01 - Regita
Seorang gadis tampak memandangi seorang laki-laki yang tampak mondar-mandir di tengah lapangan untuk menyiapkan upacara api unggun yang sebentar lagi akan dimulai, ia bisa saja menghampirinya namun ia gengsi melakukannya.
Regita adalah seseorang yang pemalu dan pastinya ia tidak akan menghampirinya, bukan tanpa alasan ia enggan melakukan hal itu. Selain karena poin pertama, laki-laki bernama Arkham itu salah satu orang yang cukup terkenal di sekolah ini.
"Samperin sana," kata seseorang yang sedari tadi menatap wajah Regita yang berseri-seri, saat melihat pandangan sahabatnya ia mengerti apa yang tengah terjadi.
"Enggaklah, gila apa? Ntar gue digruduk orang-orang," katanya. Gadis itu memang tahu bagaimana reputasi Arkham di sekolah ini, laki-laki itu digadang-gadang sebagai siswa yang paling tampan di seluruh angkatan. Selain tampan, ia juga salah satu pengurus organisasi yang cukup penting di sekolah ini.
Rohani Islam atau sering disebut Rohis, dia adalah ketuanya. Nah di sana adalah masalah terbesar yang sedang menjadi dilema besar dalam hati Regita, ia menyukai Arkham begitu pun sebaliknya. Namun, Arkham adalah salah satu orang yang menjadi panutan dan seharusnya tidak berpacaran.
Untuk hal itu, mereka menjadi dilema untuk menjalani hubungan yang sedikit terlarang ini. Pacaran memang dilarang dalam agama mereka, namun ucapan Arkham tempo lalu membuat hatinya sedikit bimbang.
"Gue enggak apa-apa dikeluarin dari Rohis asal gue bisa sama lo, Ta."
Hati siapa yang tidak meleleh? Apalagi dirinya sudah lama menyukai pria itu meskipun tidak menunjukkannya, ucapan sepele yang mampu menggoyahkan imannya.
"Lagi pada ngapain di sini? Kumpul di lapangan, sudah mau mulai acaranya," kata seseorang yang bisa membuat jantung Regita berdebar kencang.
Alifa segera berdiri dan menarik tangan Regita, langkah mereka terhenti saat Arkham mengucapkan sesuatu dan pastinya membuat hati Regita berdebar.
"Kalau dingin jaketnya dipakai," katanya, Regita melirik ke arah jaket yang dipegangnya dan mengangguk mengerti kemudian mereka segera melangkah menuju lapangan untuk berkumpul dengan teman-teman yang lain.
"Lo yang diperhatiin gue yang baper, bener-bener ya," kata Alifa dengan tawanya, Regita yang mendengar hal itu pun hanya meringis kecil. "Arkham so sweet banget sih, gue jadi pengen punya yang begitu satu."
"Kayak Arkham? Jangan deh."
Alifa yang mendengar hal itu pun mengerutkan keningnya. "Kenapa? Lagian bukan Arkham ini, gue enggak merebut pacar orang, Ta."
"Bukan, dia ketua Rohis dan pastinya enggak boleh pacaran. Makanya gue bilang jangan, bikin dilema Alifa."
***
Dorrr!
"Dih, jangan melamun, Neng. Nanti kesurupan repot, Aa Arkham lagi sibuk soalnya. Nanti siapa yang nolongin?" kata Aji dengan santainya, Gita yang mendengar hal itu pun langsung menoleh ke kanan dan kiri melihat reaksi orang-orang terhadapnya.
Untung saja orang-orang tengah fokus dengan orang yang sedang pentas dipanggung, mereka tidak mendengar ucapan Aji yang tengah meledek dirinya. Aji adalah ketua OSIS yang juga teman satu kelasnya, anak itu sedikit gesrek namun bisa serius dalam waktu yang tepat.
"Emang ke mana, Ji?"
"Penasaran kan jadinya," kata Aji dengan tawanya, Gita yang mendengar hal itu pun tertawa kecil. Saat ini ia duduk di koridor samping panggung untuk melihat pentas yang memang menjadi salah satu lomba di acara ini.
"Tadi sih sama Riyanti mau beli air minum," kata Aji seraya menatap perubahan raut wajah Gita, "harusnya sih ada seksi konsumsi, Arkham kan bukan panitia inti harusnya bukan dia sih yang keluar."
Gita yang mendengar hal itu pun mengangguk setuju dengan ucapan Aji, Aji juga salah satu panitia karena ia adalah ketua OSIS.
"Kata siapa beli minum doang, Ji? Orang itu si Riyanti minta diantar beli seblak," kata Alifa yang sedari tadi diam, anak itu melihat Arafah yang turun dari motor Arkham seraya membawa kantong plastik yang ia lihat juga di dalamnya terdapat bungkus makanan.
Aji dan Alifah yang melihat hal itu pun hanya diam saja, Arkham melambaikan tangannya. Gita menatap Aji, mungkin saja laki-laki itu memanggil Aji.
"Tuh dipanggil," kata Aji dengan nada malas namun tidak disadari oleh Gita karena gadis itu terlalu gugup.
"Gue?"
"Iya, Ta. Kayaknya mau dikasih sesuatu," kata Alifah, Gita menatap Arkham dan menunjuk dirinya sendiri. Saat melihat Arkham mengangguk, ia segera melangkah mendekat ke arah pria itu.
"Nih, dimakan ya? Aku pesan yang tidak terlalu pedas kok, aman buat kamu. Semoga suka."
***
Kemah blok adalah perkemahan yang rutin diadakan setiap tahunnya dan wajib diikuti oleh seluruh siswa, SMA Harapan Bangsa membagi tiga kelompok perkemahan yang mana kelas 10, 11 dan 12 diadakan di hari yang berbeda agar lebih terstruktur dan terkontrol oleh panitia perkemahan.
"Belum tidur?"
Regita atau biasa disapa Gita itu menoleh ke arah seseorang yang mengajaknya berbicara, ia terkejut melihat Arkham berdiri di hadapannya. "Eh- iya belum, kenapa?"
Saat ini Gita duduk di bawah pohon yang tidak jauh dari koridor, di sini hanya diterangi cahaya bulan dan beberapa pantulan lampu yang menyala. Lampu yang ada di dekatnya memang sengaja dimatikan oleh panitia, untuk itu Gita memilih di sini bersama teman-temannya.
"Sendirian?"
"Tadi sama Alifa sekarang lagi di kantin beli makanan," kata Gita dengan gugup, Arkham memilih untuk duduk di samping Gita. Keduanya memiliki jarak, tidak terlalu dekat karena Arkham pun menghargai Gita sebagai perempuan.
"Ini sudah malam, kenapa enggak tidur?" tanya Arkham, Gita yang mendengar hal itu pun menghela napas dan memang benar ini sudah larut. Orang-orang pun sudah tidur di kelas yang sudah disediakan, "besok kan ada kegiatan lagi," lanjutnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, perkemahan ini bebas karena panitia tidak mengekang peserta untuk harus tidur karena bagaimana pun ini perkemahan kelas 11. Gita tidak bisa menjawab ucapan Arkham, ia hanya bisa diam saja.
"Besok ikut lomba apa?"
Gita yang mendengar hal itu pun tertawa kecil membuat Arkham tampak terpesona melihatnya. "Enggak berguna di kelas, pastinya enggak ikut apa-apa."
"Aku juga enggak ikut apa-apa," kata Arkham membuat Gita meliriknya dengan lirikan tajam.
"Iyalah, kan panita."
"Ya berarti sama, enggak ikut apa-apa. Tapi kelas kamu lombanya ikut semua kan? Kalau ada yang enggak ikut, bisa dihukum satu kelas."
Gita yang mendengar hal itu pun menatap wajah Arkham, mereka sempat terpaku sebentar hingga sadar jika apa yang mereka lakukan tidak sepantasnya dilakukan.
Gita sangat gugup, jelas sekali dan sekarang ia memutar-mutar ujung hijabnya. Kemudian tangannya menyalakan ponselnya, hanya saja ponselnya langsung direbut oleh Arkham.
"Jangan dinyalain, nanti ada yang lihat kamu sama aku," katanya seraya celingukan mencari barangkali ada orang yang melihat mereka.
_____
Project Novelet T-FReYa
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro