Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. Truth or Dare?

Hi guys! Gue tau gue bajingan untuk tidak update Keena hampir 3 tahun. You know lah ya. Gue bikin ini ketika gue sudah jadi mahasiswa (alesan aja sih padahal gue mager ngedit). Apakah masih ada yang menunggu?

So, this chapter was kinda special. Please enjoy this!

11. Truth or Dare

Kepalaku sudah mulai terasa pening, sudah satu jam kami bermain Truth or Dare. Walaupun begitu kami masih sangat sadar. Mungkin karena aku yang terbiasa tinggal di luar negeri juga mereka yang orang asing.

Dari permainan ini, aku tahu alasan Daniel pindah ke Indonesia adalah karena kekasihnya yang meninggal karena kecelakaan tepat saat ia berniat melamarnya. Dan Indonesia adalah kota impian gadis itu. Entah mengapa saat mendengarnya hatiku merasa sakit.

Karena permainan ini juga aku mengetahui bahwa mereka berdua memiliki adik perempuan yang sebaya denganku, yang masih tinggal dengan ibu dan kedua putri Rob di New York.

Ini adalah giliranku, aku harus meneguk satu gelas sebelum salah satu dari mereka bertanya.

"Keena, Truth or Dare?" Daniel menatapku sambil menyeringai. Hal yang kami lakukan setiap mendapat giliran untuk jadi orang yang bertanya.

"Truth." Jawabku mantap. Daniel mencibir meremehkan. Membuatku memukulnya pelan.

"So, Keena... kapan terakhir kali kamu berkencan, maksudku memiliki kekasih?" Sial, inilah pertanyaan yang sangat ku hindari sejak memulai permainan ini.

"Kayaknya sekitar setahun lalu." Jawabku singkat. Daniel mengangkat sebelah alisnya, seakan menunggu lanjutan dari jawabanku. Yang sebenarnya tak ada.

"Kenapa?"

"Dan, remember you only had a chance to ask." Ucapku sambil mengambil shot selanjutnya. "Mas Rob, its your turn." Rob melihatku dan tersenyum.

Ia meneguk segelas liquor itu lalu memandangku dengan tatapan yang sedikit... nakal? Entahlah.

"Truth or dare?" Tanyanya, masih tetap menatapku lekat.

"Truth." Aku kembali meneguk liquor itu sebelum menerima pertanyaan dari Rob, yang terlihat sudah mulai mabuk sekarang.

"So, Keena... tell me, have you ever do threesome?" Aku dan Daniel sama sama membelalakan mata saat mendengar pertanyaan itu.

"What kind of question is that, Mas?!" Protesku. Terlihat sepertinya Daniel juga ingin protes hal yang sama.

"Come on, guys. Bukankah ini truth or dare. Saya bebas kan bertanya dan memberi tantangan apapun?" Rob berkata dengan nada sindiran. Kali ini aku yakin ia sudah mabuk. Karena Rob yang ku kenal tak akan berbicara dengan nada seperti ini. Apalagi memanggilku 'Keena'.

"Okay, gue jawab," aku mengisi gelasku dengan liquor itu, lalu meminumnya sebelum menjawab. "Well, of course i have."

Setelah menjawab itu ku lihat Daniel menatapku tak percaya. Begitu pula dengan mimik wajah Rob.

Well, bukankah tak semua gadis baik itu benar benar baik?

"Kenapa? Gue tinggal di Amerika waktu kuliah. Wajar kan kalo gue pernah ngelakuin hal hal yang nggak wajar di Indonesia?" Aku menjelaskannya dengan santai. Lagi pula, aku tak pernah suka jika dianggap sebagai gadis baik.

Daniel menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu menjawab penjelasanku. "Yeah, aku lupa kalau kamu nggak pure keturunan timur."

Kemudian permainan kembali di lanjutkan. Tak sadar, kami mulai bertanya dan memberikan tantangan di luar batas kami saat sadar. Mulai dari pertanyaan pertanyaan sensitif tentang kehidupan pribadi kami, hingga seks. Dan jujur, pertanyaan pertanyaan hingga tantangan yang mereka berikan padaku membuatku panas dan basah di bawah sana.

Hingga akhirnya tersisa dua shot liquor yang sialnya harus menjadi bagianku sebagai penutup permainan ini.

"Oke, Keena. Truth or Dare?" Rob menyerobot bagian Daniel yang seharusnya bertanya lebih dulu. Mungkin jika aku masih sadar sepenuhnya aku akan protes, namun sayangnya alkohol telah mempengaruhi otakku walaupun aku masih dapat mengingat malam ini begitu aku terbangun esok pagi.

"Because its the last turn, i choose dare." Ucapku dengan percaya diri. Lagipula Rob tak akan memberi tantangan yang aneh bukan? Pastinya, jika ia sadar. Namun tantangan yang diberikan Rob padaku sekarang membuatku merasa marah juga bergairah di saat bersamaan.

"I dare you to do threesome with me and my brother."

•••

Aku melihat Daniel yang menatap kakaknya marah. Ku rasa Daniel juga belum terlalu mabuk, sehingga ia masih memiliki tingkat kewarasan. Sebenarnya kewanitaanku mulai berkedut gatal ketika Rob mengatakan hal itu.

Aku pernah mengalami seks yang super luar biasa dengan adiknya, dan otakku mulai berandai andai apakah jika aku bisa merasakan kejantanan dua kakak beradik ini sekaligus, aku akan mendapatkan seks yang lebih hebat dari yang aku rasakan saat bersama Daniel? Lagipula aku belum pernah mencoba mmf sebelumnya, dan aku selalu ingin merasakan rasanya di sandwich oleh dua orang sekaligus.

"Are you nuts, Rob? Keena bukan cewek cewek yang sering kita bagi dulu!" Daniel mengangkat kerah kaus Rob dengan kasar. Dan hatiku terasa hangat ketika Daniel berkata seperti itu. "Keen, kamu bisa minta dare ke aku. Dan aku akan dare kamu agar kamu menolak tantangan kakakku yang mabuk ini."

"Saya nggak mabuk, adik kecil!" Ku dengar Rob memprotes dengan gumaman.

"Kamu nggak akan manggil aku adik kecil jika kamu nggak mabuk, kak." Desis Daniel tajam. Hatiku berkata supaya mengiyakan permintaan Daniel, sialnya seperti yang ku katakan tadi sebagian otakku telah kehilangan kewarasannya karena alkohol. Bahkan aku tak menyangka aku akan berkata hal ini selanjutnya.

"No, Daniel. Gue mau ngelakuin tantangan dari Rob."

Hening sesaat. Ku lihat Daniel melepaskan cengkramannya dari kerah pakaian Rob, dan menatapku tak percaya. Aku juga dapat menangkap gairah yang sama dari matanya namun dengan cepat di tepisnya. Aku beralih ke menatap Rob yang kali ini menyeringai dan bangkit untuk duduk di sampingku.

Tak ada satupun dari kami yang membuka suara hingga akhirnya Rob meraih tengkuk ku dan mulai mencium bibirku lembut. Aku yang terkejut tak membalas ciumannya. Namun Rob menciumku dengan lembut namun menuntut, hingga tak sadar aku mulai memejamkan mataku dan membalas ciumannya. Cukup lama kami saling berpagutan, bahkan sekarang tangan Rob mulai menjalar ke payudaraku yang masih berbalut kaus.

"No bra, hmm?" Bisik Rob di telingaku sebelum ia menggigit pelan telingaku. Aku tak membalas ucapannya dan lebih memilih menikmati setiap rangsangan yang Rob berikan padaku.

Aku berbalik ketika merasa ada tangan lain yang menyentuhku, Daniel sudah setuju untuk mengikuti permainan Rob. Tentu saja aku antusias karena akhirnya bisa melewati batas yang sengaja kami buat, dan dapat merasakan sentuhan Daniel lagi. Satu tanganku merangkul Daniel, memintanya untuk menciumku. Satu tangan lagi ku kalungkan di pinggang Rob yang kini sibuk menciumi leherku sambil meremas payudaraku yang tak disentuh oleh adiknya.

Tiba tiba Daniel menarikku untuk lepas dari sentuhan Rob, lalu mengangkat tubuhku untuk pindah ke sebuah kamar dengan tetap menciumku. Dan kakaknya mengikuti dengan linglung, khas orang mabuk.

Daniel melemparku pelan ke ranjang, diikuti dengan mereka yang naik untuk menghimpit tubuhku. Kali ini, Rob yang berada di depan tubuhku, mencium bibirku dalam, sambil mulai mengangkat croptee ku dan melemparnya ke sembarang arah. Lalu Daniel mencoba untuk membuka legging ku, dan tetap menyisakan thong tipis berenda yang ku kenakan.

Kini, aku yang sudah topless berada diantara kakak beradik yang masih berpakaian lengkap. Rasanya tak adil, sehingga dengan cepat aku membuka satu persatu kancing kemeja Rob dan membuang kemeja itu asal tanpa melepas pagutan kami. Daniel sudah fokus menghisap dan menggigit setiap inchi leherku yang ku yakin besok akan meninggalkan bekas kemerahan.

Aku dan Rob melepaskan pagutan kami ketika mulai kehabisan napas. Daniel tak menyia nyiakan kesempatan itu dan langsung menarikku untuk terlentang, lalu menangkup payudaraku dan menghisapnya. Aku mendesah menikmati perlakuannya. Kurasakan Rob membuka lebar pahaku, dan sesuatu yang lembut dan basah mulai menyentuh bagian dalam pahaku.

Aku merasakan sesuatu berbeda saat merasakan payudaraku dan selangkanganku dipermainkan oleh dua orang yang berbeda. Aku mendesah dan makin terangsang saat memikirkan bahwa aku tak akan membiarkan hal ini hanya akan terjadi sekali seumur hidup.

Rob mulai mengecup daerah vaginaku yang tidak tertutup oleh thong, tangan kanannya memainkan vaginaku yang tertutup oleh kain tipis itu dan tangan lainnya merambat untuk meremas remas bokongku.

"Ahhh..." Aku mengerang kencang dan menekan kepala Rob dan Daniel saat Rob mulai menciumi vaginaku setelah menyampirkan kain tipis itu tanpa perlu repot melepaskannya. Daniel yang mendengar desahan ku semakin semangat untuk menghisap dan memainkan payudaraku secara bergantian, dengan tangannya tetap meremas kedua aset milikku.

Rob membuka bibir vaginaku, dan menjilatnya sekali membuatku menggeliat hingga menaikan pinggulku sedikit keatas. Aku mengangkat kepalaku dan melihat Rob dan Daniel bergantian yang juga melirik kearahku, menyeringai nakal. Membuat aku semakin menginginkan mereka berdua melakukan sesuatu pada tubuhku.

"Kamu suka?" Ucap Rob parau, tetap memainkan jarinya diantara bibir vaginaku. Aku memejamkan mata dan mengangguk, menikmati sentuhan lidahnya yang menggila saat melihat anggukanku.

Daniel kembali menciumku, kali ini sangat lembut seakan ingin menyampaikan perasaannya. Entahlah, saat bermain dengan mereka aku lebih merasa dihargai dibandingkan dianggap murah karena seks bertiga ini.

Aku terus mendesah tertahan disela sela ciumanku dan Daniel. Bahkan kali ini Rob tak hanya memainkan lidahnya, ia menambah sensasi kenikmatan itu dengan memasukan dua buah jarinya dan menggerakannya di dalam vaginaku dengan kencang. Menbuatku memekik bahkan menggigit bibir bawah Daniel.

Aku membalas ciuman Daniel, dan mengalungkan tanganku di lehernya, guna memperdalam ciuman kami ketika kurasakan sesuatu menghentak masuk kedalam tubuhku. Rob sudah memasukkan vaginanya ke dalamku tanpa aba aba. Sensasi perih namun nikmat itu menghantamku dengan cepat karena Rob tak memberi jeda dan menggerakannya dengan tempo yang amat cepat.

"Ahhh... Ahhh... Hmmm..." Aku mencengkram punggung Daniel erat, lalu menatap matanya yang seakan memastikan bahwa diriku baik baik saja. Aku membalasnya dengan sedikit bangkit dari kasur dan mengecup bibirnya. Tanganku turun menelusuri tubuh Daniel yang sedikit berisi karena latihan, dan berhenti tepat di karet celana Daniel. Aku menurunkan celananya, sedikit susah karena aku juga sedang menikmati siksaan nikmat dari sang kakak. Mengerti apa yang kumau, Daniel melepaskan celananya. Memperlihatkan kejantanannya yang sudah ereksi penuh. Dengan cepat aku meletakkan satu tanganku disana.

"Uhhh..." Daniel melenguh saat aku mulai menggerakkan tanganku di penisnya dengan pelan. Ia menatapku seakan memohon, dan aku hanya menatapnya nakal sambil terus mendesah. Dengan tangannya meremas payudaraku yang tak di pegang oleh sang kakak.

Permainan Rob saat memompa tubuhku terkesan kasar, namun aku tetap merasakan bahwa ia memuja tubuhku. Rob mendekatkan tubuhnya untuk menghimpitku tanpa mengganggu aktivitas sang adik. Ia tersenyum menatap kedua mataku, sebelum kemudian ia mengecup keningku, kedua mataku, hidungku, lalu ia mengelus pipiku yang memerah karena menahan gairah lalu kembali mengecupnya secara bergantian, dan akhirnya memagut bibirku dengan lembut.

"Emmmhhh..." Tanganku terus mengocok penis Daniel yang berlutut di sampingku, sesekali meremas penisnya yang sedikit berurat. Sementara tangan Daniel memainkan putingku.

Daniel mengisyaratkan Rob untuk bangkit, dan aku mengerti maksudnya. Segera setelah sang kakak bangkit, aku mendekatkan wajahku kearah penis Daniel. Menjilat kepala penisnya perlahan, membuatnya menggeram. Aku menahan senyum, tetap menggoda Daniel dengan memainkan lidahku tanpa memasukkan penisnya ke dalam mulutku.

"Urgh... Keena, stop... teasing!" Perintah Daniel yang kuabaikan, malah aku mulai menjilati batang panjangnya hingga sepasang bola yang menggantung di bawah sana. Aku meliriknya dan menunjukkan senyum nakal. Ia menatapku kesal lalu dengan cepat ia menarik kepalaku mendekat, tentu saja aku langsung membuka mulutku dan memasukkan kejantanannya.

"Argh..." Kami mendesah bersamaan, sesekali mendengar geraman tertahan dari Rob. Aku memaju mundurkan kepalaku, memutar lidahku di kepala penisnya. Daniel menekan kepalaku untuk memasukkan penisnya lebih dalam lagi. Aku sedikit tersedak karena Daniel terus menghentakkan penisnya walau gerakannya tak kasar.

Cukup lama aku berada dalam posisi seperti ini, tak satupun dari kami yang berbicara. Hanya desahan, erangan, dan makian tertahan yang mendominasi permainan kami saat ini. Akhirnya Rob melepas penyatuannya padaku dan meminta Daniel untuk bertukar posisi. Aku melepas kulumanku, dan Daniel memutar badanku.

Daniel menggesekan kepala penisnya di bibir vaginaku dari belakang, aku mendesah pelan dan saat itulah Rob memasukkan penisnya kedalam mulutku. Aku dapat merasakan rasa diriku yang bercampur dengan cairan asin milik Rob disini. Dengan ganas aku langsung memainkan penis Rob di mulutku, Daniel masih menggodaku dengan terus menggesekkan penisnya tanpa memasukkannya.

Aku mendesah kesal, akupun langsung menangkup penisnya dengan tanganku, langsung memposisikan penisnya tepat di lubang vaginaku, lalu memundurkan badanku hingga akhirnya aku merasakan penis Daniel sudah berada di dalamku. Bahkan ia tak menunggu waktu, dan langsung menghujamkan penisnya dengan perlahan dan makin cepat. Begitu pula dengan Rob yang makin lama menyentakkan penisnya lebih dalam di mulutku, hingga aku tersedak dan tak bisa bernapas.

Entah berapa lama kami melakukan aktivitas ini, akhirnya aku merasakan bahwa aku sudah berada di dalam punya tertinggiku. Gerakan Rob maupun Daniel pun sudah mulai tak beraturan bahkan semakin kasar. Hingga akhirnya...

"Aaahhh..." Kami mendapatkan orgasme secara bersamaan. Orgasme terhebat seumur hidupku. Kurasakan cairan Rob memenuhi mulutku, yang sebelumnya kurasakan dulu sebelum kutelan. Aku menyedot lubang penisnya dan membersihkan sisa sisa cairannya hingga yang tersisa adalah liurku. Daniel melepaskan penyatuannya saat ia melihat Rob telah terlelap di sisi kananku, aku membalikkan badanku ke arah Daniel dan memasukkan penisnya ke dalam mulutku, membersihkan sisa percintaan kami dari penisnya yang masih keras.

Tak lama Daniel melepaskan penisnya dari mulutku, lalu menarik tubuhku untuk berbaring di kasur dengan posisi aku yang berada diantara kakak beradik itu, dan memelukku. Ia menyentuh daguku membuatku mendongak menatapnya yang tersenyum lembut kearahku, lalu ia mengecup keningku setelah itu mencium bibirku.

"Kamu menyesal?" Dengan cepat aku menggeleng dan memeluknya. Aku menempelkan kepalaku di dadanya. Dapat kudengar jantungnya berdetak dengan cepat.

What the fuck did i just do?!

—-

I TOLD YOU GUYS THIS CHAPTER WAS SPECIAL RIGHT. Bakal update chapter 12 secepetnya ya! Bye

Gimme your reaction please

Xoxo,
26th August 2021

BbyKeen

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro