Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Mami

Drew tidak pernah peduli apa yang diberitakan media tentangnya. Membantah pun tidak ada gunanya. Namun, kali ini berbeda karena sudah menyangkut pekerjaan. Followers CRIMSON di Instagram turun secara drastis dan bisa memengaruhi penjualan produk.

Walaupun event diskon besar-besaran selama tiga hari ini sukses, tetap saja tidak menghilangkan kerisauan petinggi perusahaan. Ya, Drew baru saja bertemu langsung dengan Pak Takhi, CEO perusahaan. Setidaknya, beliau cukup bijak untuk mendengarkan langsung pengakuan Drew. Sekarang, dia hanya memerlukan bukti-bukti demi mendukung ucapannya.

Bukti itu semestinya mudah Drew dapatkan. Faktanya, pihak kelab menolak untuk mengecek CCTV saat malam naas tersebut. Dengan ini, Drew semakin yakin, seseorang memang menjebaknya. Dia yakin tak memiliki rival dalam pekerjaannya.

Lift berhenti di lantai dasar CRIMSON tepat ketika ponselnya mendering. Drew mengerang frustrasi begitu melihat layarnya yang menunjukkan nama Mami di sana. "Ya, Mami?"

"Sore ini, kita bertemu di restoran biasanya." Tidak ada nada riang yang terdengar dari Mami. "Kecuali kalau kamu sibuk, cari saja waktu yang pas."

Drew mematung di depan lift. Beberapa pegawai di sekitarnya tampak mencuri-ciri waktu melirik padanya. "Mami masih pengin bahas-"

"Tentu saja!" Mami mendesahkan napas berat. "Hampir seminggu dan kamu belum bisa berbuat apa-apa. Apa, sih, yang kamu kerjakan?"

"Pagi tadi, aku membuat klarifikasi sekaligus minta maaf meski aku gondok banget karena merasa enggak memiliki salah apa pun pada orang-orang."

Demi kariernya di CRIMSON, Drew terpaksa merendahkan diri. Pak Takhi memuji tindakannya walau terlambat. Hanya saja, jika dia tak segera membersihkan namanya, dia akan hancur.

"Itu karena kamu enggak pernah mau mendengarkan Mami. Sudah, ya. Hubungi Mami segera."

Telepon dari Mami hanya menambah keruwetan masalah ini saja. Drew memasukkan ponsel di saku celana setelah mengirimkan chat pada Mami. Dia bisa bertemu saat ini. Lalu, langkahnya berbalik masuk ke lift. Parfum beraroma jeruk segar membuatnya sadar akan kehadiran sosok lain.

Perempuan berambut hitam kecokelatan itu hanya menatap sekilas. Drew meringis. Pertemuan terakhir mereka di perpustakaan bukan sesuatu yang menyenangkan. Kemudian, dia membuka percakapan. "Sampai saat ini, aku belum pernah bertemu dengan Anne. Kamu menyampaikan pesanku padanya, kan?"

Sosok itu, Eisha, hanya mengerling jengkel dan bergeser ke sudut. "Dia enggak pengin ketemuan sama kamu."

"Oh, ya?" Drew menempelkan tubuh di sisi kanan ruangan sempit ini sembari mengamati penanda waktu di lift. "Padahal, Anne selalu bersemangat bertemu denganku dulu."

Eisha bergerak lebih dulu ketika pintu mementang. Seraya celingukan, perempuan itu mengorek sesuatu di tas kemudian menelepon. Setelah beberapa saat, benda pipih itu sepertinya gagal menghubungkan Eisha dengan seseorang.

Drew masih bisa melihat raut kesal perempuan itu dari samping. Dia mendekat ketika Eisha menoleh dan segera melompat lebih jauh darinya. "Jaga jarak."

"Seriously?" Drew terlongong-longong. Wajah cemas di depannya membuat Drew agak tersinggung. Telunjuknya bergerak ke beberapa titik. "Ada tiga bahkan empat CCTV, aku enggak mungkin menerkam di sini. Lagian-"

"Aku enggak cantik?"

Drew tidak tahan untuk memutar bola mata. "Dengar, aku enggak akan menyentuh perempuan tanpa seizin mereka." Perempuan yang masih tampak berhati-hati itu menggeming. Semestinya, Drew tak perlu memberikan klarifikasi. Apa pun pendapat Eisha sama sekali tidak penting. Akan tetapi, sikap berjarak itu yang membuat Drew harus menjelaskan. "Tanyakan pada temanmu. Dia tahu persis aku enggak suka memaksa pasanganku."

Raut meremehkan Eisha begitu jelas. "Maksudnya, kamu cowok baik-baik, gitu? Lalu, kenapa Anne menyirammu segala saat di kantin? Waktu itu, kalian lagi becanda, ya?"

Sialan. Drew senantiasa masih ingin membela diri. "Omonganku pada Anne memang kasar. Tapi, itu enggak ada hubungannya dengan gosip yang belakangan ini menjadi konsumsi kalian."

"Gosip?" Eisha mengernyit. "Ah, video itu editan? Pantas aja kamu bisa secuek ini."

Astaga, perempuan ini! Eisha ternyata jauh lebih menjengkelkan ketimbang sahabatnya. Drew melangkah mundur. "Well, aku berniat memberikan tumpangan karena kamu sahabat Anne, tapi sepertinya enggak perlu."

"Maaf saja, tapi aku enggak sudi."

Sembari beranjak menuju mobil, Drew sangat ingin berharap seseorang yang perempuan itu nantikan tidak kunjung muncul.

***

Mami ternyata tiba lebih dulu di restoran favoritnya. Drew mengetahui itu ketika pramusaji yang tampak tegap mendadak menyambut kedatangannya, lalu menyilakan ke ruangan privat yang sering Mami kunjungi.

Sebelum melangkah ke dalam, Drew sempat menanyakan menu apa yang Mami pesan. Dia meminta tambahan steak kemudian bergegas pergi. Di ruang privat tersebut berada di lantai dua yang dinding kacanya memperlihat bangunan tinggi di sekitar restoran. Mami, yang selalu tampak cantik, duduk melamun di meja melingkar di tengah ruangan.

"Sore, Mam." Drew mendekat lantas mengecup pipi Mami yang balas dengan menepuk lengannya. "Aku khawatir Mama menunggu terlalu lama."

Rambut bergelombang hitam yang berada di pundaknya, segera Mami singkirkan ke belakang. Dia menunjuk kursi di belakang Drew. "Aku sampai sepuluh menit yang lalu. Baru saja aku Papa menghubungiku."

Pintu di belakang mereka terkuak. Pramusaji yang sempat menyapa Drew mendorong troli hingga berada di samping meja. Begitu tutup makanan terbuka, aroma lezat mendadak terhidu sangat lezat.

"Jadi, apa yang menghambatmu hingga masalah ini berlarut-larut?"

Drew yang sedang memegang sendok dan garpu, hanya melirik sebentar. Empat bulan mereka tidak bertemu, tetapi Mami bahkan tak mau berbasa-basi. "Apa ada wartawan yang menghubungi Mami?"

"Lebih dari itu. Mereka bahkan mengincar beberapa model dan bertanya apa mereka pernah jadi korbanmu." Mami bersedekap dan menatap begitu intens. Mata hitam itu seolah laser yang menyorotnya.

"Kurasa, dampaknya lebih dari itu. Maaf."

"Aku enggak butuh maaf, Drew." Sesaat, Mami memijat kepala. Wajah mulus dan putih itu terlihat keruh. "Terpenting, kamu menyelesaikan segera. Karier kita berdua taruhannya."

"Pihak kelab enggak mau membuka CCTV." Saat di perjalanan menuju kemari, Drew menemukan titik terang. Ya, akhirnya. Dia melakukan beberapa panggilan. Beruntung, salah seorang rekan bisa membantunya. "Aku sudah menemukan solusinya."

"Tetap saja, semestinya kamu bisa menyelesaikan ini jauh lebih cepat, Drew. Postingan EM seringkali dibanjiri komentar jahat." Elegant Management merupakan agensi yang begitu berarti bagi Mami. Citranya selalu bersih. "Aku pengin memastikan lagi. Kamu beneran enggak pernah tidur dengan salah satu model EM?"

"Mami!" Drew menelan pahit mendengar tuduhan tersebut. Jika Pak Takhi atau Eisha mencurigainya, itu tidak masalah. Sulit baginya mendengar tuduhan menyakitkan dari ibunya. "It's too much."

"Atau kamu pernah mengejar salah satu dari mereka?"

"Never!" ujar Drew. Kali ini dia tak mampu menyembunyikan kekesalannya. "Mami percaya kalau aku sungguh melecehkan seseorang?"

"Well, aku enggak tahu. Don't get me wrong. Kamu yang berjarak hingga kadang aku enggak benar-benar memahamimu."

Pertemuan ini akan berlangsung singkat. Drew tidak akan mencederainya dengan mengungkit banyak alasan kenapa Drew menjauhi Mami. "Aku memang enggak seperti anak kesayanganmu yang lain, tapi bukan berarti aku bajingan."

"Ya, katakan itu pada perempuan yang sakit hati padamu, Drew. Dua modelku pernah menyebutmu berengsek."

"Aku enggak pernah mendekati orang-orang yang bekerja di agensi Mami. Kecuali ada di antara mereka yang mengejarku dan bertingkah menyebalkan. Ya, jika merasa sebal, aku terpaksa menggunakan kata-kata kasar agar mereka pergi."

Mami memasukkan sesuap makanan vegetarian di depannya. Setelah berhasil mengunyah, beliau bangkit dari kursi. "Drew, jangan membuatku menunggu terlalu lama."

Menuntut dan egois. Seperti itulah Mami. Dia kerap bertanya-tanya, kenapa perempuan itu berubah begitu drastis? Rasanya, Drew merindukan sosok Mami bertahun-tahun lalu.

***

Pinrang, 06 September 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro