*• S i g i l l u m B o o K •*
Sebuah buku dengan kekuatan magis berwarna serba hitam dengan gambar cermin menjadi hal yang sangat ditakuti di eranya.
Ketika para pemilik kekuatan sihir berjaya, buku itu sengaja diciptakan oleh para penyihir aliran putih untuk membekuk kekuatan penyihir hitam yang bersumber dari sisi arogan manusia. Buku itu tercipta sebagai Sigillum.
Sigillum hadir sebagai sebuah segel kekuatan hitam yang menjadi sumber konflik di dunia Mirabilis.
Adanya sisi arogan dari dalam diri manusia, membuat dunia menjadi kacau. Setiap manusia di Mirabilis mulai berambisi untuk menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain dari segala sisi. Mereka mulai mempertebal perbedaan yang ada, dari mulai latar belakang status dan peran setiap manusia. Mereka muncul ke permukaan hanya untuk menjadi nomor satu yang didasari sifat arogan.
Untuk itu, melalui Sigillum, para penyihir putih berkumpul untuk membuat segel sisi arogan manusia, demi menciptakan kembali keseimbangan dan keharmonisan di Mirabilis. Lantas, mereka menyimpan buku yang mengandung Sigillum itu di sebuah tempat terpencil dalam hutan.
Tahun 2020, kawasan Mirabilis yang dulu asri penuh dengan hutan lindung berubah drastis menjadi perkotaan dengan segala ingar-bingarnya.
Tempat di mana para penyihir putih menyimpan Buku Sigillum berubah fungsi menjadi sebuah sekolah tempat para manusia menimba ilmu, bernama HighSchool WGAVerse. Sayangnya, tidak ada murid di sana yang tahu tentang keberadaan Buku Sigillum.
Hari itu, seorang anak dari salah satu bangsawan terkemuka yang bernama Jayden mengunjungi perpustakaan sekolah untuk mencari referensi, dalam rangka persiapan lomba cerdas cermat antar SMA.
Sesuatu yang menyempil di tempat paling pojok dari perpustakaan tiba-tiba menarik perhatiannya. Netra laki-laki tampan itu menyipit saat mendapati sebuah buku dengan desain kuno, tetapi terlihat menakjubkan.
"Sigillum?" gumam Jayden saat membaca judul buku tersebut.
Anehnya, buku itu tiba-tiba saja berguncang hebat saat Jayden memegangnya. Sebuah sinar berwarna violet yang berkilau seketika membuatnya memejamkan mata.
Pada detik berikutnya, Jayden sudah berada di sebuah tempat yang tidak ia kenali sama sekali. Laki-laki tampan yang terkenal sebagai Tuan Muda sombong itu bukannya berakhir menjadi sebuah pemenang dalam lomba cerdas cermat SMA, justru berakhir terperangkap di dalam sebuah buku.
***
Kantin HighSchool WGAVerse siang itu begitu riuh dengan desas-desus yang mampu membuat sosok cantik berambut sebahu yang tengah duduk di pojokan kantin sambil membaca bukunya itu terusik.
Samar-samar, indera pendengarannya mendengar sebuah nama yang sebulan ini tengah hangat diperbincangkan. Jayden, siswa berprestasi kelas sebelas yang sebentar lagi akan mewakili cerdas cermat SMA-nya, tiba-tiba menghilang bak di telan bumi.
Merasa bahwa semua itu tidak penting dan terlalu berisik baginya, Cyrilla memilih beranjak untuk menuju perpustakaan.
Helaan napas lega serta senyum tipisnya mengembang sempurna. Ia selalu menyukai perpustakaan. Tempat itu berhasil membuat Cyrilla selalu merasa nyaman dan tenang.
Cyrilla sendiri bukan sosok populer yang mampu membaur bersama teman-temannya, ia cenderung suka menyendiri dan menutup diri. Cyrilla cukup berprestasi, hanya saja ia memilih tidak terlihat menonjol di antara murid-murid sekolahnya yang berprestasi.
Berjalan mengitari rak-rak buku yang menjulang tinggi, tanpa sengaja sepasang maniknya melihat sebuah buku yang terlihat kuno.
Buku itu tampak memikat meski warna sampulnya terkesan gelap dan tidak cocok bersanding dengan buku-buku bersampul cerah.
"Sigillum," ejanya dengan decakan penuh kekaguman.
"Cyrilla, bantu aku!"
Gadis itu terperanjat hebat saat mendengar sebuah suara bergema dari balik buku yang ia pegang, terlebih saat namanya disebut. Buku tersebut kini tergeletak di lantai akibat keterkejutan Cyrilla.
Dahinya berkerut bingung ketika melihat bahwa buku itu rupanya kosong akan tulisan. Hanya terdapat sebuah sketsa pemuda yang nampak tidak asing. Hingga beberapa saat kemudian, deretan kalimat tiba-tiba timbul dalam buku itu dan berhasil membuat Cyrilla kembali terkejut.
Cyrilla begitu kesulitan membaca tulisan yang hilang-timbul seperti bayangan itu. Ia semakin melekatkan pandangan terhadap buku tersebut. Perlahan, ia dapat menangkap kata per kata yang terlihat.
[Tolong bantu aku untuk keluar dari buku ini.]
"A-aku pasti sedang berhalusinasi," gumam Cyrilla sambil menggeleng dan mencubit pipi gembilnya beberapa kali. Nyatanya, dia tidak sedang berhalusinasi.
[Aku adalah Jayden, murid kelas sebelas yang terperangkap di dalam buku aneh ini.]
Lagi, seuntai kalimat yang timbul membuat Cyrilla terkejut untuk kesekian kalinya.
[Bukan aku yang seharusnya terperangkap di sini. Tolong, cari dia yang lebih pantas masuk ke dalam buku ini!]
[Dia seorang pria kaya raya dengan netra berwarna amber dan rambut klimis. Penampilannya selalu modis. Dia bisa membanggakan kepintarannya dalam diam. Keangkuhan terpancar jelas di paras rupawannya. Dia si pemilik kesunyian yang selalu merasa ingin diperhatikan.]
Cyrilla terdiam sejenak. "Siapa yang kau maksud? A-aku tidak mengenalnya!" sangkal Cyrilla yang perlahan beranjak dari duduknya.
Padahal di benaknya, Cyrilla seperti mengenal ciri-ciri yang tertulis di sana. Ia merasa tahu siapa orang yang dimaksud dalam buku tersebut.
"Aku tidak ingin ikut campur urusanmu!"
[Lantas, kau ingin membuat semua orang di sekolah kehilangan kewarasan karena kau tidak mau membantuku?]
Cyrilla terdiam. Namun, tiba-tiba pikirannya melayang jauh dan membayangkan bahwa tengah ada bahaya yang mengancam di depan mata, Cyrilla segera berlari dari perpustakaan dengan buku yang tengah berada dalam dekapannya.
Di halaman belakang sekolah, Cyrilla menemukan sosok pria tengah duduk dengan sembari memainkan ponsel. Seperti biasa, ia selalu terlihat angkuh.
"Heavy." Cyrilla memanggil dengan ragu-ragu.
Pada detik berikutnya, Cyrilla membeku akibat tatapan sedingin es yang Heavy berikan padanya. Pria itu terlihat tidak suka akan kedatangannya.
"Ada apa?" Nada bicara Heavy terdengar tidak bersahabat sama sekali, membuat nyali Cyrilla semakin menciut.
"Jangan merasa dekat denganku hanya karena aku mau satu kelompok denganmu untuk mengerjakan tugas. Ingat, kau dan aku adalah rival untuk menggantikan posisi Jayden di lomba cerdas cermat."
Pria dengan tatapan angkuhnya itu berjalan hingga melewati Cyrilla begitu saja.
Cyrilla benci berurusan dengan Heavy, karena pria itu sama sekali tidak memiliki keramahan dalam dirinya.
"Bagaimana caranya aku menangkap dia? Apa benar-benar dia yang seharusnya masuk ke dalam buku ini?"
Cyrilla melirik pada buku dalam dekapannya. Sebuah sinar kembali muncul. Lantas, Cyrilla segera membukanya.
[Bukan dia.]
Cyrilla mengernyit bingung. Buku itu menampilkan tulisan baru, seolah paham bahwa Cyrilla telah menjadikan Heavy sebagai sasarannya.
"Jika bukan Heavy yang dimaksud, lalu siapa lagi? Dia, kan, murid yang menjengkelkan seperti Jayden."
Setahu Cyrilla, Heavy adalah siswa pintar yang begitu sombong. Pria itu selalu menganggap dirinya yang terbaik dan juga sering merendahkan murid lain.
Tanpa sepengetahuan Cyrilla, rupanya sejak tadi Heavy mendengar omongannya. Pria itu mendelik dan dalam sekejap ia telah kembali di hadapan gadis berambut sebahu itu.
Heavy menatap tajam Cyrilla. "Kenapa menyebut namaku tadi? Aku juga mendengar kau ingin menangkapku. Memangnya aku buronan?"
"A-aku ... aku hanya mengikuti arahan dari buku ini. Aku harus menangkap seseorang." Cyrilla berucap dengan bibir bergetar. Entah apa yang dipikirkan, bisa-bisanya ia berkata jujur pada Heavy.
Heavy tersenyum miring. "Arahan apa?"
Pria itu terperangah ketika buku dalam dekapan Cyrilla mengeluarkan sinar violet. Cyrilla segera membukanya.
[Dia bukan orangnya dan dia tidak berpengaruh apa pun terhadap Sigillum. Sedangkan kau adalah manusia pilihan yang harus membebaskan aku.]
[Tapi, kau bisa meminta bantuannya untuk mencari orang yang harus kau temukan. Cepat selesaikan! Aku harus segera keluar dari tempat ini!]
Betapa terkejutnya Cyrilla ketika Heavy merebut buku itu tiba-tiba.
"Apa ini? Sigillum?"
Saat itu juga buku tersebut tak lagi bersinar. Benda itu berubah menjadi buku kuno biasa saat berada di tangan Heavy. Bahkan, pria itu tak menemukan satu halaman yang tadinya bersinar terang.
Tatapannya beralih kepada Cyrilla. Wajahnya mengeras. "Katakan, apa yang tidak aku ketahui dari buku ini!" gertak Heavy.
"A-aku tidak tau! Sepertinya, kau memang tidak akan bisa melihat apa yang aku lihat dalam buku itu."
"Kenapa, hah?"
"Karena kau tidak ada hubungannya dengan buku itu!"
[Benar. Tadi, tertulis kalau Heavey tidak ada hubungannya dengan Sigillum. Itulah mengapa buku ini tidak bereaksi apa pun saat dipegang olehnya.]
Heavy melempar buku tersebut hingga kembali berada dalam dekapan Cyrilla.
"Sialan! Kau pasti hanya ingin mendapatkan perhatian dariku, kan? Dasar, gadis gila." Heavy kembali meninggalkan Cyrilla.
Namun, saat mengingat misi yang tengah ia kerjakan, Cyrilla pun berbalik untuk mengejar langkah lebar Heavy.
"Tunggu dulu!" Cyrilla berhasil meraih pergelangan tangan Heavy, membuat pria jangkung itu mendecak tidak suka atas kelancangan Cyrilla.
Melihat perubahan wajah Heavy yang terlihat kesal, Cyrilla buru-buru melepaskan tanganya.
"Kau harus membantuku mencari seseorang."
Heavy menyeringai. "Siapa kau berani meminta bantuanku?"
"Dengar, Heavy. Jika kau membantuku, aku akan mengalah di seleksi cerdas cermat. Jadi, kita tidak perlu bersaing. Kau yang akan menggantikan Jayden."
Meskipun sebenarnya Heavy merasa akan menang dari Cyrilla, tetap saja tawaran itu terdengar menggiurkan.
"Baiklah. Apa yang harus aku lakukan?"
Senyum Cyrilla mengembang sempurna. "Ikuti saja aku."
Lagi pula, setelah mereka menemukannya, Jayden akan keluar dari buku tersebut. Maka, Heavy tidak akan bisa menggantikannya.
***
Sudah hampir satu minggu Cyrilla dan Heavy bekerja sama untuk mencari orang yang dimaksud dalam buku Sigillum. Sayangnya, mereka benar-benar tak menemukannya. Berkali-kali Cyrilla membaca ciri-ciri yang tertulis, tetapi tetap tak ada murid yang cocok. Sejauh ini juga, buku itu tidak bereaksi apa pun. Itu artinya memang orang yang bersangkutan tidak ada di sekitarnya.
"Memang hanya Jayden dan Heavy yang punya ciri-ciri seperti itu," gerutu Cyrilla.
"Apa katamu?" sahut Heavy yang mendengar gerutuan gadis di sebelahnya.
"Ti-tidak ada!" sangkal Cyrilla.
Heavy mengembuskan napas keras. "Sudah, lah! Jangan ganggu aku dulu hari ini. Satu jam lagi pelaksanaan seleksi cerdas cermat. Ingat, kau tidak boleh ikut. Itu perjanjian kita."
Cyrilla mengerucutkan bibirnya ketika Heavy melenggang pergi. "Jayden akan kembali, tau!" desisnya.
Satu jam berlalu, dan kini saatnya pelaksanaan seleksi cerdas cermat gelombang kedua untuk mencari pengganti Jayden yang memenangkan seleksi di gelombang pertama.
Meskipun sedikit kesal karena gagal berpartisipasi, Cyrilla berusaha untuk tetap tenang. Ia mengikuti alur pelaksanaan seleksi tersebut. Teriakan para siswi yang menyerukan nama Heavey membuat Cyrilla sedikit risih. Lihatlah, betapa angkuhnya wajah pria itu sejak awal berdiri di podium. Sedangkan dua pesaingnya dari kelas lain tampak biasa saja.
Cyrilla tertegun, berkali-kali ia berdecak kagum saat Heavy terus unggul dalam satu babak. Ia benar-benar terpana dengan cara Heavy yang menjawab setiap pertanyaan dengan tanggap.
Namun, siapa sangka pada babak kedua hingga akhir, Heavy dikalahkan oleh seorang siswa di sisi kanannya. Semua pertanyaan dibabat habis olehnya, sedangkan Heavy mendadak berubah menjadi pria yang terlihat bodoh dan pendiam. Pria bernama Leon itu tampak tenang dengan kemenangannya, sementara Heavy ingin berteriak frustasi.
Tidak hanya Cyrilla, murid lain pun banyak yang terkejut atas kemenangan yang tiba-tiba ini. Leon dikenal sebagai siswa yang tidak begitu menonjol, baik dari prestasi maupun ketenaran. Bagaimana bisa ia mengalahkan Heavy yang setara dengan Jayden—selalu memenangkan banyak olimpiade.
Tiba-tiba, ransel Cyrilla bergerak. Secara diam-diam gadis itu mengintip ke dalam ranselnya, buku Sigillum itu bersinar.
[Itu dia! Ya, kau menemukannya!]
"Bagaimana mungkin? Dia adalah murid yang baik!"
[Tidak! Dia adalah penghuni terakhir di Sigillum. Penyihir putih membebaskannya, karena berpikir dia akan berubah.]
[Dia sangat arogan dulunya. Sekarang, ia pintar menyembunyikan sifat aslinya. Tetapi, dia justru hadir sebagai manusia dengan kekuatan yang bisa merebut kecerdasan manusia lain. Dia serakah!]
"T-tapi, bagaimana caranya ...." Cyrilla kembali menghadap ke depan. Namun, ketiga peserta rupanya sudah tidak ada di sana.
"Ke mana mereka?" Cyrilla panik. "Heavy ... kenapa dia tidak mendatangiku dulu?"
Lantas, Cyrilla beranjak dari tempatnya. Dengan ransel yang dipeluk, ia berlari keluar dari ruang seleksi hingga menuju koridor di depan kelasnya.
Betapa terkejutnya Cyrilla ketika mendapati Heavy dan Leon tengah berhadapan dengan pandangan yang tajam. Prasangka negatif seketika mendominasi pikiran Cyrilla. Ia berlari untuk memberitahukan kebenaran terhadap Heavy. Pria itu tak boleh terperangkap oleh Leon!
"Heavy, dia orangnya!" seru Cyrilla seraya mengeluarkan buku Sigillum yang sudah berguncang hebat dengan sinar violet yang lebih terang dari sebelumnya.
Leon terperangah seketika, terlebih saat sinar Sigillum itu secara cepat menyorot tajam ke arahnya. Leon menutupi diri dengan menyilangkan kedua tangan di hadapannya.
Sedetik kemudian, ia tertawa kencang. Tidak peduli atas sinar yang menyorot ke arahnya.
"Tidak semudah itu untuk menjebakku! Siapa kalian bisa memasukkan aku kembali ke dalam Sigillum? Kalian hanya remaja biasa! Dasar, bodoh!"
"Cyrilla, cepat!" titah Heavy.
Tangan Cyrilla segera menuju pada halaman di mana Jayden berada. "Hei! Muncul, lah! Bagaimana aku bisa memasukkannya!"
[Kau harus menyebut mantranya, Cyrilla!]
"Hei, mantra apa?"
[Hah? Apa aku belum memberitahumu?]
"Belum, bodoh!"
[Maaf, aku lupa.]
[Ucapkan mantra ini dua kali, lalu tutup bukunya!]
[Vitafy Aeturnus *1) Bebaskan Jayden dari jerat kesalahan dalam Sigillum. Masukkan Leon ke dalam penjara penobatan. Dia manusia yang arogan dan tidak bersih dari noda kejahatan.]
"Kenapa dua kali? Biasanya—"
[Kalau tiga kali, namanya minum obat. Cepat lakukan, Cyrilla!]
Cyrilla segera membuka buku itu lebar-lebar dan memampangkannya tepat di hadapan Leon.
"Vitafy Aeturnus. Bebaskan Jayden dari jerat kesalahan dalam Sigillum. Masukkan Leon ke dalam penjara penobatan. Dia manusia yang arogan dan tidak bersih dari noda kejahatan!"
Leon menjerit kencang. Namun, ia tetap berada di sana, tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan menghilang.
"Cyrilla, kenapa belum?" tanya Heavy.
"Harus dua kali! Jangan ganggu aku!"
Kali ini Cyrilla menutup matanya kuat. Ia kembali mengucapkan mantra untuk kedua kalinya.
Jeritan Leon semakin menguar. Kulit tubuhnya berubah warna menjadi begitu gelap, tetapi tetap tidak terlihat mengurai. Sampai akhirnya, Heavy menangkap kejanggalan pada kalung Leon yang menyala.
Dengan cepat tangan besar Heavy meraih dan menarik benda tersebut untuk lepas dari leher Leon. Sesaat kemudian, tubuh Leon mengurai bagaikan abu hasil bakaran. Arah uraiannya itu menuju ke dalam buku Sigillum, tepat pada halaman di mana Jayden berada.
Saat itu juga buku Sigillum terlepas dari pegangan Cyrilla, bersamaan dengan kalung milik Leon yang hancur dalam genggaman Heavy.
Cyrilla dan Heavy saling menatap tak percaya. Mereka tertegun bingung. Apa yang telah mereka lakukan sebenarnya? Bertahun-tahun hidup sebagai manusia biasa, tiba-tiba dihadapkan pada sesuatu yang sangat aneh.
Sigillum Book? Mantra? Manusia arogan? Penyihir?
Semua itu benar-benar berada di luar nalar mereka.
Tiba-tiba Cyrilla teringat sesuatu. "Jayden!" pekiknya.
"Ada apa dengan Jayden?" Heavey bingung.
"Ke mana dia? Seharusnya dia keluar dari buku itu!"
Dahi Heavy berkerut dalam. "Apa maksudmu? Kenapa Jayden ada di sana? Aku pikir dia sedang liburan dan malas mengikuti kompetisi."
"Tidak semudah itu!" Cyrilla memicing, lalu berlari kencang untuk mencari keberadaan Jayden. Meski masih bingung, Heavy turut mengikuti langkah gadis itu.
"Jayden!" seru Cyrilla saat mendapati Jayden tengah menikmati santapan di kantin.
Pria itu menoleh dengan mulut yang sibuk mengunyah bakso.
"Kenapa kau di sini?" Cyrilla mengambil posisi di hadapan Jayden. Sementara Heavy masih berdiri, kembali dengan wajah angkuhnya.
"Astaga. Aku benar-benar lapar! Di dalam sana tidak ada makanan dan minuman sama sekali! Aku hanya menemukan semak-semak dan hewan-hewan aneh."
Cyrilla meringis, malu terhadap curhatan Jayden.
Tiba-tiba Jayden beranjak dan meraih kedua pundak Cyrilla. Ia menatap gadis itu lamat-lamat. "Terima kasih, Cyrilla. Kau sudah menyelamatkanku."
Gadis itu tersenyum dan mengangguk pelan. Seorang Jayden yang sifatnya begitu sombong dan selalu melukai hati orang lain dengan ucapannya, kini berbicara begitu lembut kepadanya. Cyrilla merasa terpana.
"Hei, aku juga menyelamatkanmu!" sela Heavy. "Tau begini, aku tidak akan membantu Cyrilla."
Jayden melirik. "Kenapa? Kau kecewa karena gagal menggantikan posisiku?"
Heavy mengalihkan pandangannya, kesal. Namun, ia kembali menangkap sebuah sinar. Buku itu masih ada!
"Cyrilla, kau lupa menutup rapat buku itu!" seru Heavy yang langsung berlari mendekati arah sinar.
Pria itu melompat untuk meraih buku yang hampir terbang itu. Heavy segera menutup rapat buku tersebut hingga benda itu benar-benar hilang dari pandangannya.
Semua tatapan seisi kantin sekolah menyorot ke arah Heavy dengan posisi tiarap di atas lantai. Tidak sedikit pula yang menertawakannya.
"Heavy, kau baik-baik saja?" tanya Cyrilla panik dan segera membantu Heavy untuk bangkit.
Heavy berkacak pinggang. "Apa yang kalian tertawakan, hah? Aku baru saja jadi pahlawan, tau!"
Cyrilla segera menarik lengan pria itu dan mengelus pundak lebarnya dengan lembut. "Sudah, sudah. Mereka, kan, tidak tau apa yang terjadi."
"Khem!" Jayden menginterupsi.
___________
Vitafy Aeternus *1) : mantra untuk menyembuhkan, menghidupkan kembali, bebas dari luka, kebebasan
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro