Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Accidentally Meet

9. Accidentally meet.

"Email dari Marketingnya pak Daniel udah lo follow up ke Bu Gita belom?" Suara Brandon membuat tatapanku terlepas dari layar laptop.

"Udah, gue cc ke lo sama Pak Steve juga. Coba lo cek." Ucapku sebelum kembali fokus pada pekerjaanku. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore dan seharusnya di hari Jumat aku memiliki waktu senggang. 

Jika saja pihak Brooke Co. tidak secara tiba tiba mengirim email setelah makan siang dan membuat tim kami ketar ketir menyelesaikan permintaan mereka.

Entah sudah berapa lama aku berkutat dengan pekerjaanku, hingga akhirnya aku sudah menekan tombol send di emailku.

Aku mengangkat kedua tanganku ke udara dan mengulat untuk merenggangkan tubuhku ketika aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aku menoleh ke kubikel Brandon yang ternyata juga melakukan hal yang sama denganku.

"Nonton, yuk." Tawar Brandon saat ia menyadari aku melihat ke arahnya. Memang aku maupun Brandon lebih sering menghabiskan waktu di mall ketika pulang bekerja di hari Jumat. Karena kau tahu lah, kemacetan di hari Senin, Rabu, dan Jumat adalah yang terparah.

"Mau nonton apaan? Nggak ada film bagus, Bran. Mending ngopi aja." Usulku. Brandon meraih ponselnya, mungkin mengecek jadwal film yang tayang di mall sebrang kantor kami.

"Yaudah deh, yuk jalan dulu." Brandon menarik tanganku menuju lift. Aku pun hanya mengikutinya karena malas berdebat.

"Taro barang dulu ya di mobil lo." Ujarku sambil melepas blazer yang menutupi jumpsuit hitam bercelana panjang yang ku kenakan.

•••

Aku melangkahkan kakiku menuju salah satu kedai kopi yang cukup besar di area west side Grand Indonesia setelah membiarkan Brandon mengantri tiket bioskop di atas.

Ku lihat keadaan kedai kopi itu tak terlalu ramai, cukup beruntung karena biasanya pada hari Jumat sangat sulit untukku mencari tempat untuk bersantai. Aku pun mulai mengantri setelah sebelumnya meletakkan paper bag berisi belanjaanku di salah satu meja dekat pick up line.

Tinggal dua orang lagi yang mengantri di depanku, ketika aku merasakan seseorang memperhatikanku. Aku menoleh dan melihat lelaki asing di belakangku menyunggingkan senyum ketika aku menoleh. Wajahnya familiar, namun aku menggeleng tak yakin sebelum kemudian kembali berbalik dan memesan minuman untukku juga Brandon.

Aku pun langsung duduk di meja yang telah ku siapkan sebelumnya ketika orang itu menyapaku.

"Sorry, are you Kirana?" Tanya lelaki itu. Aku sedikit terkejut karena ia mengenalku dan aku tak merasa aku pernah mengenalnya. Mungkin pernah, namun aku lupa.

"Yes, i am. But... Who are you?" Tanyaku sopan. Ia terlihat tersenyum lega lalu menatapku lagi.

"Oh, thanks god aku tidak salah mengenali kamu. Aku Rob, from Tinder." Ucapnya santai, membuat ekspresi bingungku menjadi normal kembali. Pantas saja aku merasa tak asing dengan wajahnya, ternyata ia adalah orang yang beberapa minggu ini sering melakukan pembicaraan singkat denganku.

"Ya ampun, sorry banget gue nggak recognize lo, mas. Nggak papa kan gue panggil mas." Aku mengajaknya untuk duduk bersamaku sebelum memulai pembicaraan.

"Thats alright, mungkin karena aku hari ini menggunakan pakaian yang formal jadi kamu tidak mengenalku," Kekehnya, aku pun menyisir rambutku ke belakang karena masih tak enak karena tak mengenalinya. "By the way, kamu minum dua gelas?"

Aku tertawa saat mendengar pertanyaannya, "Bukan, ini punya temen gue, mas. Itu dia temen gue!" Aku menunjuk Brandon yang sudah berada tak jauh dari tempatku, dan melambaikan tangan ke atas agar ia tak mencariku.

Ketika Brandon tiba di meja yang ku tempati, baik Brandon dan Rob terlihat terkejut namun kemudian berjabat tangan dan tersenyum lebar.

"Nggak di sangka bisa ketemu bapak disini. Apa kabar pak?" Sapa Brandon ketika ia meraih minuman yang ku sodorkan padanya. Aku mengernyit bingung, mereka saling mengenal?

"Saya kan udah bilang, jangan panggil saya pak. I feels like an old man." Candanya. "Kamu kekasih Kirana?" Lanjutnya yang membuat aku maupun Brandon membulatkan mata lalu tertawa.

"Bukan, bukan. Brandon itu sahabat gue, mas." Jelasku. "By the way kok kalian bisa kenal?" Aku menyampaikan rasa penasaranku ke arah Brandon.

"Oh iya, gue baru inget lo nggak ikut waktu gue ngeclub sama Harry. Gue ketemu dia di sana sama pak Daniel, pak Robert ini abangnya pak Daniel." Jelas Brandon yang langsung membuatku terkejut setengah mati. "Terus lo sama pak Robert kenal dari mana dong?" Brandon menatapku dan Rob secara bergantian.

Bagaimana bisa aku tak menyadarinya? Mereka begitu mirip! Well, sepertinya secara tak sadar aku melakukan pendekatan dengan kakak beradik sekaligus.

"Ah, saya malu menceritakannya. Saya mengenal Kirana dari Tinder." Rob menatapku sambil menggaruk kepalanya seakan salah tingkah. Namun reaksi Brandon sangat berbeda dengan saat aku menceritakan perkenalanku dengan Devanno di tinder.

"Ya ampun, bapak main Tinder juga? Emang tuh si Keena lagi seneng main Tinder pak." Ujarnya santai sambil menatapku jahil. Aku memutar bola mataku, membiarkan mereka asik dengan menggodaku.

"Ya kan gue main tinder di kenalin lo, Bran." Gerutuku saat mereka tak berhenti menggodaku. "Nonton jam berapa, Bran?" Tanyaku saat melihat jam di tanganku.

"Jam 9, princess. Oh ya pak, sendirian aja ke sini?" Jawab Brandon yang kemudian beralih pada Rob. Aku mencibir karena panggilan princessnya padaku. Terakhir kali ia memanggilku seperti itu adalah ketika aku merajuk di pesta rumah Carter saat kuliah.

"Iya, saya tadinya mau belanja beberapa hal karena ternyata kedua putri saya datang lebih cepat dari perkiraannya." Jelas Rob. Aku menatapnya seakan berkata 'benarkah?' Dan ia membalasnya dengan tersenyum.

"Datang lebih cepat? Bersama istri bapak?" Ku lihat wajah Rob berubah. Aku langsung menyikut lengan Brandon dengan keras membuatnya mengaduh dan menatapku tajam.

"Sayangnya, aku sudah lama bercerai dengan istriku. Louisa dan Zara hanya datang bersama asistenku." Ucap Rob seraya memberikan senyum tipis yang sangat terlihat di paksakan.

•••

"Kok lo nggak cerita, Keen?" Brandon memulai pembicaraan saat kami sudah berada di mobil. Aku menoleh kearahnya bingung. Cerita apa? "Kalo lo kenal pak Rob di Tinder? Siapa lagi yang lo kenal di Tinder?" Lanjutnya.

Aku hanya diam memilih tak menjawab ucapannya. Terkadang, Brandon bisa seperti ibu ibu penggosip yang tak akan berhenti berbicara hingga ia lelah dan puas dengan ucapamnya.

Aku meraih ponsel yang ku letakkan di dashboard, lalu membuka beberapa pesan dan beralih ke instagram.

"Keen, jawab kek." Brandon terlihat sangat kesal ketika aku hanya meliriknya dan kembali asyik dengan ponselku.

"Abisan lo bawel. Jadi gue mending nggak cerita. Mana gue tau lo kenal sama Rob." Ucapku. "Emang kalo gue cerita lo gimana? Marah marah lagi kayak waktu gue deket sama Devanno?"

"Bukan gitu, Keen..." Brandon melembut seraya memelankan laju mobilnya, "We're never hiding anything from each other. Rasanya aneh aja kalo kali ini lo nggak cerita apapun."

Memang benar, selama ini kami tak pernah menyembunyikan hal apapun satu sama lain. Dan bukannya sejak awal aku selalu bertanya pada diriku sendiri tentang 'apa semua baik baik saja?' Atau 'apa aku harus menceritakannya pada Brandon?' Dan begitu seterusnya.

"Alright, stay at mine tonight? Kita punya semaleman buat saling cerita, bukan?" Ucapku yang tentunya di balas antusias oleh Brandon.

We'll always going to be like this, right?

---

Hallo... Apa kabar semua. Btw udah lama menghilang dari peradaban wattpad saking sibuknya di kampus :)

And yes, aku sekarang sudah jadi mahasiswa semester 3 jurusan perhotelan! Bentar lagi job :(((

Selamat membaca ya smua. Semoga aku cepet ngejar update nya!

Xoxo,
Babykeen.
3rd of September 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro