
[ 3 ]
Keesokan harinya hujan turun dengan deras. Keduanya berjalan bersamaan dibawah satu payung menuju kedai kopi yang ada di persimpangan jalan. Sedikit mempercepat jalan ketika lampu lalu lintas sudah menunjukkan warna kuning yang menyala.
Setelah berhasil menemukan tempat duduk, Taehyung berdeham meminta perhatian. Membiarkan kopinya berubah menjadi dingin saat mereka berlanjut membicarakan topik tertentu.
"Kau terobsesi sekali sepertinya." Jimin berujar sesuai fakta sambil menepuk-nepuk pipinya mencari kehangatan, dan kemudian gelengan dari lelaki dihadapannya.
"Biasa saja."
"Jangan menyangkal, bodoh."
"Sama sekali tidak."
Jimin kembali menghela nafas, memperhatikan wajah Taehyung yang terlihat semakin murung.
"Memangnya kau siapa?"
Taehyung mendesis, makin menenggelamkan dirinya di sofa. Bukannya menghibur, kehadiran Jimin malah makin membuat hatinya teriris.
"Maaf, tapi kau tahu maksudku."
"Ya kau benar." ia mengusak rambut pirangnya kebelakang, "Hanya sebatas penggemar dan idola, tidak lebih."
Kabar bahwa Jungkook sudah mempunyai pasangan menghancurkan Taehyung lebih dari apapun.
Ia bahkan tidak tidur selama dua hari dan Jimin terpaksa berkunjung ke rumahnya karena kasus Taehyung tidak mempunyai selera untuk makan. Menyedihkan untuk melihat teman baiknya seperti itu, Jimin merasa frustasi. Kalau dipikir-pikir, menjadi fans dari si Jungkook itu memang tidak ada untungnya.
Maka dari itu, ia langsung menyisihkan waktunya untuk bertemu Taehyung saat sadar perubahan nada bicara Taehyung melalui telefon.
"Lebih baik kau mulai memikirkan Jihoon, aku kasihan pada anak itu."
"Entahlah, dia bukan tipeku."
Taehyung tersenyum kecil dan membawa mug yang berisikan espresso itu mendekat kearah bibirnya yang tebal, mengeluarkan suara decakan kagum setelah satu tegukan.
"Ada jadwal Kim?" Jimin bertanya sambil memiringkan kepala.
"Aku akan ke fanmeetingnya nanti sore dan dua acara musik minggu depan."
"Astaga, aku kira kau akan menyerah."
"Tidak, sama sekali tidak Park."
Jimin mengidikkan bahu, menyerah dengan pilihan temannya. Lagipula, menghentikan Kim Taehyung sendiri sangatlah mustahil karena sifatnya yang keras kepala.
"Baiklah, tapi aku tidak ingin mendengarmu mengeluh setelah ini."
"Iya, eomma."
"Menggelikan Kim."
Jungkook melihat kearah luar jendela, dan seperti hujan sudah mulai mereda. Dengan senyum mengembang, ia berlari kecil kearah pintu keluar menuju tempat yang sudah di booking terlebih dahulu untuk fanmeetnya.
Rooftop garden tersebut terletak di salah satu gedung pencakar langit yang berada di tengah-tengah kota. Tempat ini sengaja Jungkook pilih karena dipenuhi dengan bunga sakura, ditambah para staff sepertinya dengan sengaja meletakkan beberapa fairy lights untuk melengkapinya.
Walaupun tidak mewah, tempat ini cukup menampung 20 orang bersamaan, bahkan lebih. Memikirkannya saja membuat Jungkook jadi tidak sabar bertemu para penggemarnya yang beruntung.
"Menurutku ini tidak buruk, bagaimana Jungkookie?" tanya Seokjin sambil berdiri disamping Jungkook yang masih tersenyum dengan pipi yang memerah karena panas.
"Aku suka!" Jungkook memekik senang. Seokjin mengangguk paham, lalu menawarkan satu kaleng peach tea dingin kesukaan Jungkook yang langsung diterima dengan senang.
ia kemudian meletakkan tas selempang yang berisi peralatan kebutuhan Jungkook di meja kopi, lalu meregangkan tangannya keatas sambil menguap.
"Aku pantas mendapatkan penghargaan manager of the year sepertinya." ujarnya sambil bertolak pinggang, sedangkan Jungkook hanya memutar bola matanya malas.
"Jungkookie, banyak sekali rumor tentangmu minggu ini. Handphoneku bahkan hampir meledak karena diserbu fansmu."
"Rumor?"
"Mereka berpikir bahwa kau dan dia itu menjalin suatu hubungan. Miris sebenarnya. Aku benar-benar kehabisan kata pada fansmu yang mendukungnya."
"Itu tidak benar, dan kau tahu itu. Lagipula aku baik-baik saja tanpa kekasih." Jungkook mengangkat bahunya tanda ia tak peduli, lalu memberi kaleng peach tea yang sudah habis ke Seokjin.
"Padahal aku ingin melihatmu berkencan kook, itu sangat disayangkan."
"Terserah kau saja hyung, aku mau bersiap-siap." Jungkook beranjak dari posisi sebelumnya dan masuk kembali kedalam ruangan yang sudah disiapkan khusus untuknya.
"Jungkookie, aku akan memberi warna pada bibirmu, tidak apa kan?" tanya salah satu penata rias tepat saat Jungkook selesai berganti pakaian, ia mengangguk sambil tersenyum kecil.
Setelah merasa pekerjaan mereka sudah selesai, para staff meninggalkan Jungkook sendirian di dalam ruangannya. Ia melihat pantulan dirinya di cermin, lalu menggigit bibir bawahnya gugup. Entah apa yang Jungkook cemaskan, seharusnya ia bersenang-senang bersama penggemarnya hari ini.
Bunyi handphonenya memecah keheningan, menandakan ada banyak notifikasi yang masuk. Seketika mood Jungkook kembali lagi. Ia tertawa melihat beberapa penggemarnya menuliskan komentar lucu dibawah foto selca yang ia upload beberapa hari yang lalu. Namun hanya satu komentar menarik perhatiannya.
pjmin : teman ku menggilaimu, tolong bantu dia.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro