Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6 - The Father of Two Kids

6. The father of two kids.

Aku melangkahkan kaki ku dengan cepat menuju kotak besi lantai kantorku. Jam sudah menunjukkan pukul 12 tepat pertanda aku hanya memiliki waktu 90 menit untuk makan dan bersiap siap untuk meeting dengan marketing salah satu perusahaan properti. Yang untungnya, kantor mereka berada di gedung yang sama denganku.

Sudah tepat seminggu, aku dan Brandon tak saling berbicara. Melihatku pun ia enggan. Dan aku tak mengerti apa yang sebenarnya ia permasalahkan. Dengan Devanno, hari ini ia yang mengantarku ke kantor, dengan mobilku. Beruntung Brandon dan Devanno tak pernah berada di tempat yang sama secara bersamaan, karena aku tak tahu apa yang sahabat bodohku itu lakukan jika ia melihat Devanno.

Oh ya, dengan Rob, teman baruku di Tinder. Kami tak terlalu banyak bicara karena ia kebetulan sedang kembali melakukan travelling ke danau toba. Sesekali ia mengirimiku pesan dan gambar pemandangan.

Dan dari pembicaraan singkat itulah aku tahu, ia adalah seorang duda, istrinya pergi meninggalkannya dengan seorang pengusaha kasino saat anak bungsunya baru saja lahir dan anaknya masing masing berumur 7 dan 15 tahun, tinggal di New York bersama kedua orang tuanya.

Pintu lift telah terbuka, aku sempat melihat Brandon dan Arlyn masuk ke dalam lift di sebrangku saat aku keluar. Niatku ingin menyapa mereka namun aku teringat dengan pertengkaran kami. Jadilah aku pergi begitu saja keluar dari gedung kami.

Untungnya, aku sudah mengganti sepatuku sehingga tak sulit untuk berjalan di trotoar sehabis hujan. Aku memilih untuk makan di warung soto yang berada tak jauh dari gedung kantorku.

Ketika akan memasuki warung soto itu aku berpapasan dengan lelaki asing bermata biru yang tak asing keluar dari warung itu. Aku menyunggingkan senyuman saat ia menatapku dan berlalu.

Aku tertawa saat menyadari pria asing makan di pinggir jalan yang biasanya dihindari karena menurut mereka kurang higienis. Namun aku berpikir positif, bisa saja lelaki itu memang menyukai masakan ini. Tanpa sadar aku mengangkat bahuku lalu memesan menu makan siangku dan memilih untuk melupakan masalahku sejenak.

•••

Saat ini aku sudah beranjak dari lantai 20 tower tempat kerjaku, aku baru saja menyelesaikan meeting dengan salah satu marketing yang baru ku tahu perusahaannya adalah pemilik tower ini. Aku menggelengkan kepalaku, dan sesekali melirik manusia yang sedang berbicara di sampingku dengan rekan kami yang lain.

Ya, Brandon adalah kepala dari team ku. Untungnya, kami sekarang bertiga sehingga kami tak diselimuti oleh kecanggungan.

"Keen..." Suara itu membuyarkan lamunanku. Aku menoleh tak percaya ke arah Brandon yang tetap dengan pandangan datarnya. "Lo mau tetep dalem lift?"

Setelah mengatakannya Brandon langsung bergerak pergi menjauh, membuat rasa kecewa tertanam di diriku. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju kubikelku dan mengecek layar laptop di meja untuk mengecek email masuk.

Pandanganku beralih ke arah ponselku yang ku letakan di samping laptop dalam keadaan di charge. Aku mencabut kabelnya lalu meraih ponselku. Aku bertanya apakah masih ada pekerjaan lain yang perlu di kerjakan pada Brandon, yang dibalas dengan jawaban singkat. Aku melihat jam di ponselku yang menandakan ini adalah waktu santai kami.

Setiap hari Jumat kami memiliki waktu santai yang biasanya di mulai setelah makan siang jika tak ada pekerjaan yang berat, namun kami tak boleh meninggalkan kantor sebelum waktunya. Aku kembali beralih menatap ponselku. Terdapat beberapa notifikasi disana. Namun yang pertama ku buka adalah aplikasi whatsapp ku.

Devanno: sorry, aku nggak bisa dinner malam ini. Have some stuff to do.
Devanno: next time ya

Keena: thats okay : -)

Aku sedikit kecewa karena tak biasanya Devanno membatalkan janjinya, entahlah sejak tiga hari lalu sikapnya aneh. Aku pun beranjak menuju pesan dari Rob yang membuatku tersenyum.

Rob: Lihat, Kiran... Saya ada di pulau samosir sekarang.

Ia mengirimkanku pemandangan danau toba dari pulau samosir. Aku bergidik ngeri saat melihatnya. Entahlah, sejak aku mengetahui bahwa toba adalah supervolcano dan masih aktif, aku sangat takut untuk menginjakkan kaki disana.

Keena: lo tau nggak, kalau danau toba itu supervolcano yang masih aktif?
Keena: pulau samosir itu adanya tepat di puncak toba? Hahaha

Rob: oh, shit!
Rob: why dont u tell me earlier, Kiran?!
Rob: ahh, mungkin kamu mau menggoda saya saja.

Keena: serius, gue kasih capture nya ya...
Keena: *sent a pict*

"Kak Keen!!! Sibuk amat sih lo sama HP, punya pacar ya lo?!" Tiba tiba seseorang menepuk bahuku, dan ku lihat Arlyn tersenyum sambil menarik bangku kosong untuk mendekat ke kubikelku.

"Boro boro punya pacar." Jawabku acuh. Aku melock ponselku dan beralih menatap Arlyn.

"Club tonight?" Tanyanya, dan tentu saja aku mengangguk antusias.

---

Aku memarkirkan BRV ku di salah satu club yang biasa kami datangi hampir setiap jumat malam. Kulihat di sampingku Arlyn sedang memoleskan lipstiknya. Aku pun meraih clutch ku dan memilih LAX sebagai warna bibirku malam ini.

"Anyway, kenapa lo nggak bareng Brandon?" Aku bertanya pada Arlyn begitu kami berjalan menuju pintu masuk dimana rekan kerja kami menunggu.

"Lo nggak denger tadi Brandon nolak ikut?" Jawab Arlyn santai. Aku tak berkata apapun sampai kami memasuki club dan duduk di sofa yang sudah di pesan oleh Pak Steve, bos kami.

Semarah itukah Brandon kepadaku? Bahkan aku sudah berniat untuk meminta maaf karena nyatanya aku tak sanggup bermusuhan dengan sahabatku itu. Setelah menenggak tiga shot whiskey cola, aku memutuskan untuk turun ke lantai dansa dan memisahkan diri dari rekan kerjaku.

Aku meliukkan badanku di lantai dansa, membebaskan pikiran dan tubuhku, bersikap sedikit nakal hingga kurasakan seseorang menari di belakangku. Ia memegang pinggulku dan meliukkan badannya berlawanan dengan arah badanku.

Ku rasakan bagian bawahnya menegang, sehingga ku tahu bahwa yang berada di belakangku adalah seorang lelaki. Tiga shot whiskey cola tak akan membuatku mabuk, aku sadar jika lelaki ini bisa saja melecehkanku. Namun bukan Keena namanya jika aku tak meladeni lelaki ini.

Aku berbalik dan sedikit terkejut saat melihat wajahnya, namun dengan cepat aku mengatasinya. Aku mengalungkan tanganku di lehernya membuatnya tersenyum miring.

"Not too drunk to know, huh?" Ucapnya.

"Lo masih inget gue, ternyata." Balasku, lelaki bermata biru itu tertawa lalu makin mengeratkan tangannya di pinggulku.

"So, do you want to have some fun?" Dan tentu saja, aku tak akan menyia nyiakan malamku dengan menolak ajakannya.

---

Hello, long time no see! Did anyone missed Keena?! Sebenernya smp chapter 13 gue tinggal publish doang tp gue beneran gak sempet buat edit edit kayak ginian jadilah gue always lama publish nya. Maafkan ya maklum gue masih fase adaptasi di tempat baru dan orang orang baru yang buat gue ngerasa aneh disini. Jadi gue rasa masih lama buat gue untuk merasa nyaman sama tempat ini. But at least i really love this school, this really a place where i really love to be even when everybody hates me and i dont deserve to be here :)

Thats all, hope you love this chapter!

Xoxo,
11th of September 2017
#neverforget911

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro