Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

83. Keukeuh

"Cuman sehari doang, bukan setahun!" Agnes meletakkan satu tangan di pinggang. Wajahnya menegang karena jengkel. "Ini juga kesempatanmu buat bicara dari hati ke hati sama Mami." Dia pun bergerak mundur menuju sofa, "Katanya pengin balikan sama Sha."

Kemeja yang Drew kenakan mendadak membuat sesak. Dia senantiasa berdiri, satu tangannya memijat kening dan menatap frustrasi kakaknya. "Pikirmu, Mami bakal mau dibujuk?"

Serta-merta, Agnes menyentuh kening lalu memejam untuk beberapa waktu. Drew ikut duduk di seberang seraya membuka kaleng minuman. "Drew, kok kamu bego, sih?" dia menggeleng tak percaya. "Kamu enggak dengar apa yang Will bilang? Sebelum kamu merengek agar Mami merestui hubunganmu sama Sha, kalian perlu baikan. Baikan! Jangan selalu berpikir karena semua ini bermula karena keegoisan Mami, dialah yang harus datang meminta maaf sama kamu. Kenapa enggak kamu aja, sih, yang mulai?"

"Aku enggak bisa bayangin bakal di dekat Mami selama beberapa waktu," Drew mengucap pelan. Dua hari lagi, Mami akan menghadiri peresmian hotel baru. Sering, Will yang menemani beliau, tetapi tugas tersebut kini dilimpahkan pada Drew. Tugas sulit ini mungkin takkan sanggup dilaluinya. Dia bersikeras menolak, Agnes tetap tak mengerti. "Aku lebih baik bicara saja di lain waktu."

"Kapan?" seketika Agnes langsung menyambar. "Beberapa bulan lagi? Di saat itu, kamu udah enggak punya waktu lagi buat balikan sama Sha. Dia udah move on dan mungkin saja udah dilamar sama seseorang."

"Eisha mencintaiku."

"Ya, aku tahu. Tapi rasa cintanya enggak bikin dia bego. Dia masih berpikir buat menjauh karena Mami menentang hubungan kalian. Terserah aja, sih, Drew. Aku mendesakmu kayak gini bukan semata-mata demi Sha, tapi aku melihat hubunganmu sama Mami beneran udah enggak sehat. Mau sampai kapan kamu musuhan sama ibu kandungmu sendiri?"

"Kami enggak musuhan."

Agnes memutar bola mata dan akhirnya bangkit. "Gitu, ya? Telepon Mami kalau kamu yang bakal menemaninya ke peresmian itu."

Sialan! Drew hanya mengumpat dalam hati, tak ingin Agnes memberikan tabokan keras. Begitu kakaknya menuju ke dapur, dia pun mengempaskan diri ke sofa lantas menempelkan lengannya demi menutupi mata. Tak berapa lama, dia pun mengirimkan chat singkat pada Mami, begitu mendapatkan jawaban yang jauh lebih singkat, Drew pun pamit untuk pulang.

Dari dulu, Drew memang tak pernah tertarik untuk berada di pesta yang sama dengan Mami. Itu lebih mudah baginya agar tak perlu berbasa-basi. Waktu memang menjadikan hubungan keduanya merenggang, akan sulit membaik jika Drew saja yang memiliki inisiatif.

Peresmian gedung hotel tersebut tak jauh dari CRIMSON. Namun, Drew perlu memilih jalana memutar karena harus menjemput Mami. Beruntungnya karena beliau mengirimkan pesan agar menjemput di kantor bukan di rumah.

Semenjak makan malam di tempat Agnes, Drew sengaja tidak ingin bertemu lagi dengan Mami. Kekesalannya belum juga lenyap. Bertemu Mami hanya akan membangkitkan rasa sakitnya karena patah hati. Namun, Will dan Agnes mana mau mengerti. Dia heran, kenapa dua orang itu jauh lebih mudah menerima semua keegoisan dan sikap otoriter Mami.

Mami belum muncul ketika Drew tiba di perusahaan yang tinggi menjulang itu. Dia hanya bersandar di mobil tanpa pernah melepaskan tatapannya di sana. Sudah sebulan Drew tak bertemu Sha. Dia selalu memiliki kesempatan untuk melihatnya dari jarak jauh, tetapi akan membuatnya lepas kendali. Sebelum berpisah, perempuan itu meminta beberapa hal, termasuk jangan menemuinya sementara waktu. Harusnya, Drew tak mengiakan permintaan gila tersebut.

Drew tak perlu menunggu lama. Tak sampai sepuluh menit, Mami muncul. Beliau mengenakan gaun sebetis berwarna salem dengan rendah halus di sekitar bahu. Dia memandang Drew sejenak lalu membuka pintu.

"Saat bersama abangmu, aku tidak perlu repot-repot turun dan membuka pintu mobil seperti ini."

"Will melakukannya pada semua makhluk berjenis kelamin perempuan, Mami."

Terdengar decakan panjang dari Mami. "Mami akan berada di acara peresmian selama satu jam, pastikan kamu menjaga sikap."

Jika Mami terus berkomentar begini, rencana Drew untuk bungkam sepanjang jalan tidak akan menjadi kenyataan. Dia bukan Will yang sepanjang waktu akan diam mendengar omelan. Dia tidak seperti Agnes yang selalu menemukan candaan untuk menekan sikap Mami yang kerap berkomentar sinis.

"Mami enggak perlu mengingatkanku. Sebenarnya, jauh lebih menyenangkan jika bisa menyingkir dari acara seperti ini." Drew melirik sejenak. "Tapi, aku harus berada di dekat Mami untuk mengenali siapa saja orang yang kemungkinan besar Mami lirik agar keluarganya bisa dikenalkan untukku."

"Kamu menolak Jessica." Mami berdengkus. Sekian detik, hanya membisu lalu kemudian berujar, "Dia benar-benar tangkapan yang bagus."

Demi Tuhan, ini di dalam mobil. Topik ini sebaiknya tidak dibahas dulu. Namun, Mami tetap saja meracau yang membuat Drew makin kesal. "Aku bisa mencari pendamping."

"Perempuan yang kamu pilih bisa saja hanya tertarik pada uangmu."

"Bukannya Mami juga seperti itu?" Drew melirik demi menebak raut ibunya yang tidak berubah jengkel sedikit pun. "Semua perempuan yang Mami pilih harus memberikan keuntungan. Aku enggak mau membicarakan hal seperti ini, terlebih saat kita di mobil."

Peresmian hotel tersebut dihadiri beberapa orang penting. Hotel berbintang lima ini memang langsung menjadi topik pembicaraan. Tidak hanya lokasinya, tetapi segala paket yang ditawarkan menggiurkan. Di sana, dia juga bertemu dengan Kakek Am. Setengah jam berikutnya, mereka diarahkan untuk menyantap menu makan siang.

Drew dan Mami masih harus terjebak di meja yang sama. "Mami membicarakan apa tadi dengan Kakek Am?"

Mami menaikkan alis dan mengedikkan bahu. Tatapannya lebih tertarik pada lobster berkuah santan. "Aku membicarakan prospek hubungan bisnis di kemudian hari dengannya. Drew, apa kamu tidak tertarik mengikuti jejak Will?"

"Dan memberi Mami kesenangan untuk menyetirku sesukanya?"

"Jangan mulai lagi, Drew."

"Ayolah, Mami selalu membahas topik yang enggak aku sukai."

"Kamu enggak menyukai apa pun yang aku bahas." Mami mengucap lirih, masih mempertahankan wajah penuh senyum palsunya. "Kamu pengin mengobrol tentang film?"

"Mami menonton film?" Drew bersandar dan memperhatikan Mami yang lebih banyak menjangkau lobster. "Gimana kalau kita membicarakan tentang hubunganku dan Sha."

"Andai aku bertemu dengan perempuan itu beberapa tahun lalu, aku sudah menawarinya ke agensi. Itu yang aku katakan padanya sewaktu bertemu. Tapi tidak, Drew, aku enggak akan menerimanya sebagai pasanganmu. Kamu pantas mendapatkan lebih baik darinya."

Drew mengembuskan napas. Dia kesal karena masih harus terjebak di sini untuk beberapa waktu. Obrolan mereka pun tidak mengarah ke satu titik. "Apa aku harus melakukan sesuatu yang besar agar aku bisa mendapatkan restu dari Mami?"

"Aku tidak melihat keistimewaan dari perempuan ini, Drew." Mami menatap tidak percaya pada bungsunya yang masih teguh pada pendiriannya itu. "Perasaan yang kamu miliki, aku yakin hanya bertahan sesaat. Kamu bisa melewati hati bertemu dengannya sebulanan ini, kan? Tunggu saja, bulan berikutnya, kamu pasti menemukan perempuan lain yang membuatnya tergila-gila."

Drew mengembuskan kejengkelannya dengan begitu kentara. "Jadi, apa yang akan Mami lakukan ketika aku beberapa waktu ke depan, aku masih mencintai Eisha?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro