4 - First Meet
FIRST, LET ME SHOW YOU WHAT MAKES MY DAY SO HAPPY RIGHT NOW :):):)
4. First Meet (+)
Aku meremas tanganku dan sesekali melihat ke jam tanganku. Masih 15 menit lagi dari waktu yang ia janjikan dan aku, sudah hampir 10 menit berada di lobby kantor untuk memastikan baik Brandon ataupun Arlyn telah beranjak dari kantor.
Ya, aku memutuskan untuk tidak menceritakan apapun tentang pertemuanku dengan Devanno.
Lagipula, aku bisa mengatasi semua jika memang apa yang Brandon khawatirkan benar benar akan terjadi padaku. Tak lama, aku melihat range rover berwarna putih berhenti tepat di depan pintu masuk bersamaan dengan getar tanda panggilan masuk yang berasal dari Devanno.
"Aku udah di depan. Kamu dimana, Keen?" Ini pertama kalinya aku mendengar suara Devanno, dan sekarang jantungku berdebar kencang.
"Lo yang pake rover putih? Gue di dalem lobby, gue keluar sekarang." Ucapku kemudian berjalan ke arah mobil itu setelah memastikan dan memutuskan sambungan telepon dengannya.
Deg!
Begitu aku membuka pintu, aku benar benar melihatnya. Sosok yang beberapa minggu terakhir mengisi hari hari ku dalam bentuk pesan itu benar benar nyata. Devanno menatapku sambil tersenyum, aku pun membalas senyumannya sebelum masuk ke dalam mobil.
"Well... Hallo Keena. Finally kita ketemu, ya." Sapanya padaku. "Let's make it proper, aku Devanno." Ia mengulurkan tangannya padaku.
"Keena, nice to meeting you, Dave." balasku sambil membalas uluran tangannya. Lalu kemudian ia mulai melajukan mobilnya kearah keramaian jalanan ibukota.
Aku menatapnya sejenak. Tak ku sangka orang setampan ini menggunakan aplikasi pencari jodoh, disaat ia dapat mengencani banyak gadis dengan cara yang normal. Seperti Brandon, contohnya. Rambut coklat gelap, matanya berwarna biru. Ia pernah berkata bahwa warna mata dan rambutnya di warisi oleh ayahnya yang berdarah Kanada. Dan selain wajahnya yang terdapat beberapa rambut rambut halus (mungkin karena ia belum bercukur), tak ada yang berbeda dari gambar yang digunakannya sebagai profile picture di tinder.
"So... Keena, kamu mau aku masakin apa?" Devanno membuyarkan lamunanku, membuatku menoleh ke arah lain berharap ia tak menyadari bahwa sejak tadi aku memperhatikannya.
"Hmmm... Emangnya lo bisa masak apa?" aku balik bertanya membuatnya tertawa kecil lalu mengacak puncak kepala ku dengan lembut.
"Eh? Aku belum bilang ya kalo aku sempet ambil short course kitchen waktu kuliah? Aku juga sempet jadi chef assistant di The View." Ucapnya bangga. Mulutku membulat saat ia berkata bahwa ia pernah bekerja di The View, salah satu restoran bintang lima terbaik di Manhattan.
"Really?! Gue pernah makan disana sama orang tua gue beberapa tahun lalu, bokap gue bilang susah banget buat bikin reservasi disana! Wow, Dave. You really know how to make me impressed!" pujiku.
•••
Sepanjang perjalanan kami habiskan dengan saling bercanda, sehingga dua jam kemacetan menjadi tak terasa. Saat ini, aku sedang berada di kitchen bar apartemen milik Devanno.
Tak kusangka tadi ia membuatkanku chicken cordon blue, dan rasanya benar benar sama dengan yang pernah ku makan beberapa tahun lalu di The View. Setelah makan, aku menawarkan diri untuk mencuci piring. Namun, ia malah mengarahkanku untuk duduk di kitchen bar dan ia yang melakukannya.
"Kamu kan tamu, jadi nggak sopan dong kalo aku biarin kamu nyuci piring." ucapnya setelah ia selesai mengeringkan tangannya dan duduk di hadapanku.
"Tapi, kan lebih nggak sopan lagi kalau lo nolak niat baik gue." balasku sebal. Ia kembali tertawa dan mengacak rambutku. Dan ini adalah ke tiga kalinya ia melakukan itu.
"Udah, yuk. Mending kita nonton aja. Kebetulan aku baru aja refresh film baru di netflix." Devanno menarikku ke sofa, dan menyalakan TV besar yang tergantung di dinding ruang tamunya. "You choose the movie. Aku ke kamar dulu ya, mau mandi." lanjutnya dan pergi ke kamarnya tanpa menunggu jawaban dariku.
Aku beralih mengambil remote dan mulai mencari film yang setidaknya menarik perhatianku, hingga akhirnya aku menemukannya. Dan entah sudah berapa lama berlalu, tiba tiba Devanno sudah duduk di sisi kanan sofa yang ku duduki dan meletakan satu tangannya di belakangku.
"Nonton apa?" tanyanya padaku. Aku hanya mengangkat bahu lalu menyenderkan tubuhku ke sofa, yang tanpa sadar membuat tangan Devanno beralih ke pundakku.
Aku sedikit tersentak namun tetap berusaha untuk bersikap santai. Padahal nyatanya jantungku mulai menggila, apalagi saat Devanno tahu aku tak menolak rangkulannya. Devanno mengeratkan rangkulannya hingga sekarang kepalaku bersandar di dadanya.
Aku mendongakkan kepalaku untuk menatapnya yang memandang lurus ke arah TV, seolah yang di lakukannya itu adalah hal biasa. Aku memilih untuk membiarkannya dan fokus pada tayangan yang berlangsung di TV.
Entah sudah berapa lama, aku kembali mendongak untuk menatapnya, dan ternyata ia juga sedang menatapku. Kami yang saling tertangkap basah menatap satu sama lain akhirnya memilih untuk tersenyum. Dan entah siapa yang memulai, kini bibir kami mulai berpagutan.
Ciuman Devanno terasa lembut di bibirku, ia menciumku dengan lembut dan perlahan walau terasa jelas ada napsu yang menggebu di sela sela ciuman kami. Hatiku berkata ini salah, bagaimana bisa aku melakukan make out session dengan lelaki yang baru ku temui tiga jam yang lalu. Namun sepertinya, tubuhku sudah mengabaikannya.
Semakin lama, ciuman Devanno semakin menuntut. Dan aku memperdalam ciuman kami dengan mengalungkan lenganku di lehernya, yang dibalas dengan ia yang merebahkan tubuhku di sofa. Kami saling memainkan lidah, sesekali ia menghisap bibir bawahku juga menggigitnya. Membuat kewanitaanku semakin berkedut meminta lebih.
Ditambah lagi, ini adalah pertama kalinya aku melakukan kegiatan intim seperti ini sejak enam bulan lalu, saat aku mengakhiri hubunganku dengan Dion, kekasihku sejak 3 tahun lalu.
Puas bermain dengan bibirku, ciuman Devanno beralih ke tengkukku. Ia mengecup dan menjilati seluruh sisi yang bisa di gapainya. Sesekali menggigit pelan daun telingaku, and that's what make me want him even more.
"Dont... leave any marks, please." Ucapku di sela sela desahan. Namun sepertinya ia tak akan mendengarkannya, karena sekarang ia menghisap pelan salah satu sisi pundakku lalu mengecupnya.
Salahku yang melepaskan blazer saat aku hanya menggunakan kamisol sebagai dalamannya. Kini Devanno kembali mengecup bibirku cepat, lalu menatapku intens. Seakan meminta persetujuan untuk melakukan lebih.
Aku yang sudah di kuasai oleh gairah hanya mengangguk pelan. Masa bodo dengan apa yang akan di pikirkan orang lain nantinya. Aku tak bisa menahan gairahku lagi.
Dengan anggukan itu, ia kembali memagut bibirku lagi dengan kasar. Mengisyaratkanku untuk berdiri dan aku mengikutinya tanpa melepaskan penyatuan bibir kami.
"Jump!" bisik Devanno di sela sela ciuman, dan aku menurutinya. Aku mengalungkan kedua kakiku di pinggangnya dan ia langsung meletakkan satu tangannya di bawah bokongku. Kali ini aku yang mulai mengeksplor tengkuknya, menciumi lehernya juga sesekali menjilatnya dari bawah ke atas di saat ia mulai berjalan untuk membawaku ke kamarnya.gitu memasuki kamar, ia melempar tubuhku pelan ke arah ranjang. Dan tanpa menunggu lagi ia kembali memagut bibirku seraya menarik kamisol ku untuk membukanya.
Kini ia dapat melihat bra hitamku dengan jelas, dan mulai mengeksplor lebih jauh dari sekedar leherku. Tangannya mulai meraba perutku, lalu naik ke arah payudaraku. Satu tangannya mengelusnya lembut lalu menangkupnya dan meremasnya pelan.
"Aaah..." Aku mendesah saat mulutnya sudah berpindah menciumi leherku lagi. Dan sekarang kedua tangannya sudah mulai memainkan payudaraku yang masih tertutupi oleh bra.
Satu tangan Devanno mulai meraih pengait braku yang memang berada di depan dan membukanya. Aku membantunya untuk membuka braku hingga sekarang, aku telah bertelanjang dada di depannya. Ku lihat ia menjauh untuk melihat pemandangan toplessku, namun tak lama karena wajahnya sekarang langsung berada di salah satu payudaraku.
Ia langsung menghisap putingku sambil memainkan lidahnya diantara aerola ku, kemudian putingku dijilat dari bawah ke atas kadang berputar. Tangannya pun tak berhenti bermain di payudara ku yang satunya. Membuat kewanitaanku makin berkedut dan semakin basah. Ia melakukannya secara bergantian dan itu membuatku semakin menggila.
Puas bermain dengan payudaraku, ia kembali bemain dengan bibirku, tangannya merengkuh pinggangku seraya membuka kaitan pencil skirt ku. Tanganku pun sekarang tak bisa diam, aku mulai meraba dadanya, lalu dengan cepat melepaskan kaus hitam yang di kenakannya.
Aku merasakan penis Devanno telah keras di balik celana karetnya. Dan aku juga merasakan bahwa ia tak mengenakan apapun dibalik celananya. Membuatku bertanya tanya, sebesar apa penis miliknya hingga dapat menyentuh perutku.
Tangan nakalku sepertinya bergerak sesuai pemikiranku karena sekarang ia mulai berani turun ke perut Devanno hingga menyentuh kejantanannya, Devanno sedikit tersentak dan mengeram ketika merasakan tanganku mulai menyentuh penisnya, disaat ia sedang sibuk membuka skirtku juga mulutnya bermain di payudaraku.
"Nakal." Ia berkata sambil menyeringai mesum sebelum kemudian mengecup bibirku dan mulai mengecupi seluruh tubuhku, dari bibir, leher, kedua payudaraku, lalu menjilat perutku dari atas ke bawah. Membuatku menjerit diantara geli dan nikmat.
Kini tanganku tak hanya mengelus penisnya, tapi menggengamnya sambil menaik turunkan tanganku di penis yang masih terbungkus dengan celana. Genggamanku terpaksa terlepas saat ia semakin menuruni kecupannya. satu tangannya menyentuh ujung thong hitam yang ku kenakan dan satu lagi berusaha membuka kedua kakiku hingga ia dapat melihat dengan jelas bentuk vaginaku.
Devanno memulai eksplorasinya di bagian bawah tubuhku, menggodaku dengan menyentuh paha dalamku dengan lembut ke atas dan kebawah.
"Aahh... Uhmm..." Aku terus mendesah saat sekarang ia mengganti tangannya dengan bibir dan hidungnya. Sensasi napas juga jilatannya di paha dalamku membuatku menggila. Ia terus menggodaku tanpa menyentuh bagian vaginaku. Hingga aku sendiri yang menggoyangkan pinggulku agar ia mau menyentuhnya. Namun sepertinya ia ingin bemain lebih lama. Membuatku terus mengerang, mendesah, dan menjerit diantara kenikmatan yang diberikannya dengan frustasi.
"Dave... Please... Uhmmm..." Aku memohon padanya. Sesaat Devanno menghentikan aktivitasnya untuk menatapku menyeringai. Oh, sial! Ia menggodaku.
"Please what, babe? Tell me!" Ia melanjutkan rangsangannya pada tubuhku dengan jemarinya. Membuatku terus menerus mengumpat.
"Please... Touch... Me... Gue... Ahhh..." Ucapku terpotong saat tiba tiba saja Devanno akhirnya mengecup kewanitaanku dari depan tali yang hanya menutupi garis kewanitaanku.
Devanno menyampirkan thongku dan mengecup kewanitaanku yang sudah sangat basah. Perlahan ia membuka belahan kewanitaanku dan sekarang ia telah melihat dengan jelas betapa aku sangat menginginkannya memasukiku dengan keras.
Ia kembali mengecup kewanitaanku, kali ini dengan bebas karena tak ada lagi yang menghalanginya. Aku menutup mataku untuk menikmati cumbuannya di bawah sana, dan sesaat aku tersentak. Di saat sesuatu yang lembut dan hangat mulai bermain di vaginaku, naik turun, sesekali menghisap, hingga akhirnya menemukan titik rangsang tertinggiku.
"Ohh... Fuck!" Umpatku saat Devanno tak lagi hanya bermain dengan lidahnya. Ia mulai memasukkan satu... dua... jarinya ke dalam lubangku, saat lidahnya berputar di klitorisku. Kedua kakiku bergetar hebat menahan gairah, tanganku berada di antara rambut Devanno dan sesekali menjambaknya.
Aku mendesah, mengerang memanggil nama Devanno, bahkan sesekali menjerit saat ia menekan lidahnya lalu memutarnya di klitorisku. Hingga akhirnya aku merasakan sebentar lagi pelepasanku akan tiba, aku langsung menggengam apapun untuk menahan rasa nikmat ini.
"Dave... Gue... Ahhh...." Seakan tahu apa yang ku maksud, Devanno semakin mencumbu vaginaku dengan cepat, hingga ku rasakan sesuatu keluar di bawah sana... lebih seperti cairan dan membuat tubuhku merasakan lega.
Oh my god, i just got my first oral orgasm! Selama ini aku tak pernah merasakan pelepasan yang sangat hebat seperti sekarang. Aku menatap Devanno yang masih terus bermain di bawah sana, membuat vaginaku mengilu dan nikmat di saat bersamaan.
Hingga saat pelepasanku sudah mulai mereda, ia baru menghentikan permainannya di kewanitaanku. Ia bangkit lalu menyeringai menatapku.
"A squirter, hmm?" ucapnya lalu segera mencium bibirku lagi dengan kasar, membuatku merasakan rasa asin yang aneh yang berasal dari kewanitaanku. Kami melepaskan pagutan ketika ku rasakan Devanno sedang berusaha membuka celananya. Aku pun mengerti dan segera membantu untuk membukanya. Penisnya yang menyembul adalah hal pertama yang ku lihat setelah celana Devanno terlepas. Ukurannya memang lebih baik dari ukuran lokal, namun tak bisa kukatakan jika ini adalah yang terbaik yang pernah ku lihat.
Devanno sedikit mendorongku, membuatku kembali merebahkan diri di ranjang. Lalu memposisikan diri sebelum akhirnya ia memasukiku dengan perlahan. Ya tuhan, aku menggila!
"Aahhh..." Desahku saat penis Devanno sudah sepenuhnya berada di dalamku. Ia tak langsung menggerakkan tubuhnya, membiarkanku terbiasa dengan keberadaan dirinya di dalamku.
Namun, vagina ku yang terus berkedut tak bisa menahan sensasi yang ku dapat saat Devanno memasukiku membuatku menggerakan badanku agar ia memulai goyangannya.
Keluar... masuk... Devanno melakukan gerakan itu dengan pelan, sesekali mendesah. Lalu ia mempercepat gerakannya saat kedua tanganku meraih tubuhnya untuk ku peluk. Memang ia bukan lelaki pertama untukku, namun penisnya terasa sangat pas di dalam tubuhku.
Tiba tiba Devanno melepaskan penyatuan kami lalu dengan cepat membalikkan tubuhku, sehingga kini posisiku menjadi bertumpu diatas kedua lututku dan tubuh atasku menempel di ranjang. Lalu tanpa aba aba ia langsung menghentakkan penisnya dengan cepat dan keras.
"Akhh... Dev... Sakit..." Pekikku, yang tentunya tak dihiraukannya yang sudah dipenuhi gairah. Aku meronta saat merasakan Devanno makin menghentakkan penisnya dengan keras dan cepat, namun aku tak bisa mengelak bahwa aku menyukai caranya menyentuhku.
Ia terus menghujamku dengan keras dan semakin dalam, hingga kurasakan kepala penisnya menyentuh titik terdalamku, membuat tubuhku bergetar merasakan nikmat yang baru kali ini ku rasakan. Melihat tubuhku yang bergetar, Devanno memompa tubuhnya dengan keras dan semakin dalam, hingga tak lama setelah ia melakukan ini aku merasakan sesuatu yang akan meledak di dalam tubuhku.
"Ahhh... Ahhh... Ahhh... Dev... Gue... Arghhh... Devanno!!! Emhh... Gue... Mau... Keluar!!!" Racauku. Bahkan aku tak memperdulikan ucapanku yang semakin nakal dan kotor keluar dari mulutku. Seperti sadar dengan ucapanku, Devanno makin mempercepat laju hujamannya, bahkan ia mulai melakukan gerakan memutar setiap menyentuh titik terdalamku.
"Shit... Dev!!! Ahhh... Gue... Ahhhhh..." Akhirnya aku merasakan vaginaku mengencang, lalu berkedut mengeluarkan sesuatu dengan hebat. Rasa geli menjalar ke seluruh tubuhku, ditambah lagi Devanno masih terus menghujamku di sela sela hujamanku.
Vaginaku seperti merasakan orgasme tanpa henti. Bahkan ketika hujaman Devanno mulai tak beraturan, lalu kurasakan penisnya semakin membengkak di dalamku. Semakin cepat, semakin keras...
"Fuck... Arghhhh... Dev... Gue... Ahhh... Ehmmm... Keluar.... Lagi..." Hingga ku lihat Devanno mencabut miliknya bersamaan dengan orgasme keduaku. Aku terlalu lemas untuk membuka mata, tapi yang kulihat adalah Devanno mengarahkan penisnya diatas pubic ku, lalu mengocok penisnya hingga ia mengeluarkan cairan putih hangat diatas perutku, dadaku, sedikit mengenai rambutku yang tergerai juga bibirku. Spermanya mengalir dengan deras dan banyak, membuat batin jalangku menggila untuk meraba cairan putih itu lalu menghisapnya habis. Tapi, otakku lebih dulu menguasai pikiranku, sehingga yang kulakukan adalah menjilat bibir bawahku juga menghisap jariku yang terkena sperma Devanno.
Asin, tapi gue suka. Pikirku nakal. Devanno merebahkan dirinya disampingku setelah ia membersihkan bibit bibit masa depannya yang berceceran di tubuhku.
Tak ku sangka, pertemuan pertamaku dengan orang asing dari dunia maya membuatku merasakan nikmatnya multi orgasme. Dan sepertinya aku... Menyukai sensasi ini.
---
Fun fact: setiap nulis adegan dewasa gue selalu ngakak sendiri dan merasa jijik dengan jiwa kotor gue. Hope u like it!
Xoxo,
19th of July 2017
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro