Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

STEP 9 - DADAKAN

"Selamat, Arasha. Karena beberapa pertimbangan, kami memutuska untuk memilihmu menjadi seseorang yang akan menampilkan killing part."

Hasil tidak akan mengkhianati usaha, begitulah ungkapan yang tepat untuk Arasha atas usahanya. Begitu keras ia menampilkan penampilan terbaik, usahanya memberikan buah hasil yang tidak akan membuat Ares akan kecewa.

Killing part akan membuat seseorang menjadi pusat perhatian di perlombaan nanti. Terpilihnya Arasha menjadikannya pusat perhatian saat perlombaan.

Banyak yang memberikan ucapan selamat dan tepuk tangan meriah atas terpilihnya dia, namun hanya satu anak yang menampilkan wajah tertekuk dan hati yang berucap jengkel atas pencapaian Arasha.

Siapa lagi kalau bukan Rachel.

Ia sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa tidak sukanya kepada Arasha untuk saat ini. Mimik wajahnya bukan menunjukan rasa iri, tetapi rasa kesal seolah-olah Arasha terlalu mudah mendapatkan segalanya.

Tidak ada kedua tangannya yang bertepuk meriah seperti teman-teman lain, tidak ada bibir yang melontarkan kalimat 'Selamat, Arasha'. Ia hanya terdiam dan mendengus kesal.

Setelah terpilihnya Arasha, latihan paskibra hari itu pun sudah selesai. Arasha segera memberitahukan hal tersebut kepada sang papa.

"Iya, Pa. Beneran aku yang dipilih. Kemungkinan beberapa latihan bakal fokus ke gerakan inti," kata Arasha.

"Sepertinya, kamu sudah mengikuti langkah kakakmu. Lanjutkan dan buat papa bangga dengan memberikan posisi pertama dalam perlombaan," ucap Ares yang sama sekali tidak membuat Arasha senang.

"Baik, Pa. Aku ini mau pulang dulu."

Arasha segera memutuskan panggilan antara dirinya dengan Ares, dan memasukan ponselnya ke dalam saku rok seragam sekolah.

Ia memang ada rasa senang ketika terpilih, namun di satu sisi ia tidak bangga atas hal itu karena semuanya terjadi atas desakan Ares. Jika bukan karena papanya, Arasha lebih memilih untuk menjadi peserta biasa yang membawa juara satu.

Akhir-akhir ini, hatinya tidak senang kalau ia menjadi pusat perhatian. Rasanya begitu gelisah.

Namun, ia berharap perasaannya ini tidak membuat ia mengacaukan latihan paskibra bersama teman-temannya.

Semoga saja.

***

Nesha baru saja pulang kerja setelah beberapa pasien yang tersisa sebelumnya ditangani dengan cepat. Sebagai seorang dokter, supaya tidak membuang banyak waktu dan melebihi waktu kerja, ia memang harus bertindak dengan gesit.

Sebelum pulang, ia mendapatkan sebuah pesan dari sang suami yang memberikan kabar kalau Arasha terpilih sebagai pemeran utama di part mematikan. Tentu saja Nesha begitu senang dan ia membelikan makanan kesukaan Arasha juga obat untuk memudarkan luka akibat gatal kemarin.

"Sayangnya mama, selamat atas usahanya ya. Mama bangga sama kamu," kata Nesha sembari memeluk putrinya dengan erat.

"Makasih banyak, Ma." Tangan Arasha ikut membalas pelukan dari sang mama.

Tidak lama acara pelukan tersebut, Nesha langsung menunjukan plastik putih yang dia bawa.

"Tadaaa~ mama beliin kamu brownies coklat di tempat biasa. Kamu makan sepuasnya hari ini, dan harus habis juga lho sampai batas kadarluwarsanya."

Brownies coklat kesukaan Arasha dibelikan oleh Nesha membuat gadis tersebut merasa senang. Ia menerima kotak brownies tersebut dan kembali memeluk Nesha. "Makasih banyak ya, Ma. Arasha bakal makan ini langsung."

"Udah makan malam belum?" tanya Nesha padanya.

"Sudah kok. Tadi papa keluar lagi jadinya aku makan sendirian," jawab Arasha.

"Oh, ya udah kamu ke kamar aja. Dimakan browniesnya di sana, buat temen belajar biar anak mama tambah semangat belajarnya. Oke?"

Arasha mengangguk dan segera pergi ke kamarnya. Ia membuka kotak brownies dan memotongnya menjadi beberapa bagian. Ia tanpa babibu melahap dua potong brownies dengan nikmat. Rasa coklat yang sesuai lidahnya memang tidak akan membuatnya merasa girang.

Brownies ini pertama kali ia beli dulu ketika masih kecil bersama kakaknya. Mereka suka mampir dan membeli brownies tersebut untuk dimakan berdua. Raka juga suka dengan brownies, terlebih lagi dengan topping keju yang melimpah.

Mengingat masa kecil yang menyenangkan memanglah indah.

Baru mau melahap potongan ke-4, Arasha menghentikan tangannya yang sudah akan bergerak mendekati mulut. Ia tiba-tiba mengambil sebuah pensil dan memasuki kamar mandi di dalam kamarnya lalu menguncinya rapat.

Suatu kegiatan yang selalu ia lakukan tanpa diketahui oleh orang lain, termasuk kedua orangtuanya. Arasha melakukannya sejak lama dan masih bertahan sampai sekarang.

Kegiatan yang begitu menyiksanya namun ia merasa sedikit lega bila telah melakukannya.

Keluar dari kamar mandi, ia menutup kotak browniesnya dan duduk di depan meja belajar. Pikirannya mencoba menghilangkan apa yang baru saja ia lakukan tadi. Karena ia begitu takut bila ketahuan oleh orang lain.

Ia begitu takut, terutama jika semua ini akan ketahuan secara tidak langsung oleh Ares.

***

Baru kali ini Arasha merasa terkejut dengan pengumuman dari pembimbing OSN-nya. Pasalnya, hari ini diumumkan kalau semua yang lolos menjadi perwakilan harus mulai belajar bersama dengan guru mereka. Guru matematika yang menjadi pembimbingnya ingin mereka belajar hari itu juga.

Ada satu yang membuat Arasha lupa saking kagetnya mendengar pengumuman tersebut, yaitu jadwal lesnya yang bertabrakan dengan bimbingan OSN.

Karena mendapatkan juara OSN menjadi fokus utamanya daripada lomba Paskibra, Arasha memang tidak begitu terlalu memperhatikan mengenai lesnya.

"Asha, kita nanti bimbingan walau kelasnya sebelahan. Nanti pulangnya barengan aja, ya?" tawar Rani. "Eh, spill dong biasanya bimbingan pertama ngapain, soalnya aku masih awam masalah ginian. Pertama kali lolos."

"Biasanya nanti belajar materi dasar dulu. Baru pelan-pelan latihan soal dari tahap mudah ke level soal yang sulit seperti tingkat nasional atau internasional," jawab Arasha.

"Bareng aja deh ya?"

"Iya, Rani. Santai aja, gak usah gugup banget. Gurunya gak galak, kita bakal belajar dari nol lagi sampai semua paham sama materi dasar," Arasha menjelaskan lagi.

Tidak seburuk itu kok memang bimbingan bersama guru. Arasha merasakannya ketika dulu menjadi perwakilan OSN sendirian saat masih SMP. Guru akan selalu membimbing anak didiknya sampai paham.

Tidak akan ada penekanan lebih. Karena, pada dasarnya siswalah yang harus mulai inisiatif dan memiliki keinginan lebih untuk bisa memahami materi dan soal-soal. Tidak seratus persen siswa harus mandiri, semua kembali ke diri sendiri.

Sore itu, Arasha bimbingan pertama dengan guru dan dua teman lainnya. Bimbingan pertama, guru ingin melihat pengetahuan Arasha tentang konsep materi yang sudah ada dan membagikannya kepada teman yang baru ikut OSN pertama kali.

Guru begitu takjub dengan cara Arasha menyampaikan begitu halus dan mudah dimengerti daripada yang ditulis di dalam buku materi.

Sampai suara dering ponsel Arasha begitu mengganggu. Berkali-kali suaranya terdengar dan Arasha yang tidak enak akhirnya melihat siapa yang menelponnya.

Jantungnya berdetak keras.

"Papa?"

Dan banyak spam chat dari beliau yang sama sekali tidak ia baca. Salah satunya adalah...

From : Papa
KAMU ADA DI MANA ARASHA?! TEMPAT LES MEMBERI TAHU KALAU KAMU LAGI GAK ADA DI SANA. KAMU BOLOS LES! PAPA AKAN MEMBERIKAN HUKUMAN UNTUK KAMU!

Dalam hati Arasha berkata, "Mampus!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro