnya.

“Sei jangan goda sepupu jauh ku ah!” seorang wanita anggun yang baru Yukino sadari sedari tadi tengah menggandeng suaminya erat kini bersuara.

“Apapun untuk mu ratuku” balas Akashi menyudahi.

Cepat sekali pikir Yukino, apa benar itu Akashi yang pernah ia kenal?, diktaktor, psikopat, dan tukang pinjam gunting Shintarou. Akashi menjadi pribadi yang lebih baik meskipun ia masih terlihat menyeramkan di mata Yukino (karna hutang-hutangnya) dan harus Yukino akui bahwa Aomine juga berubah, ingin menangis rasanya melihat teman lama tak lagi sama, maksudnya hanya ia sendirian yang tak lekas tumbuh dewasa atau memang mereka berubah karna telah menemukan wanita yang tepat tuk menaruh hati?.

“Jadi kau orangnya yah! Yukino Akastuki itu...” Yukino lekas menoleh mendapati namanya terpanggil.

“Duh gusti... cobaan macam apa lagi ini” lenguhnya menangis keras dalam hati, orang macam apa lagi yang harus ia hadapi kali ini.

"Anu... Siapa yah? " tanya nya, menatap lekat-lekat surai merah strawberry dan iris emas miliknya. Yukino seolah mengingatnya entah dimana bersama seorang gadis tomboy super hyperaktive yang kadang-kadang juga bisa jadi super mager, yang selalu tak lepas darinya.
"Siapa yah... " Yukino menerawang jauh,  surai merah dengan iris emas apa ia Bokushi?  Kepribadian milik Akashi yang lain?  Tidak munkin!  Bokushi tidak terlalu pucat, lagi pula kepribadian yang "hidup" terdengar lebih menyeramkan dari seorang Vampire.

Vampire...

"Tsukinami Shin-san kan?" tanya nya ragu.

"Yukino san"sapa seorang wanita riang,  nah...  Betulkan, ini dia perangko Tsukinami Shin,  wanita yang tak lagi terbilang muda namun sifat periangnya tak pernah padam.

"Haruka san, bagaimana kabar kalian berdua" balas Yukino.

"Kabar kami sangaaatt baik,  benarkan Shin-kun " tanya Haruka memeluk lengan suaminya,  sementara Tsukinami Shin membalas pelukan Haruka ia sempat memberi cengiran narsis pada Yukino, seolah mengatakan pada wanita yang tak kunjung menikah itu "Ini istri ku,  mana suami mu?" hingga Yukino hampir ingin segera menenggelamkan wajah nya ke tumpukan salju yang menggunung di halaman Chaldea.

Rombongan kalian berjalan bersamaan, menelusuri banyak lorong dan tempat beberapa staff Chaldea menyapa mu tanpa menaruh kecurigaan tentang 30 orang yang Yukino bawa ini.

Yukino ingin sekali berterimakasih pada Ibunya, berkat wanita yang melahirkannya itu ia jadi lihai berbohong, jadi staff Chaldea bukanlah masalah kali ini.

Masalahnya...

“Yukino bukankah kau bilang ini pabrik?” tanya Ray memastikan sementara kedua matanya masih terus melihat lalu lalang orang-orang Chaldea.

“Iya pabrik garam” Jawab Yukino terus mencari pintu mana yang menuju cafetaria tempat dimana Arisan akan digelar, setiap pintu Chaldea terlihat sama sama sama berlogo Chaldea dan sama-sama terbuat dari metal.

“Yang benar yang mana? Pabrik Garam atau Pabrik Es” tanya Tsukushima, suami Ray sarkas, menghentikan derap langkah Yukino.

“Anu itu...”

“Duh Gusti... mau jawab apa aku ini, mana sepupu ku maupun suaminya gaada yang oon kek aku juga” batin Yukino bertabrakan, sementara Kei terus menatapnya curiga, pasangan Kuroo dan Yuiki datang di tengah-tengah perang panas kalian.

“Atau jangan-jangan ini pabrik prostitusi, benar bukan Yukino?” celetuk Kuroo bermaksud mencairkan suasana.

“Yuiki... Oii... Yuiki... suami mu lulusan mana? Mana ada pabrik prostitusi di bangun terang-terangan seperti ini” dumel mu mencak-mencak mengingat tak ada yang normal di keluarga ini.

“Kuroo... maafkan aku, ia biasanya tak separah ini” jawab Yuiki mengamit lengan suaminya, berniat membawanya pergi sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi.

“HA!? Apa masalah mu?” tanya Tsukushima menaikkan intonasinya, lihat... suatu yang lebih buruk akan segera terjadi.

“Kei.. kei...” Rey mencoba memanggil nama suaminya.

“Apa kau punya masalah dengan ku Megane?” tanya Kuroo kembali tak kalah tinggi menaikkan intonasi.

“Kuroo... jangan mulai...” begitu pula dengan Yuiki masih terus membujuk suami nya untuk mengalah kali ini saja.

“Sudahlah kalian berdua, hentikan sampai disini oke!” Ushijima Wakatoshi menengahi dua orang mantan pemain voli itu sebelum perang mereka benar-benar melelehkan es kutub utara, sebagaimana ketampananan mereka telah melelehkan hati para wanita.

“Sayang! Aku duluan bersama dua pembuat masalah ini” kedip Ushi pada istrinya Hirase Chinatsu, kembali membuat wanita yang dipanggi Natsu itu kembali merona panas di suhu dingin ini.

“I-iya” jawabnya, sementara ia sedang mengkondisikan jantungnya agar tak copot dan berlarian senang.

“Kalian ini sadar diri! Seperti baru menikah saja” celetuk Yukino semakin ingin menangis melihat hormonisnya hubungan rumah tangga setiap sepupu jauhnya ini.
.
.
.
Setelah memutari seluruh bangunan Chaldea, kini barulah Yukino menemukan pintu ke cafetaria itupun berkat salah satu servant nya yang menunjukkan arah.

“Kau yakin ini pintunya? Yakin betul kan ini pintunya?” tanya Dean berulang kali, pasalnya sudah belasan kali mereka kesasar di bangunan besar ini, kau bilang yang ini ternyata itu tempat Rayshift Master untuk kembali ke masa lalu.

Satu lagi kau yakin dengan pintu itu dan kalian sekeluarga harus muntah berjamaah melihat otopsi mayat homonculus.

“Uhnnn...” kini Yukino kembali berfikir apa ia yakin pintu inilah yang benar, atau malah nantinya pintu ini membawa mereka semua ke kamar Master yang lain, mengingat ada satu lagi seorang kandidat master pria di Chaldea ini.

“Sudahlah Dean, toh kita bisa menikmati suasana serta pemandangan kutub utara yang tak bisa kita temukan di Jepang berdua kan” Haruhi mengamit tangan Dean sembari tersenyum cerah sekali.

“Astogeh ini mah Dean kek punya Matahari pribadi” ujar Yukino kagum dengan senyum sejuta watt milik suami Dean.

“Silau men...” lanjut Yukino menjauh dari dua sejoli itu sebelum dirinya ikut terbakar, bukan terbakar asmara terbaka menjadi abu, iya.

“Fiuh... kuucapkan slamat datang kepada kalian di Chaldea ku” sambut Yukino membuka pintu yang tepat.

“Slamat datang”

“Nona"

“Tuan”

“Ini surga” celetuk Daiki mendapat cubitan keras dari sang istri yang ia yakin takkan hilang sampai beberapa hari kedepan.

Barisan Maid dan Buttler berbaris rapih di balik pintu, yang tak lain adalah servant milik Yukino, membungkuk hormat pada tamu kehormatan Master mereka.

“Uwahh.... kau lihat ini Ryu? Ini kejutan yang luar biasa” Tsurumaru menarik istrinya masuk terlebih dahulu, terpaku oleh salah seorang Maid dengan tangan dan kaki menyerupai kucing.

“Lihat-lihat Ryu, telinga kucing”

“Tsuru... ekornya juga” dan mereka berdua berakhir menjahili servant milik Yukino.

“Maafkan aku Tamamo” bisik Yukino tak lagi bisa menyelamatkannya dari kedua sejoli jail itu.

“Baiklah akan ku kenalkan kalian semua dengan Babu- maksudku servant-servant ku” mencoba mengabaikan Tamamo, Yukino maju memperkenalkan barisan servant berwajah suram ogah-ogahan menjadi buttler namun tetap  terlihat tampan.

“Ini Robin Hood, yang ini Emiya dia juru masak sekaligus mama Chaldea, ini Karna dan disebelahnya adiknya Arjuna, ini Edmoon Dantes, ini Ozymandias yang biasa dikenal sebagai Fir’aun, ini Holmes san dan empat orang terakhir yang wajahnya kembar itu Chu chu lain san semua lalu yang terakhir Arthur Pendragon dia raja Inggris tepatnya Brittainia dulu dan-”

“Woi!! Kemana aja kamu mzz...” barulah Yukino sadar bahwa kekasihnya masih ada disini, sedari tadi disini dan meninggalkan Yukino menyambut keluarga absurd nya sendiriana, sendiriannnn....

“Maaf, aku ingin membantu mu disini kau tau Kiyohime dan Raikou bersih keras menemui keluarga besar mu jadi aku” Arthur memasang pose garis diantara bibirnya.

“Kerja bagus sayang...” puji Yukino bangga.

“Lupakan servant wanita kebanyakan dari mereka bukan wanita asli” lanjtmu singkat, pergi begitu saja.

“A- anu Sakamaki Subaru-san kan?”

“Hn?”

“Maafkan aku, kuharap kau tak sakit hati Subaru memang seperti itu sebenarnya ia orang yang baik hanya saja tertutupi Tsundere miliknya” kini istrinya, Canaria Yuki maju, mewakili setiap perkataan suaminya yang hanya di katakan dalam kata “Hn”.

“Tak apa aku mengerti, Shintarou- ah maksudku orang Tsundere juga begitu”
“Ada apa?” tanya Yuki
“Tidak, kupikir Subaru san tak begitu nyaman sendirian sebagai seorang vampire disini jadi-”

“Aku tidak sendiri, Yuki bersama ku” ujarnya menaruh dagunya di ujung kepala Yuki.

“Yah.... aku bisa liat itu” balas Yukino sweetdrop, terlalu banyak hal manis yang ia lihat hanya dalam waktu beberapa jam saja.

“Terserahlah, kupikir kau mau kau bisa menemui leluhurmu, Dracula pertama yang hidup Vlad ke III” dan akhirnya Yukino bisa tenang melihat kepergian pasangan itu.

“Apa yang kau lihat!?, jangan lihat buttler, buttler itu kau cukup melihat a-aku saja” Goushi akhirnya bersuara, ia tak bisa diam lagi jika sudah seperti ini, terlalu takut istrinya kepincut roh pahlawan itu kini Goushi menyeret Hime menjauh.

“Apasih... aku hanya melihat kue mont blanc yang di bawa buttler tadi bukan berarti aku menyukainya” teriak Hime marah, gregetan sendiri hwa dingin membuatnya kelaparan.

“Baik... tunggu disini, aku yang akan mengambilkannya untukmu” kecup Goushi pada tangan Hime lalu pergi menahan malu.

Pandangan Yukino menggelap, panik melanda dirinya.

“Apa-apaan ini, penculikan? Kau mau menculikku?” rontanya tak berhenti menggeliat.

“BAH!!”

“AAAAA...”

Plakkk...

Sungguh yang tadi itu refleks, Yukino refleks menampar pria yang baru saja mempermainkannya, ia tak sengaja menampar Dazai.

“Adududuh sakit sekali, lihat apa yang dilakukan padaku sayang!” kini pria dengan perban di sekujur tubuhnya itu meengadu, mengadu pada istrinya Filly.
“Salahmu” balasnya spontan.

“Kenapa kau menyalahkanku, jika tadi aku mati bagaimana ? kan mimpiku mati bersamamu, kita berdua bukan aku sendirian sayang” pria yang kini beranak tiga itu tak berhenti merengek.

“Yasudah..., jangan begitu lagi yah Papa” ujar Filly membelai wajahnya yang kini agak lebam itu kemudian mengecupnya lembut sembari tersenyum.
“Mati saja kalian berdua!” kini Yukino menyesal kenapa tidak sekalian saja ia menampar pipi pria itu keras sekali sampai sekalian ia modar.

“Kerja bagus Yukino!” puji Chuuya menertawakan nasib buruk mantan partnernya, Yukino menjauh dari orang dengan tinggi rata-rata ini (?), ia pasangan terakhir dalam keluarga absurd ini, was-was akan hal manis seperti yang terjadi dengan pasangan yang lain.

“Hei! Kenapa kau menjauh” Chuuya mulai mengendus aroma tubuhnya, ia telah memastikan tidak ada yang salah dengan itu.

“Yukino!”

“Kumohon menjauhlah dariku Chuuya san!” teriaknya kembali, sementara pemilik nama lengkap Chuuya Nakahara itu tak mau berhenti mengejar Yukino sampai mendapat kepastian mengapa Yukino menjauhinya, sampai...

Brukkk...

“Maafkan aku! Anu-” mata bertemu dengan mata, Chuuya jatuh menindih seorang wanita yang nyatanya adalah istrinya sendiri.

“Chuuya” sahut Marina tak percaya.

“Aku hanya meninggalkan mu mengambil minuman dan kau sudah merindukanku sampai seperti ini?” tawa Marina menggoda pria Tsundere akut itu.

“Hentikan...”

“Tak kusangka kau mencintai ku sedalam itu”

“Hentikan...”

“Aku- hmph...” terlambat mantan eksekutif muda port mafia itu membungkan bibir jail Marina dengan bibirnya.

“Sudah kuduga yang terakhir yang paling berbahaya” ujar Yukino meninggalkan pasangan terakhir itu, mencari tembok terdekat dan terkuat untuk menjedotkan kepalanya.

“Kau mau kemana?” sahut Arthur mengamit lengannya, pria itu tau master kesayangan nya sedang dalam keadaan tidak begitu baik.

“Ar-arthuur” ia terisak, berbeda dengan sepupunya yang lain mungkin hanya ia sendirian yang takkan pernah menikah. Arthur raja dari masa lalu, ia orang dari masa lalu yang dipanggil kembali oleh cawan suci sebagai seorang servant Yukino.

Arthur hanya roh, tubuhnya sendiri pemberian dari sang cawan, suatu saat nanti ketika  tugas Yukino sebagai Master selesai ia dan Arthur akan...

“Hupp...” tersadar dari lamunannya Yukino menatap mata emerald milik pria itu, mata teduh yang selalu membawanya ke dunia lain dan tak pernah ingin kembali.

“Apa enak?” tanya Arthur, Yukino sadar akan sesuatu di dalam mulutnya kenyal dan sangat familiar dengan dirinya.

“K-kelepon?” tanya Yukino terkejut mengetahui manisnya gula merah meleleh dalam mulutnya.

“Maafkan aku harusnya aku menemanimu menyambut keluarga mu, tapi kudengar dari emiya Kelepon adalah dissert kesukaan mu jadi” Yukino kembali terisak ketika melihat  jari-jemari milih Arthur penuh dengan perban.

“Rasanya enak!” tangis Yukino pecah, Arthur memeluknya menepuk punggungnya pelan seolah berkata, ayo jalani masa ini selagi kita bisa bersama, yang nanti biar jadi nanti.

“Oiya Yukino” Filly berdiri sembari masih mengenyam appetizer nya.

“Kapan menikah?” tanya mereka semua kompak.

“BANGCAD KALIAN!” balas Yukino lalu tertawa terbahak-bahak.

"Arisan kali ini tak buruk juga,  akan kupastikan Arisan selanjutnya aku bisa kabur dari sini... " senyum nya,  mulai bergabung bersama keluarganya yang lain.

End.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro